OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 02 Juni 2018

Remaja 'Ngompol' (Ngomongin Politik)

Remaja 'Ngompol' (Ngomongin Politik)


Oleh: Najmah Muthmainnah  (Anggota Komunitas Revowriter)

10Berita, Guys, jangan alergi dulu ya sama judul di atas.  Biasanya nih, kalau udah ngomongin politik, remaja malas nanggepin dan balik badan kalau kata yang satu ini disebut. Bener nggak?

Yup, nggak salah sih, karena selama ini politik identik dengan sesuatu yang kotor. Tikung menikung. Suap menyuap. Politik juga identik dengan pemilu dan orang-orang yang rela dibayar dengan sembako, kaos dan dangdutan gratis agar mau memilih saat pencoblosan. Betul apa betul sob?

Sob, tahu nggak hari ini politik negara kita diatur dengan sistem demokrasi yang beraqidah sekulerisme. Nah, dalam demokrasi semua di atas lumrah dilakukan. Faktanya? Coba tengok hampir semua negara penganut demokrasi melakukan hal serupa. Walau beda negara, korupsi, kolusi, tipuan dan pencitraan menjelang pemilu ramai dilakukan. Bahkan yang teranyar, terungkap bocornya data pengguna facebook yang dipakai dengan curang dalam pemilu di Amerika Serikat.

Dilansir dari CNBC Indonesia nih, saham Facebook dilaporkan anjlok pada Senin (19/3/2018) setelah terungkapnya kasus penyalahgunaan data 50 juta pengguna facebook oleh perusahaan yang bekerja untuk kampanye kepresidenan Donald Trump (www.cnbcindonesia.com, 20/03/2018)

Nah, ternyata nggak di Indonesia saja terjadi kecurangan politik. Di Amerika Serikat juga bisa, lho. Padahal di sana kampiunnya demokrasi.

Nggak usah heran, Sob. Fenomena ini wajar terjadi di dalam pesta demokrasi yang digembar gemborkan bersih, jujur dan adil. Kenapa? Karena sekulerisme yang menjadi aqidah sistem demokrasi ini menganggap materi sebagai standar kebahagiaan.

Segala cara dilakukan agar mendapatkan materi, baik kekayaan maupun kekuasaan. Sementara agama harus di pinggirkan sejauh-jauhnya. So, tak ada standar halal haram. Manusia bebas menentukan sendiri baik dan buruk sesuatu. Akibatnya aturan dibuat sesuka hati apalagi jika menguntungkan pribadi. Maka yang punya kekuasaan akan memangsa siapapun yang lemah. Mirip predator. Berlaku hukum rimba. Ih, serem ya.

Yup itulah wajah asli demokrasi, Sob. Karena bagi demokrasi, politik dipandang tak lebih sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan.

/Elegannya Politik Islam/

Guys, ternyata semua itu nggak berlaku di dalam Islam. Islam punya cara-cara politik yang elegan, bersih dan menentramkan. Tak ada rasa horor apalagi sampai berdarah-darah. Beugh...Jauh deh.

Apalagi politik di dalam Islam punya definisi yang beda jauh dengan politik ala demokrasi. Secara bahasa, politik di dalam Islam berasal dari kata "Saasa, yasuusu, siasatan"  yang artinya mengurus. Secara istilah, politik berarti "Riayaatusy syu'unil ummah" yang artinya mengurusi urusan umat (rakyat). Jadi, segala sesuatu yang mengurusi urusan rakyat, mulai dari pendidikan, ekonomi kesehatan, sosial, keamanan, hukum, pemerintahan disebut urusan politik.

Rasulullah saw pun seorang politikus ulung lho, Sob. Beliau tidak hanya sebagai seorang Rasul, tapi juga kepala negara adidaya yang disegani oleh lawan dan kawan. Bahkan Michael H. Hart dalam buku 100 orang paling berpengaruh di dunia, menempatkan Rasulullah saw sebagai orang pertama paling berpengaruh di dunia.

Rasulullah saw mendirikan Negara Islam pertama di Madinah. Hanya beberapa tahun saja, negara yang dipimpin oleh Rasulullah saw ini mampu menggentarkan kekuasaan Heraklius di Persia. Padahal kala itu Persia menjadi imperium nomor satu di dunia. Keren nggak tuh sob.

Sebagai muslim, kita percaya bahwa  Islam itu berisi paket komplit yang mengatur manusia. Mulai dari bangun tidur hingga bangun negara. Mulai masuk kamar mandi hingga masuk pemerintahan. Tak ada yang luput dan tak terhukumi.

Bayangin sob, Islam sebagai kekuatan politik mampu menguasai 2/3 dunia dan memimpin hingga lebih 13 abad lamanya. Semua rakyat baik muslim maupun non muslim hidup berdampingan, damai dan sejahtera. Angka kriminalitas menurun tajam. Kaum miskin dan marginal hampir tidak ditemukan. Para ahli dibidangnya bermunculan dan menjadi ikon dunia.

