OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 25 Agustus 2019

Tafsir Al-Isra' 57: Sebelum Kiamat, Semua Dihancurkan Lebih Dahulu

Tafsir Al-Isra' 57: Sebelum Kiamat, Semua Dihancurkan Lebih Dahulu


Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag

58. wa-in min qaryatin illaa nahnu muhlikuuhaa qabla yawmi alqiyaamati aw mu’adzdzibuuhaa ‘adzaaban syadiidan kaana dzaalika fii alkitaabi masthuuraan

Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).

TAFSIR AKTUAL

Ayat-ayat sebelumnya bertutur soal keimanan, kenabian, dan rahmat Tuhan. Kini membahas kondisi riil pra hari akhir, hari kiamat. Tuhan sudah memutuskan akan menghancurkan terlebih dahulu desa-desa yang ada di bumi ini, semuanya. Tidak satu pun ada bangunan baik di kota maupun di desa yang tetap kokoh bertengger. Itu pasti terjadi demi mulusnya acara prosesi hari kiamat nanti.

Apa maksud kata "muhlikuha" (penghancuran), apa itu azab atau kematian alami?

Umumnya mufassirin memaknai, bahwa ihlak (penghancuran, perusakan) itu pasti. Tapi pelaksanaan dan motifnya beda. Caranya-pun beda, sesuai kehendak Allah SWT sendiri. Tapi dari pembacaan beberapa firman-Nya, dapatlah disarikan demikian, yakni:

Jika umat manusia itu pada durhaka, zalim, dan mengumbar maksiat sepuas-puasnya tanpa risih, maka Tuhan turun tangan dengan cara mengazab, menghancurkan perkampungan tersebut seperti kaum-kaum terdahulu. Ada yang ditumpas tsunami, ditelan longsor, disapu badai, dan lain-lain.

Jika umat manusia dalam perkampungan itu shalih dan tekun beribadah, tidak zalim, dan beramal sosial, maka dimatikan secara wajar, alami seperti kematian biasa. Baru bangunannya dihancurkan menurut kehendak-Nya. Pemikiran ini berdasar pernyataan Tuhan sendiri, bahwa Allah tidak akan mengahancurkan, mengazab umat manusia yang berbuat kebajikan. Tuhan hanya menghancurkan mereka yang berbuat zalim saja. (Hud:117 dan al-Qasas:59).

Dari pernyataan Tuhan ini, sepantasnya kita cerdas dalam membaca bencana alam. Itu sah-saja dan sangat bagus bila dikaitkan dengan kedurhakaan umat, kemaksiatan, dan kezaliman manusia di daerah bencana tersebut. Itulah pembacaan keimanan. Itulah pembacaan kesadaran. Hamba yang merasa berdosa jauh lebih mulia di sisi-Nya daripada yang merasa baik.

Cuma, tradisi kita sok kemanusiaan, sok tepo seliro, sok menjaga perasaan sesama sehingga menafikan sisi keagamaan, ketaqwaan. Kita akan dikutuk sebagai mansuia yang tidak etis, tidak elok, tidak beradab jika kita mengajak kembali ke Allah dengan mengoreksi diri atas dosa-dosa kita ketika bencana menimpa.

Kita dianggap sok suci, menyalahkan orang lain yang tertimpa bencana sebagai orang banyak dosa dan berbuat zalim. Walau al-qur'an benar, tetapi kita kalah dengan kutukan itu. Bahkan mereka membalik "coba rasakan sendiri, jika anda atau keluarga anda yang terkena musibah seperti tergilas tsunami, lalu ada orang yang mengatakan bahwa itu karena dosa-dosa anda sendiri. Bagaimana perasaan anda?".

Jawabannya, tinggal kesiapan mental dan keimanan masing-masing. Mereka yang beriman kokoh dan bersih, pasti merasa berdosa dan menerimanya sebagai ujian dari Tuhan, lalu bersabar, istighfar, dan berupaya makin shalih. Tuhan tidak pernah manzalimi hamba-Nya. Mereka yakin, pasti ada hikmah di balik itu semua. Hidup ke depan lebih cerah dan optimis, penuh berserah diri. Sementara yang tidak beriman, mesti kecewa dan mengumpat-umpat. Meski mencak-mencak dan misuh-misuh, lalu mau apa? Malah sumpek dan stress.

Sumber: Bangsaonline

Related Posts:

  • Partai Allah dan Partai Setan, Adakah?Partai Allah dan Partai Setan, Adakah? 10Berita ,  Polemik partai setan dan Partai Allah terus berlanjut hingga Amien Rais dilaporkan ke polisi. Dikutip dari teropongsenayan.com,Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indo… Read More
  • Usatdz Abdul Somad: Politik Tidak Bisa Dipisahkan dari AgamaUsatdz Abdul Somad: Politik Tidak Bisa Dipisahkan dari Agama 10Berita – Menjelang pesta demokrasi 2018-2019, banyak tokoh agama hingga politik bermunculan untuk melakukan dakwah di berbagai daerah. Dalam ceramah yang mereka s… Read More
  • Menghina Syariat Islam Bukan Perkara RinganMenghina Syariat Islam Bukan Perkara Ringan 10Berita – Menghina Syariat Islam Bukan Perkara Ringan. Allah Ta’ala berfirman:يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِم… Read More
  • Kartini, Tak Sekadar Kebaya dan KondeKartini, Tak Sekadar Kebaya dan Konde   Oleh: Rizki Amelia Kurnia Dewi, S.I.Kom Ibu Rumah Tangga, Owner RBB “Cerdas Media” BULAN April selalu identik dengan Hari Kartini. Tepatnya tiap tanggal 21 April,… Read More
  • Bolehkah Ulama Berpolitik? Ini Kata Ustaz Abdul Somad Bolehkah Ulama Berpolitik? Ini Kata Ustaz Abdul Somad 10Berita, PAROMPONG—Dalam tausiah bareng Aa Gym dan TGB Muhamad Zainul Majdi di Eco Pesantren Daarut Tauhid, Ahad (1/4/2018) lalu, Ustaz Abdul Somad yang dikenal de… Read More