OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 10 Mei 2019

Wartawan Senior: Mimpi Buruk Demokrasi?

Wartawan Senior: Mimpi Buruk Demokrasi?


10Berita, Pemilu serentak 2019 yang memanggul komplikasi pengadministrasian yang teramat ruwet, boleh disebut sebagai sebuah tindakan nekat nasional. Pencoblosan bersamaan dalam satu momen paslon capres dan anggota DPR, DPD dan DPRD adalah mimpi indah sebuah kreatifitas politik untuk melahirkan demokrasi yang bermutu tinggi.

Segudang kisruh yang mengiringi paska Pemilu 17 April 2019 malah menjebak bangsa ini ke dalam genangan komplikasi persoalan yang memantik ketegangan dan konflik di berbagai sektor.

Publik merasakan masih rendahnya kualitas profesionalitas  penyelenggara pemilu dalam hal ini KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu), akibatnya mendorong dua kubu kontestan melanjutkan perseteruan jilid dua yang sudah membara delapan bulan sebelum hari puncak.

Ketegangan yang menjalar hampir ke seluruh sektor kehidupan kita hari ini menjadi mimpi buruk demokrasi. Yang sangat menakutkan dan mencekam masyarakat karena kedua kontestan telah mengklaim kubunya yang menjadi pemenang.

Kubu yang satu mengklaim sejak hari pertama pencoblosan telah mengantongi jumlah perolehan suara sebesar 62 persen berdasarkan hasil survey internal mereka yang diyakini akurasinya. Sementara kubu yang satunya lagi baru saja mendeklarasikan kubu mereka telah mengantongi suara sejumlah delapan puluh juta.

Apa yang terjadi di tengah- tengah masyarakat hari-hari ini? Bagaimanakah kondisi riel di lapangan? Yang pasti situasi dan kondisi sangat  menghawatirkan, mencemaskan bahkan mencekam. Tindakan kedua kubu kontestan mengumumkan klaim kemenangan mengirim pesan pihak yang satunya harus terkalahkan.

Kemana KPU sebagai penentu peraih suara yang diamanatkan konstitusi? Sulit mengharapkan keberhasilan KPU meyakinkan masyarakat. Sejak awal pada tahapan persiapan Pemilu saja, KPU berulang kali terjebak dalam berbagai blunder yang menggerus kepercayaan  masyarakat. Data dan fakta tentang ini cukup banyak jejaknya di internet.

Ketika pelaksanaan pencoblosan sudah selesai, berbagai kesalahan entry data, anomali situng dan kematian lima ratusan petugas KPPS semakin menyudutkan KPU.

Serta merta banyak mata dan telunjuk diarahkan kepadanya. Namun masyarakat masih menghargai sikap komisoner KPU dan Bawaslu yang masih  tetap tegar dan bekerja terus menunaikan tugas mereka.

Seperti apakah solusi yang akan disepakati para pihak untuk mengendalikan hari "H" 22 Mei? Bagaimana solusi menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan? Dengan apa trauma mimpi buruk dapat digeser menjadi mimpi indah demokrasi?

Dalam situasi yang krusial seperti ini, diperlukan tokoh pemersatu yang berkualifikasi nasional, diterima semua pihak. Integritas dan netralitasnya tidak diragukan, rekam jejaknya meyakinkan sebagai tokoh yang bukan sejenis mereka yang gampang menjual prinsip.
Tokoh yang pas dan memenuhi kualifikasi sebagai pemersatu bangsa yang sedang dilanda konflik tajam saat ini adalah Wakil Presiden JK (Jusuf Kalla). Namun JK yang berada di dalam lingkaran puncak kekuasaan nampaknya  lebih memilih menjadi tim nasional pemenangan Jokowi-Maruf.

Mungkin karena terbilang tidak netral, nama JK tidak bergaung di langit politik sebagai sosok alternatif solusi peredam konflik anak bangsa yang sedang memanas ini.

Tapi itulah harga sebuah pilihan politik. Politik itu ibarat permainan lari berputar. Tidak jelas siapa yang mengejar siapa!!

Penulis: Zainal Bintang

Sumber:Eramuslim

Related Posts:

  • MEMBAYANGKAN PAPUA LEPAS MEMBAYANGKAN PAPUA LEPAS MEMBAYANGKAN PAPUA LEPAS By Asyari Usman(Wartawan senior ex BBC)Mudah-mudahan saja gerakan referendum Papua tidak membesar. Dan tidak sampai menjadi negara sendiri. Soalnya, saya belum pernah… Read More
  • Taktik Tempe Taktik Tempe OLEH: DAHLAN ISKAN10Berita - "Sorry. Itulah cara saya bernegosiasi".SIAPA  lagi yang mengucapkan itu kecuali Presiden Donald Trump. Senin lalu. Di akhir pertemuan negara-negara G-7. Di pantai selata… Read More
  • Tolak Pindah Ibukota Tolak Pindah Ibukota 10Berita -  PEMERINTAH yang "nekad" jalan sendiri untuk memindahkan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan masih gonjang ganjing dan tidak meyakinkan rakyat. Presiden Jokowi seperti mengentengka… Read More
  • Bangsa Papua Membara, Jokowi Foya-foya? Bangsa Papua Membara, Jokowi Foya-foya?  Oleh: Nasrudin Joha (Pengamat politik)10Berita - Di tengah ketidakjelasan sikap Pemerintah terhadap isu Papua dari referendum hingga pelibatan internasional, muncul kabar… Read More
  • Tak Diduga, Tanggapan Tere Liye Soal Pemindahan Ibu Kota Sangat Menghenyak Tak Diduga, Tanggapan Tere Liye Soal Pemindahan Ibu Kota Sangat Menghenyak 10Berita Tere Liye (lahir di Lahat, Sumatera Selatan, 21 Mei 1979), dikenal sebagai penulis produktif.Tere Liye meyelesaikan pendidikan sekola… Read More