10Berita - Ekonom senior Rizal Ramli menyoroti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang meminta SPBU Vivo menyesuaikan kenaikan harga BBM.
Harga BBM Vivo jenis Revvo 98 mengalami penurunan saat pemerintah menaikkan harga BBM, ini lantaran mereka ingin menghabiskan persediaan sampai dua bulan ke depan.
Saat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Vivo malah menurunkan harga Revoo 89 dari sebelumnya Rp9.290 per liter menjadi Rp8.900 per liter.
Warganet dengan akun Twitter @BosTemlen mempertanyakan sikap pemerintah yang seolah menghalangi rakyat untuk mendapatkan harga BBM lebih murah.
"Bgmn bisa pemerintah mengatakan mrk berusaha keras utk memberikan yg terbaik kpd rakyat ketika mrk menghalangi rakyat utk mendapatkan harga terbaik yg tersedia."
"Dgn mendesak perusahaan swasta utk menyesuaikan harga agar tidak lebih murah drp yg dijual pemerintah? MIKIR!" ungkapnya.
Rizal Ramli menanggapi hal ini, dan menyebutkan bahwa Vivo memang sengaja dihadirkan pemerintah demi mendorong Pertamina agar lebih efisien.
"Perusahaan2 spt Vivo itu kecil market share-nya (fringe) sengaja dihadirkan utk dorong Pertamina agar lebih effisien. Ternyata effektif. Eh .. malah dilarang."
"Harus ikuti harga monopoli Pertamina yg tidak effisien ! Mana lembaga konsumen, tuntut dong pakai UU Anti Monopoli?" pungkasnya yang dikutip dari Twitter @RamliRizal, Rabu (7/9).
Perusahaan2 spt Vivo itu kecil market share-nya (fringe) sengaja dihadirkan utk dorong Pertamina agar lebih effisien. Ternyata effektif. Eh .. malah dilarang, harus ikuti harga monopoli Pertamina yg tidak effisien ! Mana lembaga konsumen, tuntut dong pakai UU Anti Monopoli ? https://t.co/dS5jbf0pw1
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) September 7, 2022
[wartaekonomi]