OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 16 Februari 2019

Merasa Dikambinghitamkan Presiden Karena Naiknya Tiket Pesawat SPPSI Minta Jokowi Cabut Pernyataanya

Merasa Dikambinghitamkan Presiden Karena Naiknya Tiket Pesawat SPPSI Minta Jokowi Cabut Pernyataanya





10Berita  PALEMBANG -- Serikat Pekerja PERTAMINA Seluruh Indonesia dengan tegas menolak pernyataan Presiden RI, Jokowi yang menyebut pemicu mahalnya harga tiket pesawat karena tingginya harga Avtur dari Pertamina.

Jokowi mengklaim, atas alasan itulah, PERTAMINA selaku pemain tunggal distribusi Avtur di Indonesia wajib melakukan pembenahan, salah satunya menurunkan harga avtur.

Presiden juga berencana membuka kran suplai Avtur dari perusahaan migas lainnya, selain Pertamina.

Pertamina dianggap Jokowi sebagai monopoli bisnis Avtur namun belum memberikan manfaat lebih kepada masyarakat, lantaran tingginya harga, jauh diatas harga avtur negara lain, seperti Thailand, Korea dan negara lainnya.

Atas pernyataan itulah yang memancing para Serikat Pekerja PERTAMINA bersuara keras.

Mereka menolak pernyataan Jokowi dengan memaparkan sejumlah fakta dan bukti.

Bahkan Serikat Pekerja mengancam siap melakukan aksi industrialisasi jika Jokowi  tidak menarik pernyataan tersebut.



Dengan tegas, para anggota Serikat Pekerja mengklaim Jokowi hanya penyebar hoak tanpa dasar.

"Presiden benar-benar mengkambinghitamkan Pertamina. Avtur disebut sebagai pemicu utama kenaikan harga tiket. Ini sangat mustahil dan sangat tidak berdasar," kata Ketua Umum Serikat Pekerja PERTAMINA  Seluruh Indonesia (SPPSI) Jakarta, M Syafirin yang didampingi Sekjendnya, M Anis. Juga hadir Dewan Penasehat SPPSI Jakarta, Noviandri, Ketua SPPRU 3 Plaju, M Yunus dan Sekjend, Herman Sudrajat. Juga ketua Umum SP3N Pertamina, Yohan Effendi di gedung Lahendong Sei Gerong, Jumat (15/2).

Menurut Syafrin, banyak hal yang memicu kenaikan harga, diantaranya tingginya biaya operasional pesawat, biaya maintence serta biaya lainnya.

Jadi harga Avtur bukan satu-satunya. Mengacu data pun, sejak Oktober hingga Januari pun hartga Avtur mengalami penurunan siginifikan mengikuti harga minyak dunia yang ikut tergerus.

Terakhir pada awal Februari pun harganya kembali turun, dari sebelumnya Rp 10.800 perliter kini hanya dikisaran Rp 9800an perliter. "Jadi harga tinggi itu dihitung dari mana," tegasnya.

Pernyataan Jokowi dinilai tidak berdasar sama sekali. Jika dibandingkan negara lain, harga Avtur produksi PERTAMINA diklaim lebih murah, seperti Thailand, Vietnam dan Jepang.

Hanya memang dibandingkan Singapura selisih diatas sedikit.

"Kalau di Singapura 2,02 USD, di Indonesia sekitar 2,3 USD. Jauh lebih tinggi dibandingkan Brunai atau Laos sekitar 2,52 USD," katanya.

Mereka juga membantah pernyataan Jokowi  yang menyebut PERTAMINA melakukan monopoli bisnis Avtur di Indonesia, karena tahun 2007, lalu perusahaan Shell sudah masuk memasok Avtur untuk konsumsi pesawat komersil di Indonesia, namun tahun 2009, Shell hengkang lantaran merugi.

"Jadi kita sama sekali tidak melakukan monopoli," katanya.

Makanya dalam waktu dekat mereka akan melakukan pertemuan khusus dengan para Direksi agar mendorong pemerintah mencabut pernyataan tersebut.

Jika tidak, serikat Pekerja secara kompak siap melakukan aksi industriliasasi dalam waktu dekat.

Saat ini, kilang RU 3 masih memproduksi avtur dengan kapasitas 10 ribu kiloliter perbulan.

Untuk konsumsi capai 6000 sampai 10 ribu kiloliter perbulan, juga disumbang dari kilang balongan, Cilacap dan Dumai.

"Sejauh ini belum ada pengaruhnya terkait penurunan jumlah penumpang. Konsumsi masih normal," katanya.

Sumber : SRIPOKU.COM,