Sebutlah Ibnu sina, bapak kedokteran yang sangat masyhur karyanya. Dunia barat mengenalnya sebagai Avicena. Karya beliau Qanun at Thib sampai hari ini masih dijadikan rujukan dalam ilmu kedokteran dan tersimpan versi latinnya di Yale University sebagai bukti otentik kehebatan ilmu beliau. Belum lagi Ibnu Firnas penemu pesawat terbang, Al khawarijmi bapak matematika penemu angka nol, dan ilmuan lainnya. Bisa panjang sob, kalau kita sebut satu persatu.

Keren nggak tuh. Islam menjadi rujukan bagi bangsa selain Islam. Ibarat mercuar, cahaya islam mampu memancarkan kegemilangan peradaban sehingga disebut "the golden age".

So, jika ada yang mengatakan jika islam kuno. Kolot. Tak bisa di pakai di zaman now berarti dia kurang piknik sejarah dan literasi. Ya nggak sob?

/Remaja Cerdas politik? Kudu! /

Remaja cerdas politik di zaman now kudu lho, Guys. Kenapa? Karena kalau remaja nggak ngerti politik, bisa jadi korban politik. What? Beneran sob. Sadar nggak, remaja itu punya potensi yang sangat besar untuk meraup suara saat pesta pemilu.

Menurut Ketua Bawaslu RI Abhan, sebanyak 10 juta remaja dari 160 juta pemilih akan menjadi pemilih pemula pada Pilkada serentak 2018. Ia mengatakan pemilih pemula ini merupakan kalangan remaja yang genap berumur 17 tahun dan memiliki hak untuk menyalurkan suara pada Pilkada 27 Juni 2018 nanti. (Rmol, 17/01/2018)

Sob, ternyata potensi yang besar ini sudah dibidik lho sama partai peserta pemilu. Gimana nggak, pada pemilu tahun 2004 saja jumlah pemilih pemula mencapai 34 persen dari keseluruhan pemilih dalam pemilu. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah perolehan suara partai politik terbesar pada waktu itu yaitu 21,62 persen dari suara sah. Sementara pada Pemilu 2009 dan 2014 lalu, potensi suara pemilih pemula masih tetap signifikan.

So, siap dipolitikin? So pasti nggak lah. Karena itu, remaja kudu cerdas politik.

Guys, Islam sudah mengajarkan kita bagaimana agar cerdas politik. Pertama, pelajari Islam dan pahami bahwa Islam adalah ideologi. Berisi pemikiran dan aturan sehingga menjadi "way of life" dalam kehidupan. Ini wajib  kita pahami sebagai modal dasar menjadi politikus ulung.  Pemahaman islam yang cemerlang ibarat amunisi agar mampu menganalisa segala permasalahan umat dengan sudut pandang yang khas. Dengan mempelajari Islam, berasa ketularan cerdasnya Rasulullah saw deh sob. karena langsung dari sumber yang otentik, yaitu AlQuran dan Hadis.

Kedua, berdakwah. Tau nggak sob, retorika dakwah Rasulullah saw mampu mengguncang dunia. Padahal ya guys, awalnya Rasulullah saw nggak diperhitungkan oleh kafir Quraysi sebagai lawan terkuat. Namun, tatkala dakwah Rasulullah saw tersebar, mulailah mereka melihat dakwah sebagai sesuatu yang berbeda. Yup, dakwah adalah retorika berkelas. Bukan retorika basi yang tak berisi. Dakwah tidak hanya membuat kita cerdas politik, namun juga mencerdaskan umat agar meninggalkan kekufuran. Menolak sistem buatan manusia seperti demokrasi dan mengajak kembali kepada sistem Islam yang akan memuliakan manusia.

Ketiga, berjamaah. Yup, sebagai makhluk sosial kita nggak bisa hidup sendiri. Apalagi jika kita ingin hidup dalam keberkahan. Perlu komunitas yang bersih pemikirannya, sehat akal dan jiwanya serta berkumpul semata-mata karena Allah. Bukan karena yang lain. Mukmin yang berjamaah akan sulit dikalahkan dibanding mukmin yang sendirian.

Agar cerdas politik, kita juga kudu pilih komunitas yang senantiasa hidup dengan pemikiran politik Islam. Memahami akar masalah umat dan solusi tuntas untuk menyelesaikannya. Mulai dari masalah ibadah, akhak, makanan, hingga muamalah yang kompleks seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pemerintahan.

Remaja yang cerdas politik tak akan gagap menghadapi euforia pemilu. Karena menyadari bahwa politik bukan hanya sekedar suara dan kekuasaan. Remaja cerdas politik juga tak mudah terjebak dalam janji manis kaum prgmatis yang hanya menjadikan remaja sebagai objek politik mendulang suara.

Lebih dari itu, remaja cerdas politik berarti peduli akan permasalahan umat. Kritis dalam menanggapi ketidaksesuaian pengurusan setiap urusan umat dengan Islam. Berupaya dengan sungguh sungguh untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan umat dengan penerapan syariat Islam secara totalitas dalam negara.

Giman Sob, siap ngompol alias ngomongin politik? Siapa takut? [syahid/]

Sumber : voa-islam.com