Bangsa Bisa Bubar bukan karena Jembatan dan Pelabuhan, tapi Jalan Pikiran
10Berita - JAKARTA - Ada yang tidak hadir di dalam kepemimpinan sekarang, yang rasa-rasanya dan bisa jadi menjadi renungan agar bangsa dan negara ini menjadi lebih baik ke depannya.
“Itulah yang tidak ada sekarang, pimpinan tidak gemar pidato apalagi berdebat. #JalanPikiran mandek Sangat disayangkan ketidakhadiran presiden dalam dialektika penting tentang agama dan negara belakangan ini. Presiden lupa bahwa sebuah bangsa bubar bukan karena jalan dan jembatan juga pelabuhan. Tapi karena jalan pikiran,” Fahri Hamzah mengingatkan, di akun Twitter pribadi miliknya, Senin (6/11/2017).
Fahri mengusulkan agar pemimpin seperti ini untuk membaca pidato-pidato mantan Presiden pertama RI. “Coba baca pidato #BungKarno 1 Juni 1946 yang terkenal itu. Bagaimana sang fajar meramu percakapan pemimpin bangsa jadi Pancasila. Lalu, pemimpin bersatu dan bersepakat meski ada sedikit perbedaan tetapi jalan tengah bisa dirumuskan.. Lahirlah sebuah bangsa yang ajaib. Beragam dan aneka warna tapi bersatu dan menjadi satu.”
Ini semua karena ada tradisi pidato dan berdebat serta diskusi menemukan jalan tengah dari pikiran yang berserak. Padahal di masa itu, menurut Fahri, kita terputus dan terisolasi oleh ketiadaan sarana transportasi. Tapi kita menyatu oleh orasi pemimpin negeri. “Pidato para pemimpin mewarnai percakapan hari-hari karena sungguh menarik dan menjadi buah bibir hari-hari. Jangankan yang sudah sama, yang nampak berbeda pun dapat dibungkus menjadi sama. Pelan wacana luar biasa.” (Robi/)
Sumber :voa-islam.com