Pejuang Kemiskinan Itu Bernama Anies Rasyid Baswedan
10Berita - Salah satu lagu Bob Marley yang terkenal Them Belly Full (But We Hungry). Lagu ini mengutuk ketimpangan dan kemiskinan. “Perut mereka penuh, sementara kami lapar. Massa yang lapar adalah massa yang marah,” demikian lirik lagu itu.
Bob Marley atau nama lengkapnya Robert Nesta Marley di juluki sebagai “Raja Reggae”. Pria kelahiran 6 Februari 1945 ini dikenal sebagai legenda musisi reggae dunia. Seorang revolusioner dalam kata-kata lagu dan perbuatan.
Marley menggunakan reggae sebagai senjata perlawanannya terhadap ketidakadilan, rasialisme, kemiskinan, koloniailsme hingga imperialisme.
Meski kematiannya sudah 42 tahun lalu, namanya tetap dikenang dan berkibar di jagat musik seperti juga Jhon Lennon, Freddie Mercury, Janis Joplin, Jim Morisson, Michael Jackson, Kurt Cobain dan Joe Strummer.
Seperti halnya Bob Marley, Anies Rasyid Baswedan mempunyai cara sendiri. Anies berjuang bersama rakyat melalui kebijakannya yang peduli terhadap nasib rakyat kecil.
Salah satunya adalah ketika Anies Baswedan yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, bertemu dengan Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) bersama ribuan rakyat miskin Jakarta mendatangi Balaikota Jakarta. Mereka datang membawa konsep penataan pemukiman miskin untuk Pemerintah DKI Jakarta.
“Kami ingin bersilaturahmi dengan Gubernur, sambil mengajukan konsep tentang penataan pemukiman warga miskin DKI yang berada di RTH (Ruang Terbuka Hijau),” kata Ketua Umum SRMI, Wahida Baharuddin Upa.
Menurut Wahida, banyak pemukiman warga miskin di Jakarta berada di zona RTH. Karena itu, mereka sangat rentan terkena penggusuran paksa kapan saja.
“Penggusuran itu berdampak buruk bagi rakyat miskin, seperti menjadi tunawisma, kehilangan pekerjaan dan penghidupan ekonomi, terpisah dari komunitas sosialnya, hingga kehilangan hak-haknya sebagai Warga Negara,” jelasnya.
SRMI mengajukan usulan kepada Gubernur DKI Jakarta untuk melakukan perubahan zonasi, dari peruntukan RTH menjadi pemukiman.
“Usul kami ini merupakan aspirasi dari 3314 jiwa warga DKI dan mewakili 873 bidang pemukiman. Mereka semua membubuhkan tandatangan dan hadir di sini,” kata Wahida.
Selain usulan perubahan zonasi untuk menjamin hak rakyat miskin atas tempat tinggal, SRMI juga mendorong agar Pemerintah DKI Jakarta memperbanyak pembangunan Ruman Susun Sederhana Hak Milik (Rusunami).
“Karena ketersediaan lahan sangat terbatas di DKI ini, maka Rusunami bisa menjadi solusi, agar warganya tetap bisa punya tempat tinggal yang layak dan manusiawi,” jelasnya.
Konsep usulan SRMI kemudian diserahkan dan diterima langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Ketua Umum SRMI juga sempat berbincang dengan Anies Baswedan perihal konsep itu di ruang kerja Gubernur.
Usai penyerahan konsep dan perbincangan singkat, Gubernur Anies Baswedan keluar untuk menemui ribuan rakyat miskin. Anies berjanji akan memanggil sejumlah petinggi Instansi di DKI Jakarta untuk merumuskan Peraturan Daerah agar tidak bertabrakan dengan peraturan lain terkait perubahan zonasi itu.
Tiga tahun kemudian, Anies Baswedan benar-benar mewujudkan harapan dan keinginan rakyat kecil untuk memiliki hunian yang layak dan manusiawi. Harapan yang sama seperti pernah disampaikan Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Wahida Baharuddin Upa pada saat itu.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Joko Widodo ini, meresmikan selesainya pembangunan 33 tower dan 7.421 unit Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di sejumlah wilayah di Jakarta.
Peresmian 33 tower rusunawa ini dilakukan di Rusunawa Penjaringan, Jakarta Utara, pada Kamis, 18 Agustus 2022. 33 tower itu merupakan bagian dari 12 unit rusunawa yang pembangunannya tersebar di empat wilayah Jakarta.
Pembangunan 33 tower rusunawa merupakan rekor pembangunan unit Rusunawa terbanyak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. “Ini semua kami kerjakan karena kami memiliki janji politik,” kata Anies Baswedan.
Setiap unit Rusunawa memiliki luas 36 m2, terdiri dari ruang keluarga, 2 unit kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan balkon yang didukung dengan material bangunan yang berkualitas baik.
Ketika Anies maju sebagai calon presiden yang didukung oleh tiga partai politik sekaligus yaitu, Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS, yang kini tergaung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), kebijakan Anies Baswedan yang selalu berpihak pada suara akar rumput, pada akhirnya menguap begitu saja. Ada kekuatan besar yang tidak menginginkan Anies menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia.
Sumber: kba