OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label DUNIA ISLAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DUNIA ISLAM. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Desember 2017

Sindir Menlu UEA, Sekjen Ulama Dunia: Faktanya Ottoman Tak Serahkan Palestina

Sindir Menlu UEA, Sekjen Ulama Dunia: Faktanya Ottoman Tak Serahkan Palestina

Sekjen IUMS, Syaikh Ali Qaradaghi. (aa.com.tr/ar)

10Berita – Doha. Sekretaris Jendral Ikatan Ulama Muslim Sedunia (Sekjen IUMS), Syaikh Ali Qaradaghi, turut angkat bicara terkait postingan Menlu UEA yang menghina komandan Ottoman, Fakhri Pasya. Menurutnya, negara Ottoman lebih terhormat karena mempertahankan dan tidak menyerahkan Palestina pada Yahudi.

“Cukuplah bagi Ottoman untuk mendapatkan kehormatan dan balasan karena telah membangun peradaban Islam yang besar, menyebarkan Islam, menjaga tanah Palestina, dan tidak menyerahkan sejengkalpun. Pernyataan Sultan Abdul Hamid II sebaik-baiknya saksi,” kata Syaikh Qaradaghi, seperti dilansir aa.com.tr/ar, Kamis (21/12/2017).

Ia menambahkan, “Sedangkan dalam masa nasionalisme Arab, Palestina termasuk Al-Quds dan Masjidil Aqsha terjajah serta hilang hak-haknya.

Sebelumnya, Menlu UEA diketahui menghina komandan Ottoman yang saat itu bertugas untuk kota Madinah. Melalui akun twitternya, Bin Zayed me-retweet posingan DR. Ali al-Iraqi yang tinggal di Jerman.

Dalam postingannya al-Iraqi menuding Fakhri Pasya mencuri harta penduduk Madinah dan mendeportasi mereka ke Levant dan Istanbul pada tahun 1916. Ia menambahkan, “Ia juga mencuri sebagian besar manuskrip di perpustakaan al-Mahmudiyah dan mengirimnya ke Turki.”

“Mereka itu nenek moyang Erdogan dan sejarahnya terhadap kaum muslimin dan Arab,” tutup al-Iraqi dalam postingannya tersebut.

Menanggapi hal itu, Erdoga pun murka dan mengecam pernyataan Menlu UEA tersebut. Kepada wartawan, ia menegaskan bahwa Imperium Ottoman dan sekutunya bertaruh nyawa dalam mempertahankan kota Madinah.

Baca: Erdogan Murka pada Menteri Luar Negeri UEA

“Saat kakek kami, Fakhri Pasya, mempertahankan kota Madinah, di mana kakek Anda wahai orang yang malang, yang penuh kesombongan?” lanjutnya, seperti dilansir Aljazeera.net, Rabu (20/12).

Erdogan menambahkan, “Anda (Bin Zayed), harus tahu batasan. Anda tidak tahu betul tentang bangsa ini (Turki). Anda juga tidak mengenal Erdogan, apalagi dengan kakek-kakeknya. Kami mengenal mereka yang sibuk mengurusi sejarah kami dan juga sosok Fakhri Pasya. Kami akan mengungkapnya pada waktu yang tepat.”

“Ada pula yang menuduh Ottoman mencuri berbagai peninggalan dan memindahkannya ke Istanbul. Jelas tudingan itu tidak benar. Negara Ottoman melestarikan arkeologi, memerintah dengan adil dan senantiasa menjaga amanah,” imbuh Erdogan. (whc/)

Sumber: Anadolu Ajansi Arabic, dakwatuna

Raja Salman Tegaskan Saudi Dukung Yerusalem Timur Sebagai Ibukota Palestina

Raja Salman Tegaskan Saudi Dukung Yerusalem Timur Sebagai Ibukota Palestina

10Berita – Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz As-Saud pada Rabu (20/12) menegaskan dukungan kuat negerinya bagi hak rakyat Palestina untuk memiliki Jerusalem Timur sebagai Ibu Kota Negara Palestina, demikian laporan Saudi Press Agency.

Raja Arab Saudi tersebut membahas masalah regional dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang sedang berkunjung, kata Xinhua –yang dipantau di Jakarta, Kamis pagi. Selama pertemuan mereka, Raja Salman juga menegaskan hak rakyat Palestina untuk negara merdeka mereka.

Arab Saudi pada awal Desember menyampaikan kekecewaannya atas keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Zionis-Israel dan memerintahkan pemindahan Kedutaan Besar AS ke kota yang menjadi sengketa tersebut.

Langkah itu tidak mengubah hak rakyat Palestina yang terpelihara dan tak bisa dipungkiri di Jerusalem, dan wilayah lain Palestina yang diduduki oleh Zionis-Israel, katanya.

Arab Saudi juga memperingatkan bahwa tindakan tersebut menjadi contoh kemunduran drastis dalam upaya untuk memajukan proses perdamaian Palestina-Zionis Israel, dan tindakan menjauhkan diri dari posisi lama tak memihak AS mengenai masalah Jerusalem, sehingga akan menambah rumit konflik Palestina-Israel.(kl/rm)

Sumber : Eramuslim

Rabu, 20 Desember 2017

Ismail Haniyah: Qatar Pendukung Utama Gaza Saat Negara Lain Mencampakkannya

Ismail Haniyah: Qatar Pendukung Utama Gaza Saat Negara Lain Mencampakkannya

Ismail Haniyah saat berpidato dalam peringatan Hari Nasional Qatar di Gaza. (watanserb.com)

10Berita – Gaza. Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Ismail Haniyah menyebutkan, Negara Qatar memiliki sikap permanen dalam mendukung Gaza dan Palestina. Menurutnya, Qatar bukanlah mendukung Hamas, melainkan mendukung seluruh rakyat Palestina.

“Qatar berdiri bersama Gaza saat negara-negara lain mencampakkannya. Kami tidak akan mengecewakan Qatar. Qatar memiliki sikap dan keputusan permanen, dan kami bersama mereka dalam setiap sikap mereka terhadap rakyat kami,” kata Haniyah dalam acara peringatan Hari Nasional Qatar di Khan Yunis.

Dilansir dari watanserb.com, Rabu (20/12/2017), Haniyah menambahkan, “Qatar bukan mendukung Hamas atau faksi lainnya. Mereka mendukung rakyat kami, dan siapapun yang mendukung rakyat berarti mendukung kami.”

