OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 02 Juni 2018

PDIP VS FPI, Siapa 'Premanisme' Sesungguhnya?

PDIP VS FPI, Siapa 'Premanisme' Sesungguhnya?

10Berita, Aksi protes dari partai PDIP yang dilayangkan kepada Radar Bogor semakin panas, akibat judul pemberitaan yang diterbitkan Radar Bogor yakni 'Ongkang-ongkang Kaki Dapat Rp 112 Juta' berbuntut panjang. Kader PDIP tidak terima karena judul tersebut menyudutkan Ketum mereka, Megawati Soekarnoputri yang memang belakangan ini dikabarkan menerima gaji sebesar Rp 112 Juta sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

"Kalau pemberitaan kayak gitu kan (Radar Bogor) menyusahkan kami. Megawati Soekarnoputri bukan sekadar ketum bagi kami, dia adalah ibu kami. Jangan sampai itu terjadi di Jawa Tengah, rata itu tanah, kantornya," tegas Sekretaris Fraksi PDIP Bambang Wuryanto menggebu-gebu di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (detiknews.com, 31/5/2018).

Referensi pihak ketiga: detik.com

Bahkan tidak hanya itu, dikabarkan oleh pojoksatu.id, aksi tersebut berujung ke tindakan premanisme dan intimidasi yang mengakibatkan pemukulan terhadap staf Radar Bogor serta pengrusakan alat-alat kantor lainnya.

“Hal tersebut merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikategorikan perbuatan pidana yang sangat mengancam demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia. Lebih jauh lagi, sikap tersebut sangat bertentangan dengan Pancasila yang notabene ketua umumnya adalah sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),” ucap Nawawi, Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers, melalui keterangan tertulisnya yang diterima redaksi pojoksatu.id, Kamis (31/5)

Demo di kantor Radar Bogor: merdeka.com

Tapi seolah tidak puas, hari ini, kader PDIP kembali beraksi dengan tuntutan sama, sepertinya mereka tidak akan berhenti sebelum pihak Radar Bogor memenuhi permintaan mereka.

Namun, marilah kita benar-benar fokus melihat sisi aksi gerudukan tersebut. Coba kita amati tentang sikap 'Cinta Pancasila' yang selalu didengungkan partai berlambang Moncong Putih itu. Jika dilihat dari sisi pernyataan Bambang tadi apalagi tindakan premanisme pihak PDIP, tidakkah ini terlihat kontras? Mereka yang selama ini selalu menjadi 'pemimpin' dalam menyerukan 'saya cinta Pancasila' melakukan perbuatan yang menunjukkan sebaliknya? Bahkan tidak segan mengatakan kepada oknum yang berseberangan pendapat dengan mereka adalah anarkis?

Tentu kita tidak bisa melupakan bukan, kerap pula masyarakat yang seolah berpihak kepada partai ini serta partai koalisi lainnya menyebutkan aksi damai yang dimulai dari kasus penistaan agama adalah tindakan anarkis, begitupun ketika FPI yang mendatangi redaksi Tempo di Jl Palmerah Nomor 8 pada Jumat 16 Maret silam. Laskar FPI dikatakan anarkis, padahal mereka melakukan aksi damai dan tidak berkata sesumbar apalagi mendatangkan korban.

FPI gelar aksi damai di kantor majalah Tempo: panjimas.com

Adalah sama di Tahun 2016 saat pihak FPI mendatangi Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta, pada Kamis (16/6) terkait kasus razia warung makan di Serang. Terlihat jelas bahwa FPI sama sekali tidak melakukan tindakan anarkis, justru yang ada pihaknya bisa duduk melingkar dengan pihak Kompas untuk mencari solusi bersama.

Ketika FPI mendatangi Kompas: arah.com

"Terima kasih atas segala keterangan yang disampaikan Munarman, terkait kasus yang terjadi 8 Juni silam, yakni razia warung makan di Serang. Saya kira memang ada efek berita, tapi kami benar-benar nggak pernah punya niat jahat," kata Widi Krastawan, Humas dari Kompas Grup Saat itu (arah.com, Kamis 16 Juni 2016)

Jika demikian, siapakah yang sesungguhnya 'Cinta Pancasila'? Siapa yang sebenarnya 'Cinta NKRI'? Dan siapa yang sejatinya telah bertindak anarkis? Jika FPI saja yang selalu dicitrakan buruk dalam melakukan aksi, mengapa masih bisa melakukan dengan damai? Mengapa PDIP yang merupakan partai besar bisa kebablasan dalam bertindak?

Tentu ini kembali lagi kepada penilaian masyarakat, sebab mereka lah yang sesungguhnya bisa melihat dengan mata cerdas dengan menyaksikan sendiri situasi yang disajikan kepada mereka.

Satu hal yang pasti, 'Cinta Pancasila' dan 'Cinta NKRI' memiliki berbagai bentuk pengamalannya, tidak hanya dengan teriak 'saya cinta Pancasila' lantas pengakuan tersebut juga berlaku di dalam hati. Sama dengan omongan yang mengatakan 'berbuat baik nggak usah dipamer' maka begitu juga dengan sikap nasionalisme. Toh, hati siapa yang tahu?

Cukup dengan ketulusan, membuktikan dengan perilaku maka orang lain akan mengerti, mana yang sesungguhnya dan mana yang bohongan.

Sumber :UC News