10Berita, Gedung Dalem. Video Prabowo menyebut kata Tampang Boyolali cukup viral di media hingga media sosial. Hal ini awalnya karena video potongan unggahan sekilas yang menyebut Tampang Boyolali dan dipotong bukan penuh video secara full tayang.
Bisnis.com
Dilansir dari laman BIsnis.com (11/11/18) Protes di Boyolali sedikit membuat resah dimana Tampang Boyolali menjadi topik utamanya. Seorang peneliti bahasa dari Universitas Negeri Semarang )Unnes) yaitu Rahmat Patuguran menyebut ungkapan tersebut yaitu Tampang Boyolali menjadi viral karena terpisah dari konteks utuh. Yang jadi soal utama katanya adalah aktor utama dibalik pembodohan publik yang memotong dan mengunggah video itu.
Rahmat mengatakan, "Ya, menurut saya pengunggah video itu telah melakukan pembodohan publik," Jelas Rahmat seperti melansir dari Bisnis.com (10/11/18).
Merdeka.com
Penulis buku Politik Bahasa Penguasa itu menjelaskan kalau terpisah dari konteks asli tentu artinay jadi beda, “Dalam ilmu linguistik, konteks berkaitan dengan dua hal yaitu koteks dan konteks itu sendiri. Konteks berarti hubungan antar teks dengan teks lain dalam sebuah wacana, baik teks yang mendahului maupun teks yang menyertainya. Adapun konteks berarti latar sosial yang mendukung tuturan itu dihasilkan,” jelasnya.
Jadi setiap kata haru dipahami secara utuh bukan sepenggal-sepenggal. Ucapan Tampang Boyolali harus dilihat ucapannya ditujukan ke siapa, siapa yang berbicara, tujuannya apa dan latar sosial seperti apa, begitu penjelasan Rahmat.
Kalau orang membaca atau mendengar ulang teks secara keseluruhan akan didapat bahwa tak ada istilah penghinaan melainkan sebagai bentuk contoh karena masyarakatnya ada di situ dan bukan menyindir orang yang tak ada disitu.
Referensi pihak ketiga
Lanjut Rahmat, "Kubu petahana maupun kubu penantang harus bisa menawarkan gagasan yang produktif. Bangsa Indonesia masih menghadapi persoalan serius dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, dan budaya. Mestinya masalah-masalah itu yang jadi perhatian,” tutup Rahmat.
Jadi, kalau sekedar istilah seperti itu jangan diperbesar, yang rakyat butuhkan itu gagasan lima tahun ke depan bukan malah sekedar sibuk kata-kata tak jelas.
Sumber : UC News