Dalam kesempatan tersebut, Haniyah juga menyeru negara-negara Teluk untuk mempersatukan diri dan menyelesaikan permasalahan dengan berunding.

Terkait keputusan Trump tentang Al-Quds, Haniyah menyebut itu akan digagalkan oleh Rakyat Palestina. “Keputusan itu tidak memiliki masa depan. Al-Quds hanya satu dan merupakan ibukota bagi Palestina. Kami juga menolak pembagian Al-Quds timur ataupun barat,” tegasnya.

Hari Nasional Qatar

Setiap tanggah 18 Desember, Negara Qatar memperingati unifikasi negara tersebut yang terjadi pada tahun 1878 silam. Peringatan yang dikenal sebagai Hari nasional itu baru dirayakan mulai tahun 2007 lalu, setelah Syaikh Tamim bin Hamad Al Tsani yang saat itu Putra Mahkota Emir mengeluarkan dekrit.

Hari Nasional Qatar tahun ini menjadi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berkenaan dengan pemberlakuan boikot oleh Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir, sejak lebih dari enam bulan lalu. (whc/)

Sumber :dakwatuna

Senin, 18 Desember 2017

Normalisasi Hubungan Saudi-Israel Lebih Buruk dari Tindakan Trump

Normalisasi Hubungan Saudi-Israel Lebih Buruk dari Tindakan Trump

10Berita - Beirut,-Nabil Qaouk, anggota Dewan Pusat Hizbullah, menyatakan pihaknya selalu siap mendukung dan membela perjuangan Palestina.

“Bocah-bocah yang memegang batu di Palestina jauh lebih efektif dari konferensi dan sidang-sidang Arab, sebab Israel lebih takut kepada mereka daripada para raja dan pemimpin negara-negara Arab,”kata Qaouk, seperti dilansir oleh al-Ahed.

Menurut Qaouk, yang ditakuti Israel adalah kelompok perlawanan Lebanon dan Palestina, bukan Saudi. Rezim Zionis tahu bahwa Saudi bukan ancaman bagi Israel, walau mereka dilengkapi dengan persenjataan senilai milyaran dolar, karena senjata-senjata itu digunakan untuk memerangi muslimin Yaman, Iran, Suriah, dan kelompok muqawamah.

“Saudi tidak akan berperang dengan Israel, sebagaimana Israel tidak akan memerangi mereka,”tegas Qaouk.

Terkait klaim menlu Saudi bahwa Amerika “serius dalam menyelesaikan masalah Palestina,” Qaouk berkata bahwa normalisasi hubungan Saudi-Israel lebih menyakitkan daripada keputusan Trump soal al-Quds. Dia menyatakan, bagaimana bisa negara yang mengaku ingin melayani Palestina, tapi malah mengabaikan al-Quds dan hal-hal yang disucikan Umat Islam?

“Muqawamah (resistansi) tidak terkait dengan para penguasa dan raja. Poros ini bergantung pada strateginya, sebagaimana bangsa Palestina mengandalkan tekad para pejuang dan senjata mereka, juga janji-janji tulus Sayyid Hasan Nasrullah,”pungkas Qaouk. (af/isna)

Sumber : LiputanIslam.com

Minggu, 17 Desember 2017

Imam Masjid Al-Aqsa : “Jerusalem kunci perdamaian dan perang, Jerusalem akan terus menjadi milik Palestina”

Imam Masjid Al-Aqsa : “Jerusalem kunci perdamaian dan perang, Jerusalem akan terus menjadi milik Palestina”

10Berita : Khotbah Jum’at di Masjid Al-Aqsa dalam shalat Jumat kemarin mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan Jerusalem sebagai ibukota Israel.

“Seratus tahun telah berlalu sejak deklarasi Balfour, dimana tanah kita [Palestina] diberikan oleh mereka yang tidak memilikinya kepada mereka yang tidak layak mendapatkannya,” ungkap Imam Al-Aqsa Sheikh Ismael Nawahda, seperti dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu, (16/12/17).

“Sekarang, pada peringatan 50 tahun pendudukan Jerusalem, pemerintah AS mengatakan bahwa tanah suci ini sebagai ibukota Israel yang secara terang-terangan telah mengabaikan hak-hak Palestina dan umat Islam.”

Dengan menegaskan bahwa Yerusalem akan selalu menjadi milik Muslim dan Arab, dia menyatakan: “Kami berharap negara-negara yang telah bereaksi (OKI) terhadap keputusan AS, akan mengambil langkah konkret untuk membuktikannya.”

Sheikh Nawahda kemudian menyebut Jerusalem sebagai “kunci perdamaian dan perang” di wilayah tersebut.

Rabu, (6/12/17) Trump mengumumkan keputusan AS yang menyatakan Jerusalem (Al-Quds) sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke kota suci tersebut.

Menanggapi langkah AS yang kontroversial tersebut, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menyelenggarakan KTT luar biasa di Istanbul rabu kemarin dan secara resmi mendeklarasikan bahwa Jerusalem adalah ibukota Palestina. (DH/MTD)

Sumber : Anadolu Agency
Redaktur : Hermanto Deli

Jumat, 15 Desember 2017

Abbas Terimakasih pada Erdogan

Abbas Terimakasih pada Erdogan

10Berita - ISTANBUL – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Kamis (14/12/2017) bertemu dengan delegasi sebuah forum pemuda yang berafiliasi dengan Organisasi Kerjasama Islam-OKI (the Organization of Islamic Cooperation-OIC) di Istanbul, lansir Anadolu Agency.

Delegasi Forum Pemuda Konferensi Islam untuk Dialog dan Kerjasama (Islamic Conference Youth Forum for Dialogue and Cooperation-ICYF-DC) dipimpin oleh Duta Besar Elshad Isgandarov.

Abbas mengatakan bahwa proyek untuk mengumumkan Yerusalem sebagai “Ibukota Pemuda Dunia Islam” untuk tahun 2018 adalah salah satu “tindakan dukungan internasional yang paling penting”.

Abbas mengucapkan terima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan untuk menyelenggarakan KTT OKI yang luar biasa di Istanbul pada hari Rabu.

Isgandarov mengatakan bahwa tujuan utama proyek “Al-Quds-OIC Youth 2018” adalah untuk mempersiapkan program yang akan dihadiri oleh kaum muda dari seluruh dunia.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran internasional akan kasus hak rakyat Palestina, kata Isgandarov.

Dalam pertemuan dengan Abbas, dia memberikan rincian lebih lanjut mengenai proyek yang diluncurkan oleh ICYF-DC.

