Penusukan Syekh Ali Jaber, Cobaan Dakwah Level 3
Satu waktu ketika sahabat mengalami kepayahan yang sangat saat Perang Ahzab, salah satu perang paling berat dalam kehidupan para sahabat. Turunlah ayat yang menyemangati mereka.
"Apakah kalian mengira akan masuk surga? Padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan." QS 2: 214
Dari ayat ini kita mendapatkan 3 level cobaan yang menghalangi jalan dakwah:
1. Malapetaka: ejekan, propaganda
2. Kesengsaraan: deraan fisik, ancaman
3. Goncangan: ketakutan yang sangat, siksa psikis.
Ini pun bisa dilihat pada kisah Musa yang mendakwahi Fir'aun, 3 level yang sama:
1. Mengejek Musa, bahwa dia gila, bahwa dia tak tahu terimakasih, hanya anak kemarin sore
2. Mengancam akan memenjarakan Musa
3. Menakut-nakuti pengikut Musa, agar berlepas dari Musa.
Bagi saya? Saya mengenal Islam sebab dakwah, karena itu ketika saya menjadi Muslim, saya pun mengerti, bahwa tujuan yang saya inginkan itu, pasti ada 3 hambatan ini, walau saya tak berharap.
Sebab Rasul dan sahabat pun mengalaminya, maka inilah sunnah dalam dakwah: diejek, didera, diasingkan. Sedari awal, para asatidz sudah memberitahu saya, inilah jalan dakwah.
Maka sebaik apapun anda, bila anda sudah mendakwahkan Islam. Maka pribadi sesempurna Muhammad Rasulullah saja tak cukup. Bahkan Allah pemilik semesta saja dicela oleh mereka.
Tentu @Syekh.Alijaber pun sudah pasti lebih memahami, dan hari-hari ini kita belajar secara nyata makna QS 2: 214 ini, lewat keberanian, keteguhan dan kesabaran beliau.
Bila itu kita, akankah nyali kita tetap kuat untuk bertahan di jalan dakwah? Apakah takut kita pada Allah bisa lebih dominan ketimbang takutnya kita pada yang lainnya?
Bagi saya ini bukan hanya urusan hambatan dakwah level 2 yakni deraan fisik, tapi ini sudah mendekati level 3, menebar siksaan fisik, menyebar ketakutan, target mereka mengguncang jiwa.
Tapi kembali lagi pada pertanyaan yang Allah sampaikan, yang tentunya tak memerlukan jawaban.
Sebab bagi mereka yang merindu kembali ke kampung halamannya, ada harga yang harus disiapkan mengganti tiket berpulang.
Berada di jalan dakwah memang bisa jadi nyawa taruhannya, tapi bukankah tanpa dakwah kita tak ada bedanya dengan mayat? Bahkan lebih rendah dari mayat? Allahummaghfirlana.. Selamatkan para ulama kami duhai Allah..
(By Felix Siauw)
Sumber: konten islam