OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 12 November 2019

Anies Baswedan Dilema Politik bagi Sang Pecundang

Anies Baswedan Dilema Politik bagi Sang Pecundang



Anies Baswedan Dilema Politik bagi Sang Pecundang

Oleh Himawan Sutanto (Aktivis Prodem)

Minggu-minggu ini kita disuguhkan sebuah manuver politik di sosmed tentang Rancangan APBD DKI. Dimana PSI sebagai salah satu partner Gubernur di DPRD DKI Jakarta telah meramaikan di sosmed, bukan di ruang Dewan yang terhormat. Barangkali PSI tidak percaya diri jika harus berdebat di ruang Dewan. Sebagai partai yang merasa dirinya para milenial lebih tertarik menyebarkan via sosmed karena pengen menjadi viral dan mendapat tepuk tangan dari nitizen.

Ternyata apa yang dilakukan para politisi PSI sepertinya seperti air ditepuk kena muka sendiri. Hal itu terlihat dengan ketidak konsistennya terhadap membongkar rancangan APBD yang seminggu sebelumnya sudah dibahas Gubernur beserta jajarannya. Bahkan dua pejabat mengundurkan diri setelah rancangan APBD dibongkar Gubernur. Ternyata apa yang dilakukan oleh politisi PSI menjadi bias dan mencari-cari lagi kesalahan Gubernur DKI dengan mengankat isu balap formula yang pada saat diajukan ke dewan tidak ada suara penolakan dari PSI.

Politik Balas Dendam

Kekalahan Ahok dalam pemilihan gubernur DKI tahun 2017 memberikan amunisi dendam politik terhadap PSI kepada Anies Baswedan. Hal itu terasa sekali dari semua komen para politisi di sosial media. Tapi sebagai seorang yang telah matang dalam politik, Anies justru menunjukkan kelasnya sebagai politisi dan tidak reaktif. Bahkan ketika majalah Tempo memuat gambar gubernur dikubangan lem aica aibon, Anies justru mengapresiasi dengan positif.

Pertanyaannya kenapa dendam politik terus menerus dukumandangkan? Itulah pertanyaan yang harus dijawab dengan logika sederhana saja. Siapa dibalik PSI? Ada yang namanya Sunny orang kepercayaan Ahok dan itulah asal muasal dendam politik terjadi. Karena langsung atau tidak langsung Sunny berperan dibalik sentimen politik dari para politisi PSI. Karena Sunny juga bagian dari masalah dalam pemerintahan Ahok. (Baca: Kontroversi Sunny, Staf Ahok yang Jadi Petinggi PSI https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180228144555-32-279421/kontroversi-sunny-staf-ahok-yang-jadi-petinggi-psi)

Prestasi tanpa Apresiasi

Prestasi yang diraih oleh pemerintah DKI Jakarta adalah prestasi yang tanpa apresiasi. Sebab sudah sewajarnya, jika pemerintahan itu baik pasti prestasinya banyak. Lain dengan jika pemerintahannya burak pasti jauh dari prestasi.

Dari hal diatas, Anies memberikan karya, bukan membalas dengan kata-kata. Karena sentimen politik tidak akan mampu menyelesaikan persoalan. Tetapi akan membuat jurang kebersamaan menjadi semakin longgar. Disitulah kita bisa melihat betapa sedihnya melihat para politisi muda membangun sentimen politik berlarut-larut tanpa harus menjadikan dialektika politik yang pas. Sebab dalam politik itu hatus mampu beradu argumen agar kita tidak menjadi politisi kardus, yang hanya bisa dirusak oleh siapapun. Sehingga para politisi itu lebih mulia jika mampu melakukan yang terbaik untuk kepentingan warga. Seperti apa yang diungkapkan oleh Ramlan Surbakti, bahwa politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Depok, 11 November 2019

Sumber: Kanigoro