OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 18 Maret 2022

VIDEO – Rezim Cina Perintahkan Wartawan Uyghur Diekstradisi ke Xinjiang, Istrinya Terus Lakukan Aksi Protes

VIDEO – Rezim Cina Perintahkan Wartawan Uyghur Diekstradisi ke Xinjiang, Istrinya Terus Lakukan Aksi Protes



Buzainuer Wubuli

Setiap hari adalah aksi protes bagi Buzainuer Wubuli (28) dan ketiga anaknya. Idris Hasan, suami Wubuli, ditahan di Maroko dan terancam akan diekstradisi kembali ke Cina.

(Coda Story) – Hasan adalah seorang wartawan, insinyur komputer, dan aktivis. Ia merupakan salah satu dari ribuan warga Uyghur di luar negeri yang dicari-cari oleh rezim komunis Cina untuk dipulangkan dan ditahan di Xinjiang.

Wubuli mengatakan, “Yang saya suka darinya adalah ia sangat pemalu hingga untuk saling bertatap muka dengan perempuan saja ia tak sanggup. Sehingga saya langsung setuju (untuk menikah dengannya) tanpa berpikir ulang, karena sifat pemalunya itu.”

Setelah menikah pada tahun 2012, Hasan dan Wubuli memutuskan pindah ke Turki akibat perlakuan sewenang-wenang yang terus-menerus ditunjukkan aparat rezim komunis Cina di Xinjiang. Istanbul sendiri merupakan rumah bagi komunitas terbesar Muhajirin Uyghur.

“Kami datang ke sini agar bisa hidup dengan damai,” jelas Wubuli.

“Idris bekerja sebagai wartawan untuk sebuah surat kabar. Dia juga menulis buku ini,” kata Wubuli sambil menunjukkan buku berjudul Ilmu Dasar Peretasan, dengan harapan bisa membantu Muslim Uyghur untuk mengatasi permasalahan-permasalahannya.

“Cina mengetahui hal tersebut dan saya pikir itulah mengapa mereka mencari-carinya,” lanjutnya.

Hasan Tertangkap

Selama sembilan tahun di Istanbul, Idris Hasan sudah empat kali ditahan oleh aparat Turkiye; hal ini menurut Wubuli menunjukkan seberapa jauh jangkauan Cina di negeri itu.

“Beginilah perasaan kami, bangsa Uyghur, seakan-akan tidak pernah bisa lepas dari Cina, ke mana pun kami pergi,” terang Wubuli.

“Kadang saya merasa khawatir ketika sedang berada di jalan. Saya takut agen-agen Cina akan datang dan melakukan sesuatu, terutama kepada anak-anak saya.”

Ketika salah seorang temannya ditangkap di Istanbul, Hasan berencana untuk pindah ke negara lain, dengan istri dan anak-anaknya menyusul di kemudian hari.

Sayangnya, Hasan tidak mengetahui bahwa rezim komunis Cina telah mengeluarkan nota merah untuk dirinya. Ia akhirnya ditangkap pada 19 Juli 2021 ketika sedang transit di Casablanca. Saat ini ia ditahan di penjara Maroko.

“Pada hari keempat di malam hari, suamiku menelepon dan memberitahuku, ‘Begitu turun dari pesawat, mereka menangkapku, mengambil telepon dan semua barang,’ lalu mengatakan bahwa ia akan dikirim ke Cina. Begitu ia berbicara seperti itu, sambungan telepon langsung terputus.”

Melalu ekstradisi dan nota merah interpol, Cina telah memulangkan paksa ratusan Muhajirin Uyghur kembali ke Xinjiang. Begitu pula yang sedang terjadi kepada Hasan.

Wubuli menjelaskan, “Orang-orang Uyghur di tanah air kami, hilang satu per satu di dalam penjara maupun kamp konsentrasi. Sementara mereka yang berada di luar negeri, sama sekali tidak dibiarkan hidup tentram.”

Link video: https://www.youtube.com/watch?v=Kk_LjnwYM8I

Aku Ingin Ayahku Bisa Segera Pulang!

Meski Interpol telah mencabut nota merah tersebut karena adanya protes internasional, aparat Maroko tetap berencana mendeportasi Hasan. Terutama karena sudah adanya perjanjian ekstradisi dengan Cina pada awal 2021.

Committee Against Torture (CAT) PBB sebenarnya telah meminta Maroko untuk menahan ekstradisi tersebut, sembari CAT meninjau kembali kasus Hasan. Akan tetapi, proses ini bisa menghabiskan waktu bulanan, bahkan tahunan.

Hal ini membuat keluarga Hasan hidup dalam ketidakjelasan. Meski begitu, Wubuli memilih untuk tidak menyerah dan terus memperjuangkan kebebasan suaminya. Ia bersama ketiga anaknya selalu mengadakan protes di depan Konsulat Maroko.

“Aku ingin ayahku bisa segera pulang ke rumah!” teriak anaknya di depan Konsulat Maroko.

In syaa Allah, saya akan berbuat semaksimal mungkin untuk mencegah suami saya dibawa kembali ke Cina. Kami memutuskan untuk pergi ke konsulat setiap hari sampai mereka membatalkan perintah deportasi tersebut,” tegas Wubuli.

Ia juga menjelaskan, “Kami telah mengirim petisi kepada Konsulat Maroko berulang kali, namun tidak sekali pun mereka memberikan jawaban.”

Rezim Cina pun tidak tinggal diam. Dengan berbagai cara, mereka terus memberikan tekanan kepada keluarga Wubuli, bahkan sampai melibatkan orangtuanya.

“Dari tahun 2016, kami sudah tidak bisa lagi menghubungi keluarga (di Xinjiang). Akan tetapi, sejak penangkapan suami saya, Cina beberapa kali mengizinkan ibu dan ayah saya untuk menelepon. Mereka lalu berkata: ‘Jangan terlibat apa pun. Jaga anak-anakmu’. Cina sampai menggunakan kedua orangtuaku untuk menghentikanku.”

Meski diterpa berbagai cobaan dan tekanan, Wubuli tetap merasa bersyukur bahwa suaminya masih selamat dan belum dikirim ke Cina.

“Jika dia sudah berada di Cina, saya tidak akan bisa lagi mendengar suaranya. Saat ini, setidaknya dua sampai tiga kali dalam sepekan, dia bisa menelepon kami… Sangat berharga bagi kami, masih bisa mendengarkan suaranya,” ungkap Wubuli.

“Kami Tidak Takut”

Wubuli berkata, “Jika semua berjalan baik, suami saya kemungkinan akan pergi ke negara Eropa. Akan tetapi, jika yang terjadi sebaliknya dan mereka memutuskan untuk mengekstradisinya ke Cina, maka anak-anak saya tidak akan bisa lagi bertemu dengan ayahnya.”

Lalu ia menyampaikan, “Kepada rezim Cina, saya katakan: kalian sudah memisahkan kami dari keluarga besar kami. Kalian telah memaksa kami meninggalkan ibu dan ayah kami. Di luar negeri, kami telah memiliki anak-anak kami sendiri. Akan tetapi, sekarang, kalian juga ingin memisahkan kami.”

“Kami tidak takut dengan kalian. Kami sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, kecuali jiwa kami yang panas membara di mana itu membuat kami lebih tidak takut lagi. Meskipun kalian memberi ancaman, kami tidak akan merasa takut.”

Ia tegaskan, “Saya dan anak-anak akan terus berjuang sampai akhir untuk bisa menyelamatkan suami saya.” (Coda Story)

Sumber: Sahabat Al-Aqsha.