10Berita - Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu menyinggung subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terus bermasalah, saat ini dipatok sebesar Rp502,4 triliun.
Subsidi BBM tersebut terdiri dari subsidi energi Rp208,9 triliun serta kompensasi energi senilai Rp293 triliun, yang telah memberatkan APBN.
Subsidi BBM akan terus mengalami kenaikan, untuk itu penyesuaian harga perlu dilakukan, terhitung sejak Sabtu (3/9/2022) Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan kenaikan harga BBM.
Saat ini harga Pertalite dipatok Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter, dan Solar subsidi Rp6.800 per liter dari sebelumnya Rp5.150 per liter.
Kemudian BBM non-subsidi berjenis Pertamax dibandrol dengan harga Rp14.500 per liter, dari sebelumnya dengan harga Rp12.500 per liter.
Sementara itu, salah satu alasan kenaikan harga BBM yaitu karena subsidi sekitar 70 persen dinikmati kelompok masyarakat mampu, sehingga disinggung salah sasaran.
Said Didu mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya polemik subsidi BBM yaitu karena BBM dijadikan sebagai ajang pencitraan, ini disinyalir sebagai sindirian untuk pemerintahan Jokowi.
"Salah satu penyebab terjadinya masalah subsidi BBM krn BBM dijadikan komoditas pencitraan," pungkasnya yang dikutip dari Twitter @msaid_didu, Rabu (7/9).
Salah satu penyebab terjadinya masalah subsidi BBM krn BBM dijadikan komoditas pencitraan.
— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) September 7, 2022
[wartaekonomi]