OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 29 Januari 2019

Cerdas Menerima Informasi Kesehatan

Cerdas Menerima Informasi Kesehatan

Oleh: Bukhori Ahmad Muslim
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
DI era sosial media ini, informasi beredar sangat cepat dan mudah. Informasi dengan mudah beredar hanya dengan beberapa gerakan jari pada layar sentuh. Ada banyak informasi kesehatan yang kita temukan di sosial media.
Lantas, apakah semua informasi ini bisa kita percayai sebagai informasi yang benar, bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari, dan kita sebarkan ke orang lain?
Tidak, tidak semua informasi yang kita dapat bisa kita percaya. Kita harus memastikan terlebih dahulu apakah informasi itu benar atau tidak. Cukup dikatakan seorang berdosa jika mengatakan segala hal yang dia dengar.

Hal yang pertama dipelajari oleh mahasiswa kedokteran di universitas saya belajar adalah cara memilah informasi. Sekarang adalah zamannya Evidence Based Medicine (EBM) atau jika diterjemahkan adalah Kedokteran Berdasarkan Bukti.
Setiap ada informasi baru mengenai kesehatan tidak boleh dipercaya kecuali ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Setiap ada informasi harus ditanyakan apakah sudah ada penelitian dan jurnal ilmiah yang membuktikan hal itu. Bahkan testimoni pribadi (seperti testimoni seseorang sembuh dari penyakit tertentu setelah menggunakan obat tertentu) adalah hal yang tidak dianggap pembuktian sah dalam EBM.
Bisa jadi orang itu sembuh dengan obat itu tapi tidak ada efeknya pada orang lain atau bisa jadi orang itu sembuh bukan karena faktor obat itu. Terlalu banyak pembias dalam opini pribadi. Oleh karena itu, tidak perlu langsung percaya pada testimoni obat.
EBM memiliki beberapa tingkatan. Yang perlu kita garis bawahi adalah pendapat pakar yang ahli dalam bidangnya ternyata menempati derajat paling rendah. Lalu apakah yang lebih tinggi derajatnya dibanding pendapat pakar?
Penelitian memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding pendapat pakar ahli sekalipun. Penelitian sendiri juga memiliki tingkat-tingkatan sendiri. Namun ada yang lebih tinggi levelnya daripada penelitian, yaitu telaah dan analisis mendalam dari banyak penelitian dan literatur (meta-analysis dan systematic review).
Oleh karena itu, jika ada informasi yang sampai kepada kita tidak harus semuanya kita sebarkan kepada orang lain. Kaidah pertama adalah kita harus memastikan apakah informasi itu benar atau tidak dengan cara yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Jika seandainya tidak benar tentu tidak boleh kita sebarkan. Sekiranya informasinya benarpun kita harus tahu apakah informasi ini berguna jika kita sebarkan.
Jika tidak berguna atau malah membuat salah paham orang yang menerima lebih arif untuk tidak kita sebarkan. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam. []

SUMBER : Islampos.