ICYF-DC, sebuah organisasi internasional berbasis di Istanbul yang berafiliasi dengan OKI, bertujuan untuk melakukan advokasi demi kepentingan kaum muda, mendukung pembangunan berkelanjutan, mempromosikan pendidikan formal dan non-formal, memperkuat nilai-nilai moral generasi muda dan terlibat dalam dialog antar budaya dan peradaban.

Sumber : Jurnalislam.com

Kamis, 14 Desember 2017

Mengapa Saudi dan Mesir Begitu Lemah di Hadapan Zionis-Israel, Beda Dengan Turki?

Mengapa Saudi dan Mesir Begitu Lemah di Hadapan Zionis-Israel, Beda Dengan Turki?


10Berita – Mau tahu kondisi sosial Saudi dan Mesir? DR Abdullah El Harby anggota Majlis syuro (sejenis parlemen) Saudi mengatakan 37 persen rakyat Saudi tidak memiliki rumah, padahal Saudi adalah pemasok 60 persen bahan bakar dunia dan hanya berpenduduk 20 juta jiwa. Saudi mengalami “pendarahan” APBN-nya hingga mencapai 100 milyar dollar pertahun, ini mengancam reserve devisa mereka dalam 8 tahun, artinya Saudi akan menjadi negara penghutang dan turun derajat menjadi negara non kaya dalam 8 tahun kedepan.

Mesir kondisinya lebih parah, DR Medhat Nafi’ seorang pakar keuangan dan ekonomi yang menjadi anggota badan industri strategis logam Mesir mengatakan bahwa jumlah kemiskinan akut yang berjumlah 30 juta penduduk Mesir sudah tidak realistis lagi. Tahun 2016, mata uang Mesir menjadi satu satunya mata uang yang hancur nilainya didunia, ini membuat standar kemiskinan lebih besar, dari 104 juta penduduk Mesir hampir setengahnya adalah orang miskin.

Mengapa kita membicarakan kedua negara ini? Dua negara ini bisa dibilang sebagai tiang utama bangsa Arab yang seharusnya tempat mereka bergantung dan berlindung. Sayang, kedua negara ini tidak mampu membangun ekonomi dengan baik meski dengan sumber daya manusia dan alam yang sangat besar. Inilah jawaban mengapa mereka terlihat begitu lemah dihadapan Israel.

Situasi berbeda dialami oleh Turki, negeri ini sejak 15 tahun yang lalu bangkit dalam segala bidang. Meski miskin sumberdaya alam, National product Turki tahun 2014 mencapai 1.1 trilyun dollar, ini sama saja menggabung national product Iran, Saudi, Emirat, Jordania dan Lebanon.

Pendapatan perkapita menembus 10 ribu dollar pertahun, pertumbuhan ekonomi Turki mencapai angka fenomenal yaitu 11 persen dalam kuartal terakhir tahun ini (terbesar dan tercepat di dunia). Sebuah angka yang hanya mampu diraih China dalam sejarah. Banyak pengamat ekonomi dunia mengatakan, Turki-lah yang menjadi penerus tradisi pertumbuhan ekonomi super tinggi setelah pertumbuhan di China meredup.

Sumber : Eramuslim 

Raja Salman dan Raja Yordania: Kami Berada di Pihak Palestina

Raja Salman dan Raja Yordania: Kami Berada di Pihak Palestina

10Berita - RIYADH— Dua pemimpin Negara Arab, yakni Raja Arab Saudi, Raja Salman dan Raja Yordania, Raja Abdullah II membahas Yerusalem di Riyadh, pada Selasa (12/12/2017) kemarin, Mereka mendiskusikan perkembangan terakhir di wilayah Yerusalem.

Keduanya menegaskan keberpihakan mereka terhadap palestina dengan tidak sepakat atas keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel.

Karena menurut keduanya, hal tersebut dapat merusak perdamaian diantara kedua negara, yakni palestina dan Israel, termasuk mengganggu keamanan dan stabilitas di Timur Tengah.

Dua pemimpin negara tersebut akan intensif berkordinasi dengan Negara-negara Arab dan juga bertemu dengan komunitas internasional untuk mengedepankan perdamaian wilayah.

Keduanya sepakat untuk melindungi sejarah dan hak rakyat Palestina di Yerusalem dan mencari resolusi damai.

Selain membahas Palestina, kedua kepala negara juga meninjau hubungan Saudi-Yordania di berbagai sektor. Keduanya sepakat untuk terus mengembangkan kerja sama, termasuk di bidang pemberantasan terorisme.[]

 

Sumber:SaudiPressAgency, Islampos.

Rabu, 13 Desember 2017

KTT OKI : Para Pemimpin Dunia Muslim Menolak Tegas Keputusan Trump Atas Kota Jerusalem

KTT OKI : Para Pemimpin Dunia Muslim Menolak Tegas Keputusan Trump Atas Kota Jerusalem

10BeritaOrganisasi Kerjasama Islam (OKI) yang tengah menyelenggarakan KTT saat ini di Istanbul Turki, Rabu, (13/12/17) mengatakan bahwa dengan menolak tegas keputusan sepihak Amerika Serikat yang menyatakan kota Jerusalem sebagai ibukota Israel.

Sekretaris Jenderal OKI, Sheikh Yousef al-Othaimeen dalam sambutan pembukaan KTT OKI mendesak para pemimpin Muslim untuk bekerja sama memberikan tanggapan yang tepat dan solusi-solusi yang akan diambil terhadap langkah Trump tersebut.

“OKI menolak dan mengutuk keputusan Amerika. Ini adalah pelanggaran hukum internasional dan ini adalah provokasi perasaan Muslim di dunia. Keputusan AS ini akan menciptakan situasi ketidakstabilan di wilayah ini dan di dunia,” ungkap Sheikh Yousef al-Othaimeen, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Berbicara sebelum al- Othaimeen, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa AS telah “mendiskualifikasi” dirinya dari perundingan damai Israel-Palestina di masa depan setelah membuktikan posisinya mendukung Israel secara sepihak”.

“Kami tidak akan menerima peran apapun bagi Amerika Serikat dalam proses perdamaian, mereka telah membuktikan dukungan penuh mereka untuk Israel. Jerusalem telah dan akan selalu menjadi ibu kota Palestina,” tegas Abbas.

Berbicara pada pertemuan tersebut, Presiden Erdogan menyebut Israel sebagai “negara yang ketakutan” dan mengatakan bahwa pengakuan AS atas Jerusalem sebagai ibukota Israel telah ditegur oleh masyarakat internasional.

“Ini tidak sah dan kosong … kecuali Israel, tidak ada negara di dunia yang mendukung [keputusan ini]. Siapa pun yang berjalan beberapa menit di jalan-jalan di Jerusalem akan mengenali kota ini milik siapa,” ungkap Erdogan.

Langkah Trump telah memicu gelombang protes dari Asia, Timur Tengah, hingga ke Afrika Utara, dengan puluhan ribu orang turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir untuk mengutuk Trump atas keputusannya. (DH/MTD)

Sumber : Al Jazeera, Moslemtoday.com
Redaktur : Hermanto Deli

Turki Kritik Negara-negara Arab Yang “Loyo” Dalam Ikut Serta Pertemuan OKI Bahas Al Quds

Turki Kritik Negara-negara Arab Yang “Loyo” Dalam Ikut Serta Pertemuan OKI Bahas Al Quds

10Berita Ankara telah mengkritik reaksi Arab yang lemah terhadap keputusan AS untuk mengakui Al Quds sebagai ibukota panjajah Zionis, pada malam KTT Muslim hari Rabu di Istanbul, demikian lansir Russia Today (12/12/2017).

Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang telah menuduh AS mengabaikan klaim Palestina ke Yerusalem timur dan “menginjak-injak hukum internasional,” telah mengundang para pemimpin dari lebih dari 50 negara Muslim untuk ikut serta dalam pertemuan, lapor Reuters.

Saudi Belum Memastikan Partisipasi

Beberapa negara masih belum mengatakan siapa yang akan mereka kirim ke Istanbul. “Beberapa negara Arab telah menunjukkan respon yang sangat lemah,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. “Tampaknya beberapa negara sangat pemalu terhadap AS.” Mesir dan Uni Emirat Arab akan mengirim menteri luar negeri, sementara Arab Saudi belum mengatakan bagaimana akan berpartisipasi.

Sumber : Hidayatullah.com

Selasa, 12 Desember 2017

Turki Kritik Reaksi Lemah Negara Arab Terkait Masalah Yerusalem

Turki Kritik Reaksi Lemah Negara Arab Terkait Masalah Yerusalem


10Berita - ANKARA, TURKI  - Ankara telah mengkritik apa yang disebut reaksi yang lemah dari negara-negara Arab terhadap keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, pada KTT Muslim Selasa (12/12/2017) malam di Istanbul.

Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang telah mengatakan AS mengabaikan klaim Palestina ke Yerusalem timur dan "menginjak-injak hukum internasional," telah mengundang para pemimpin dari lebih dari 50 negara Muslim untuk menyetujui sebuah tanggapan, lapor Reuters.

Beberapa negara masih belum mengatakan siapa yang akan mereka kirim ke Istanbul.

"Beberapa negara Arab telah menunjukkan respon yang sangat lemah," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

"Tampaknya beberapa negara sangat takut-takut terhadap AS."

Mesir dan Uni Emirat Arab akan mengirim menteri luar negeri, sementara Arab Saudi belum mengatakan bagaimana akan berpartisipasi. (st/RT) 

Sumber : voa-islam.com

Sabtu, 09 Desember 2017

(Video) Aksi-aksi Heroik Rakyat Palestina Memprotes Keputusan Trump atas Kota Jerusalem

(Video) Aksi-aksi Heroik Rakyat Palestina Memprotes Keputusan Trump atas Kota Jerusalem



10BeritaAksi demonstrasi rakyat Palestina berlanjut untuk hari keempat di Tepi Barat, Kota Jerusalem dan Jalur Gaza untuk memprotes keputusan AS yang mengumumkan Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di Jerusalem, pasukan Israel menembakkan granat setrum dan gas air mata saat padatnya kerumunan warga Palestina. 13 warga Palestina ditahan dan 12 lainnya mengalami luka-luka saat tentara Israel mendorong dan memukul wartawan dan demonstran di lokasi kejadian.

Alan Fisher dari Al Jazeera melaporkan dari demonstrasi di Jerusalem bahwa terjadi bentrokan sepanjang siang hari. “Kami telah melihat sejumlah orang yang memulai dengan demonstrasi kecil yang sangat damai untuk memastikan suara mereka dapat didengar,” katanya.

“Mereka mencoba berbaris di jalan ketika polisi mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak memiliki izin dan tidak dapat berbaris dan pada saat itu beberapa konfrontasi dimulai.”

Pasukan Israel menutup sebagian besar toko di Salah Eddin dan menyita bendera dan poster Palestina dari para demonstran.

“Seorang petugas polisi tidak menyukai poster yang dipegang seorang wanita. Dia mengambilnya, wanita itu keberatan sehingga dia meninju wajahnya,” kata Fisher.

 Video Dokumetasi Al Jazeera :

Sumber : Al Jazeera

Jumat, 08 Desember 2017

Ribuan Warga Palestina Siap Syahid Demi Pertahankan al-Aqsha

Ribuan Warga Palestina Siap Syahid Demi Pertahankan al-Aqsha


10Berita – Ribuan warga Palestina di Betlehem bergabung dalam aksi demonstrasi bertajuk Hari Kemarahan, Kamis kemarin (7/12). Aksi ini digelar untuk memprotes dan menolak keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakuiYerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel.

Aksi demonstrasi menentang keputusan AS ini tidak hanya diikuti kalangan pria saja, tapi juga wanita dan anak-anak. “Saya melihat orang-orang dalam demonstrasi yang tidak pernah melakukan demonstrasi semacam ini,” ungkap salah satu warga Palestina yang berpartisipasi dalam aksi tersebut, Rabee Alsos, dikutip laman Aljazirah.

Menurut Rabee, memang wajar bila seluruh kalangan masyarakat Palestina turun ke jalan untuk memprotes dan menolak keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel. Yerusalem dan Masjid Al Aqsha sangat berarti bagi semua orang di sini, bahkan anak-anak. “Keputusan (AS) ini adalah sebuah kesalahan besar,” ujarnya.

Ramzi, seorang anak Palestina berumur 15 tahun adalah salah satu anak-anak yang bergabung dalam aksi demonstrasi di Betlehem. Kendati masih terbilang sangat muda, Ramzi tampak sudah sangat memahami tentang status Yerusalem. Ia menilai keputusan Trump sangat bias Israel dan mendukung okupasi yang dilakukannya.

Ia meminta, Trump untuk meminta maaf kepada rakyat Palestina atas pengakuannya yang keliru terkait Yerusalem. “Kita siap mengorbankan diri kitauntuk Yerusalem. Saya siap untuk tidur di gang-gang Yerusalem sampai ia dibebaskan, kata Ramzi.

Jihad, pemuda Palestina berumur 24 tahun, mengaku, akan tetap melakukan perlawanan terhadap tentara-tentara Israel yang berupaya membubarkan demonstrasi warga Palestina. “Kami tidak memiliki senjata atau pesawat untuk melawan tentara ini. Kami tahu melempar batu-batu ini tidak banyak berdampak, tapi ini adalah simbol penolakan kami terhadap keputusan Trump,” ucapnya.

Ia menilai, keputusan Trump tidak hanya keliru dan tidak adil, tapi juga menunjukkan kedunguannya. “Bagaimana Trump bisa memberikan tanah yang tidak dia miliki?,” kata Jihad.

Kepala Komite Koordinasi Perjuangan Rakyat Betlehem Munther Amira mengatakan keputusan Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel jelas bertentangan dengan hukum internasional dan melawan hak-hak warga Palestina. Trump tidak hanya mengumumkan bahwa Yerusalem adalah ibu kotaIsrael. “Dia telah menunjukkan kepada kita bahwa AS dan Israel adalah sama,” ujar Amira.

Trump telah mengumumkan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12). Dengan keputusannya tersebut, AS menjadi negara pertama di dunia yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis-Israel.(kl/aljz)

Sumber : Eramuslim

Kamis, 07 Desember 2017

Otoritas Palestina : “Trump Deklarasikan Perang Melawan 1,5 Miliar Muslim Dunia”

Otoritas Palestina : “Trump Deklarasikan Perang Melawan 1,5 Miliar Muslim Dunia”

 



10BeritaKeputusan Presiden AS Donald John Trump mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel memicu gelombang kemarahan masyarakat internasional, khususnya Palestina. Keputusan Trump sekaligus menghancurkan upaya proses perdamaian Israel-Palestina.

“Presiden AS Donald Trump secara sadar sedang membuat sebuah deklarasi perang dengan mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel,” ungkap Manuel Hassassian, wakil kepala Palestina untuk Inggris, seperti dilansir dari Reuters, Kamis, (7/12/17).

“Jika dia mengatakan apa yang ingin dia katakan tentang Jerusalem sebagai ibu kota Israel, itu berarti ciuman kematian terhadap upaya perdamaian di wilayah ini,” kata Manuel Hassassian.

“Dia sedang mengumumkan perang di Timur Tengah, dia mengumumkan perang melawan 1,5 miliar Muslim dan ratusan juta orang Kristen yang tidak akan menerima tempat suci mereka berada di bawah hegemoni Israel,” Hassassian menambahkan.

Sementara Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengecam keputusan AS mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Abbas menegaskan bahwa Palestina menolak untuk mengakui tindakan kontroversial Presiden Donald Trump tersebut.

Dalam pidato di TV Palestina menanggapi pernyataan Trump, Abbas menegaskan bahwa kota Jerusalem adalah ibukota negara Palestina. “Jerusalem adalah ibukota abadi Negara Palestina.” (DH/MTD)

Sumber : Reuters, Moslem Today

Polemik Al-Quds, Syaikh Al-Qaradhawi: Umat Harus Melakukan Perlawanan

Polemik Al-Quds, Syaikh Al-Qaradhawi: Umat Harus Melakukan Perlawanan

Syaikh Yusuf Qaradhawi. (Reuters)


10Berita – Doha. Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui secara resmi Al-Quds sebagai ibukota bagi Israel, dengan cepat mengundang respon penolakan dari seluruh dunia. Salah satunya datang dari Ketua Ikatan Ulama Muslim Dunia (IUMS), Syaikh DR. Yusuf al-Qaradhawi.

Dilansir dakwatuna.com, melalui akun twitterpribadinya, Syaikh al-Qaradhawi mengecam keras keputusan yang diambil Trump terkait status kota Al-Quds yang terjajah. Ia bahkan menyebut permasalah ini bukan hal yang sepele yang bisa diputuskan sewaktu-waktu. “Kami tidak menerima konsesi terhadap Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama dan masjid agung yang ketiga,” tulisnya.

Dalam postingan yang lain ia menyebut Al-Quds merupakan kota yang identik dengan Palestina. Menurutnya, Palestina tanpa Al-Quds tidak-lah berarti. Bahkan, Syaikh juga menyeru kepada umat Islam untuk melawan keputusan Trump tersebut.

“Apa makna Palestina tanpa Al-Quds? Dimana kaum muslim? Dimana dunia Islam? Mana umat Islam yang terbentang dari timur ke barat? Permasalahan ini harus dilawan. Kita harus menolaknya. Kita harus berkata tidak,” lanjutnya.

Tidak sampai di situ, Syaikh al-Qaradhawi juga menyebut keharusan melawan meski umat dalam keadaan lemah. “Tidak mungkin melawan senjata dengan perkataan. Itu mustahil. Perlawanan itu harus. Umat harus melawan dan tidak menyerah selamanya. Boleh jadi saat ini kita lemah. Tapi dengan penolakan, setidaknya itu bentuk dari perlawanan,” tegasnya. (whc/)

Sumber :dakwatuna

Abbas : “Jerusalem adalah Ibukota Abadi Palestina”

Abbas : “Jerusalem adalah Ibukota Abadi Palestina”



10BeritaPresiden Palestina, Mahmoud Abbas mengecam keputusan AS mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Abbas menegaskan bahwa Palestina menolak untuk mengakui tindakan kontroversial Presiden Donald Trump tersebut.

Dalam pidato di TV Palestina menanggapi pernyataan Trump, Abbas menegaskan bahwa kota Jerusalem adalah ibukota negara Palestina. “Jerusalem adalah ibukota abadi Negara Palestina. Pernyataan Trump menegaskan bahwa AS tidak dapat lagi menjadi mediator dalam perundingan perdamaian Israel-Palestina.” ungkap Abbas, seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis, (7/12/17).

Abbas menyatakan bahwa pengumuman Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel dan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem adalah sebuah deklarasi perang terhadap Palestina.

Abbas menambahkan bahwa dalam beberapa hari ke depan semua pihak Palestina akan dipanggil untuk berdiskusi dan mengikuti perkembangan ini. “Kami mendesak Arab dan negara-negara saudara untuk mengambil langkah yang tepat dalam masalah ini,” ungkap Abbas.

“Jerusalem adalah ibu kota Palestina yang bersejarah dan keputusan AS tentang kota ini tidak akan merubah identitas apapun,” tegas Abbas. Pengumuman oleh Presiden Trump melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang menetapkan tidak mengakui pendudukan Israel atas kota Jerusalem.

Berbagai reaksi dan kecaman datang dari para pemimpin dunia Arab, Raja Salman memperingatkan Trump atas kebijakannya tersebut dapat menyakiti umat Islam seluruh dunia. Presiden Erdogan mengancam akan memutus hubungan diplomatik dengan Israel jika AS memindahkan kedutaannya ke Jerusalem. Raja Yordania Abdullah II memperingatkan Trump akan kebijakannya dapat memicu konflik baru antara Israel-Palestina. (DH/MTD)

Sumber : Al Arabiya

Jika Trump Tetap Kekeh, Ini Lima Hal yang Akan Dilakukan Erdogan

Jika Trump Tetap Kekeh, Ini Lima Hal yang Akan Dilakukan Erdogan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Islammemo.cc)

10Berita – Ankara. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah mengisyaratkan lima hal yang akan ia tempuh jika Presiden AS Donald Trump tetap kekeh mengumumkan pengakuan Al-Quds sebagai ibukota bagi entitas zionis, Israel. Dilansir dari Anadolu Ajansi, lima hal itu ia sampaikan saat berpidato di hadapan anggota parlemen dari Partai AKP, Selasa (05/12) kemarin.

Berikut lima hal yang ditetapkan Erdogan jika Trump bersikeras dengan rencanaya terkait Al-Quds:

1. Erdogan akan memberi peringatan keras pada Trump terkait urgensi dan kedudukan kota Al-Quds bagi kaum muslimin. “Aku katakan: Tuan Trump, Al-Quds merupakan garis merah bagi seluruh muslim,” terang Erdogan.

2. Selanjutnya Erdogan akan menyeru masyarakat internasional, dan menyebut langkah Trump itu “Akan terus menumpahkan darah rakyat Palestina, dan pelanggaran hak asasi manusia akan terus berlanjut di sana”.

“Keputusan itu tidak hanya melanggar hukum internasional saja. Melainkan juga menusuk hati nurani,” lanjutnya.

3. Turki sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan menyelesaikan persoalan ini sampai akhir, menurut Erdogan. “Akan mengundang seluruh pimpinan negara anggota OKI untuk menggelar sidang di Istanbul dalam waktu 10 hari mendatang,” imbuhnya.

4. Menurut Erdogan, Turki tidak cukup hanya mengundang pimpinan negara-negara OKI untuk sidang saja. Selain itu, Turki juga akan “menyeru dunia Islam untuk mengorganisir agenda penting, karena peristiwa ini bukan peristiwa biasa-biasa saja.”

5. Terakhir, kata Erdogan, Turki akan terus bergerak maju menghadapi keputusan Trump ini. “Bahkan bisa sampai pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel,” tegasnya. (whc/)

Sumber: Anadolu Ajansi Arabic,
dakwatuna

Jika Trump Tetap Kekeh, Ini Lima Hal yang Akan Dilakukan Erdogan

Jika Trump Tetap Kekeh, Ini Lima Hal yang Akan Dilakukan Erdogan

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Islammemo.cc)

10Berita – Ankara. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah mengisyaratkan lima hal yang akan ia tempuh jika Presiden AS Donald Trump tetap kekeh mengumumkan pengakuan Al-Quds sebagai ibukota bagi entitas zionis, Israel. Dilansir dari Anadolu Ajansi, lima hal itu ia sampaikan saat berpidato di hadapan anggota parlemen dari Partai AKP, Selasa (05/12) kemarin.

Berikut lima hal yang ditetapkan Erdogan jika Trump bersikeras dengan rencanaya terkait Al-Quds:

1. Erdogan akan memberi peringatan keras pada Trump terkait urgensi dan kedudukan kota Al-Quds bagi kaum muslimin. “Aku katakan: Tuan Trump, Al-Quds merupakan garis merah bagi seluruh muslim,” terang Erdogan.

2. Selanjutnya Erdogan akan menyeru masyarakat internasional, dan menyebut langkah Trump itu “Akan terus menumpahkan darah rakyat Palestina, dan pelanggaran hak asasi manusia akan terus berlanjut di sana”.

“Keputusan itu tidak hanya melanggar hukum internasional saja. Melainkan juga menusuk hati nurani,” lanjutnya.

3. Turki sebagai ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan menyelesaikan persoalan ini sampai akhir, menurut Erdogan. “Akan mengundang seluruh pimpinan negara anggota OKI untuk menggelar sidang di Istanbul dalam waktu 10 hari mendatang,” imbuhnya.

4. Menurut Erdogan, Turki tidak cukup hanya mengundang pimpinan negara-negara OKI untuk sidang saja. Selain itu, Turki juga akan “menyeru dunia Islam untuk mengorganisir agenda penting, karena peristiwa ini bukan peristiwa biasa-biasa saja.”

5. Terakhir, kata Erdogan, Turki akan terus bergerak maju menghadapi keputusan Trump ini. “Bahkan bisa sampai pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel,” tegasnya. (whc/)

Sumber: Anadolu Ajansi Arabic,
dakwatuna

Lima Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Masjid Al-Aqsa

Lima Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Masjid Al-Aqsa


Moslemtoday.com : Berikut ini adalah rincian mengapa kompleks Masjid al-Aqsa di kota Jerusalem menjadi titik inti pertengkaran abadi dalam konflik Israel-Palestina :

1. Mengapa al-Aqsa begitu penting

Al-Aqsa adalah nama masjid berkubah perak di dalam kompleks seluas 35 hektar yang disebut al-Haram al-Sharif, atau Tempat Suci, oleh umat Islam, dan sebagai Bukit Kuil oleh orang Yahudi. Kompleks ini terletak di Kota Tua Jerusalem, yang telah ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO dan menjadi tempat penting bagi tiga agama Ibrahimiyah (Islam-Kristen-Yahudi).

Situs ini telah menjadi bagian wilayah yang paling banyak diperebutkan di Tanah Suci Jerusalem sejak Israel menduduki Yerusalem Timur, termasuk Kota Tua, pada tahun 1967, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, konflik tersebut bahkan jauh lebih rumit sebelum munculnya negara Israel.

Pada tahun 1947, PBB menyusun sebuah rencana pembagian untuk memisahkan Palestina. Kemudian dibawah kendali Inggris, Palestina dibagi menjadi dua negara: satu untuk orang Yahudi, dan satu lagi untuk orang-orang Palestina. Negara Yahudi tersebut ditetapkan sebagai 55 persen dari tanah tersebut, dan 45 persen sisanya untuk negara Palestina.

Jerusalem, yang disana terletak kompleks al-Aqsa, saat ini berada dalam pengawasan komunitas internasional di bawah pantauan PBB. Kota ini diberikan status khusus untuk kepentingan tiga agama Ibrahimiyah, (Islam-Kristen-Yahudi).

What is al-Aqsa Mosque compound and why is it important? https://t.co/Kow9KjAjKSpic.twitter.com/C3cmGl7vYx

— Al Jazeera English (@AJEnglish) July 23, 2017


Perang Arab-Israel yang pertama pecah pada tahun 1948 setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya, mencaplok sekitar 78 persen tanah Palestina, dan hanya menyisakan wilayah di Tepi Barat, Jerusalem Timur dan Gaza yang berada dibawah kontrol Mesir dan Yordania.

Agresi Israel  meningkat pada tahun 1967, setelah perang Arab-Israel kedua, yang mengakibatkan pendudukan Israel di Yerusalem Timur, dan akhirnya mengklaim kepemilikan tanah Jerusalem termasuk kota Tua dan kompleks Al-Aqsa.

Agresi ilegal Israel terhadap Jerusalem Timur, termasuk Kota Tua, melanggar beberapa prinsip hukum internasional, yang menyatakan bahwa kekuasaan pendudukan tidak memiliki kedaulatan di wilayah yang didudukinya.

Selama bertahun-tahun, Israel terus mengambil langkah lebih lanjut untuk mengendalikan dan merebut Kota Tua dan Yerusalem Timur secara keseluruhan. Pada tahun 1980, Israel mengeluarkan sebuah undang-undang yang menyatakan bahwa Jerusalem adalah ibukota Israel, yang mendapat kecaman dari dunia internasional. Saat ini, tidak ada negara di dunia satupun yang mengakui kepemilikan Israel atas kota Jerusalem atau upayanya untuk mengubah susunan geografi dan demografi kota.

Warga Palestina di Jerusalem, yang jumlahnya sekitar 400.000, hanya memiliki status warga permanen, bukan kewarganegaraan, meski lahir di sana – berbeda dengan orang Yahudi yang lahir di kota tersebut. Dan sejak tahun 1967, Israel telah memulai sebuah pendeportasian kota Jerusalem dan menerapkan kondisi sulit bagi warga Palestina untuk mempertahankan status tempat tinggal mereka.

Israel juga telah membangun setidaknya 12 permukiman ilegal Yahudi di Jerusalem, yang menampung sekitar 200.000 orang Israel. Disisi lain, Israel menolak memberikan izin bangunan Palestina dan menghancurkan rumah mereka sebagai hukuman karena bangunan tidak sah.

2. Kota Suci Tiga Agama

Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Kompleks Masjid Al-Aqsa diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam melakukan peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Sementara, Orang-orang Yahudi percaya bahwa kompleks itu adalah Kuil Sulaiman yang pernah ada, namun hukum Yahudi dan Rabbi Israel melarang orang Yahudi untuk masuk ke dalam masjid Al-Aqsa dan berdoa di sana, karena perbedaan keyakinan dengan Islam.

Tembok Ratapan yang berada di sebelah barat Al-Aqsa dikenal sebagai tempat suci bagi orang-orang Yahudi, dan diyakini sebagai sisa terakhir Kuil Sulaiman Kedua. Sementara umat Islam menyebutnya sebagai Tembok Burhan dan percaya di sanalah Nabi Muhammad mengikat Buraq dalam peristiwa Isra’ dan Miraj.

3. Status Quo

Sejak 1967, Yordania dan Israel sepakat bahwa umat Islam akan memiliki kendali atas masalah-masalah di dalam kompleks tersebut, sementara Israel akan mengendalikan diluar kompleks Al-Aqsa. Orang-orang non-Muslim diizinkan masuk ke tempat itu selama jam kunjungan, tapi tidak diizinkan untuk beribadah di dalam kompleks.

Namun, gerakan-gerakan Yahudi Ortodhox mengecam kesepakatan tersebut. Mereka menentang larangan itu dan berusaha untuk terus masuk ke kompleks Al-Aqsa dan berusaha membangun kembali kuil Yahudi ketiga di dalam kompleks tersebut.

Kelompok tersebut didanai oleh anggota parlemen Israel, meski mengklaim keinginan untuk mempertahankan status quo di lokasi tersebut.

Saat ini, pasukan Israel secara rutin mengizinkan kelompok-kelompok tersebut untuk memasuki kompleks Al-Aqsa yang membuat ketakutan bagi orang-orang Palestina atas pengambilalihan Israel atas kompleks tersebut.

Pada tahun 1990, The Temple Mount Faithful menyatakan bahwa mereka akan meletakkan batu penjuru untuk Kuil Ketiga di tempat Dome of the Rock, yang menyebabkan kerusuhan dan pembantaian di mana 20 orang Palestina dibunuh oleh polisi Israel.

Pada tahun 2000, politisi Israel Ariel Sharon memasuki tempat suci yang disertai oleh sekitar 1.000 polisi Israel, dengan sengaja mengulangi klaim Israel ke daerah yang diperebutkan sehubungan dengan perundingan damai yang diperantarai Perdana Menteri Israel Ehud Barak dengan pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang mencakup diskusi tentang bagaimana kedua belah pihak bisa berbagi Jerusalem. Masuknya Sharon ke kompleks tersebut melepaskan Intifadah Kedua, di mana lebih dari 3.000 orang Palestina dan sekitar 1.000 orang Israel terbunuh.

Dan yang paling baru di bulan Mei tahun ini, Parlemen Israel mengadakan pertemuan mingguannya di terowongan di bawah Masjid al-Aqsa, pada peringatan 50 tahun pendudukan Israel di Yerusalem Timur, “untuk memperingati pembebasan dan penyatuan Jerusalem” – sebuah langkah yang membuat orang-orang Palestina marah.

Israel terus membatasi masuknya orang Palestina ke dalam kompleks tersebut melalui beberapa metode, termasuk membuat tembok pemisah, yang dibangun pada awal tahun 2000an, yang membatasi masuknya orang-orang Palestina dari Tepi Barat ke Israel.

Dari tiga juta orang Palestina di Tepi Barat yang diduduki, hanya mereka yang berusia di atas batas usia tertentu yang diizinkan masuk ke Jerusalem pada hari Jumat, sementara yang lain harus mengajukan permohonan izin keras dari pemerintah Israel. Pembatasan sudah menyebabkan kemacetan dan ketegangan serius di pos pemeriksaan antara Tepi Barat dan Jerusalem, di mana puluhan ribu orang harus melewati pemeriksaan keamanan untuk memasuki Jerusalem untuk sholat.

Langkah terakhir, pemasangan detektor logam baru, dilihat oleh orang-orang Palestina sebagai bagian dari upaya Israel untuk menerapkan kontrol lebih lanjut di lokasi tersebut, dan merupakan pelanggaran terhadap kebebasan beribadah dan melanggar hukum internasional.

Presiden Mahmoud Abbas baru-baru ini mengumumkan bahwa pimpinan Palestina telah membekukan semua kontak dengan Israel karena ketegangan yang meningkat di kompleks al-Aqsa, mengatakan bahwa hubungan tidak akan berlanjut sampai Israel menghapus semua tindakannya tersebut.

4. Konflik Abadi

Ketegangan telah terjadi di dekat al-Aqsa selama dua tahun terakhir. Pada tahun 2015, bentrokan pecah setelah ratusan orang Yahudi mencoba memasuki kompleks masjid untuk memperingati hari libur Yahudi.

Setahun kemudian, demonstrasi juga meletus setelah kunjungan pemukim Yahudi di kompleks tersebut selama 10 hari terakhir bulan suci Ramadhan yang bertentangan dengan tradisi Palestina.

Sebagian besar bentrokan di kompleks tersebut terjadi karena pemukim Israel mencoba untuk berdoa di dalam kompleks tersebut, yang secara langsung melanggar status quo.

Selama dua minggu terakhir, pasukan Israel menembakkan amunisi, gas air mata dan peluru baja berlapis karet ke arah orang-orang Palestina yang menunjukkan tindakan yang diberlakukan, termasuk pembatasan pria Muslim di bawah usia 50 tahun dari tempat suci tersebut.

Beberapa minggu terakhir ini terjadi demonstrasi dan konfrontasi harian antara pasukan Israel dan Palestina di kompleks tersebut.

5. Konteks yang lebih besar

Al-Aqsa hanyalah sebuah wilayah kecil di Palestina, tapi ini adalah bagian inti dari konflik abadi antara Israel dan Palestina.

Meskipun masjid itu sendiri sangat penting bagi umat Islam, bahkan orang-orang Kristen Palestina telah memprotes pendudukan Israel di kompleks tersebut.

“Isu al-Haram al-Sharif berdiri sebagai katalisator simbolis, namun menjadi sangat kuat dari rutinitas ketidakadilan dan penindasan yang dihadapi orang Palestina di Jerusalem, dan ini menyebabkan letusan kemarahan dan pemberontakan yang terus berlanjut.”

Bentrokan baru-baru ini antara Israel-Palestina di dekat kompleks al-Aqsa juga menyebabkan demonstrasi dan kekerasan di seluruh Tepi Barat dan Gaza.

Dengan lebih banyak pembatasan ditempatkan pada akses orang Palestina untuk memasuki kompleks Al-Aqsa ditambah dengan tindakan pasukan keamanan Israel yang mengizinkan orang Yahudi memasuki kompleks tersebut semakin membuat ketegangan terus meningkat karena Israel secara perlahan-lahan mencaplok keseluruhan kompleks tersebut.

Pemerintah Palestina telah memperingatkan bahwa semakin lama Israel tetap pada tindakannya tersebut, maka semakin lama situasi akan semakin buruk bagi umat Islam-Yahudi-Kristen di wilayah tersebut. (DH/MTD)

Sumber : Al Jazeera, Moslem Today 

Rabu, 06 Desember 2017

Kepala Negara Tunisia, Iran Hingga Malaysia Dihubungi Erdogan Guna Bahas Al-Quds

Kepala Negara Tunisia, Iran Hingga Malaysia Dihubungi Erdogan Guna Bahas Al-Quds

 

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. (Trukpress.co)

10Berita – Ankara. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menghubungi Presiden Tunisia Baji Seid el Sabsi, Presiden Iran Hassan Rouhani dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, Rabu (06/12/2017). Kepada pemimpin tiga negara tersebut, Erdogan membahas isu terkait pidato Trump yang akan mengumumkan pengakuan Al-Quds sebagai ibukota bagi entitas zionis, Israel.

Dari sumber kepresidenan Turki disebutkan, Erdogan menghubungi pemimpin negara-negara lain untuk membahas eskalasi berkaitan dengan status kota Al-Quds. Menurut laporan sumber, Erdogan menghubungi Sabsi, Rouhani dan Razak pada pagi hari waktu setempat.

Masih menurut sumber, seperti dilansir Anadolu Ajansi, Erdogan dalam saluran telepon menegaskan tindakan AS itu akan melemahkan proses perdamaian di Timur Tengah. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya keberadaan negara Palestina berdaulat menurut batas wilayah 1967 dengan ibukota Al-Quds Timur.

Selain itu, Erdogan juga menyebut keputusan Israel yang mencaplok Al-Quds pada tahun 1980 silam mendapatkan penolakan dari masyarakat internasional dan PBB. Ia juga menegaskan bahwa kota Al-Quds merupakan kota suci bagi seluruh kaum muslim, serta menjadi isu paling sensitif bagi negara-negara Islam.

Lebih lanjut, kepada tiga pemimpin negara tersebut Erdogan juga menyampaikan akan digelarnya pertemuan darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada hari Rabu (13/12) mendatang di Istanbul. Tujuan pertemuan itu, menurut Erdogan, adalah untuk membahas langkah-langkah AS yang berkaitan dengan status Al-Quds.

Sumber juga menyatakan, baik Erdogan maupun pemimpin yang dihubungi menyebutkan, upaya apapun uang bertujuan untum mengubah situasi di Al-Quds akan mendapatkan respon keras dari dunia Islam. Selain juga akan berdampak negatif bagi perdamaian dan stabilitas.

Seperti diwartakan, media dalam beberapa hari terakhir gencar mengangkat tekad Trump untuk mengakui Al-Quds sebagai ibukota bagi entitas zionis, Israel. Disebutkan, pengumuman pengakuan akan dilakukan pada hari ini, Rabu (06/12), dengan meresmikan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Al-Quds yang terjajah. (whc/dakwatuna)

Sumber: Anadolu Ajansi Arabic,  dakwatuna.com