OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label SAVE ROHINGYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAVE ROHINGYA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 September 2017

Bangladesh Akan Bangun Kamp Pengungsi Khusus untuk 6.000 Anak Rohingya

Bangladesh Akan Bangun Kamp Pengungsi Khusus untuk 6.000 Anak Rohingya



DHAKA—Pemerintah Bangladesh berencana untuk membangun pengungsian terpisah bagi 6.000 anak-anak warga Muslim Rohingya yang memasuki negara itu tanpa orangtua.

Jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh saat ini mencapai 480.000 orang termasuk sekitar 60% adalah anak-anak.

Menteri Muda Bangladesh Nuruzzaman Ahmed mengatakan Kementerian Kesejahteraan Sosial telah meminta otoritas lokal atas 80 hektar lahan untuk membangun fasilitas bagi Anak-anak Rohingya tanpa orangtua. Sekitar 1.580 anak telah terdaftar untuk menempati lokasi itu.

Badan anak-anak PBP (UNICEF) mengidentifikasi sekitar 1.800 anak tanpa orangtua melarikan diri Bangladesh pasca kekerasan terjadi di Rakhine State, Myanmar, 25 Agustus lalu.

Namun, Ahmed menyebut total jumlah anak-anak pengungsi Rohingya sebanyak 6.000.

Pejabat senior Kementerian Kesejahteraan Sosial, Zillar Rahman, mengatakan pemerintah Bangladesh ingin melindungi anak-anak itu dari orang dewasa.

Menurutnya, jika lahan tersedia, anak-anak akan dibagi dua kelompok yaitu mereka di bawah usia tujuh tahun dan usia antara 8-18 tahun.

“Usia antara 13 dan 18 tahun rentan. Jika mereka hidup dengan orang dewasa ada kemungkinan dilukai atau terlibat tindakan kriminal. Jadi pemerintah berpikir untuk memisahkan anak-anak usia itu yang datang ke sini tanpa orangtua,” kata Rahman.

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Myanmar, Scot Marciel, berencana mengunjungi Rakhine State dalam dua hari mendatang. Marciel, yang pernah ditempatkan di Indonesia, juga akan pergi ke perbatasan Bangladesh.

Wakil Menteri Luar Negeri, John Sullivan, pada Selasa (26/7/2017) kemarin, mengatakan situasi di Myanmar memiliki konsekuensi melewati wilayahnya dan membutuhkan respons internasional.

“Ini bukan masalah setempat, ini adalah masalah global dan skalanya tragis,” pungkasnya demikian seperti dilansir dari AFP.

Sumber: islampos

Krisis Rohingya, Aung San Suu Kyi Diminta Temui Pengungsi Rohingya

Krisis Rohingya, Aung San Suu Kyi Diminta Temui Pengungsi Rohingya


JENEWA— Kelompok ahli hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi secara pribadi harus bertemu dengan warga minoritas Muslim Rohingya yang menjadi sasaran penganiayaan oleh militer.

Myanmar menolak tuduhan PBB bahwa pasukannya terlibat dalam pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya sebagai tanggapan atas serangan terkoordinasi militan Rohingya terhadap pasukan keamanan pada 25 Agustus.

Serangan militer tersebut telah membuat hampir 430 ribu warga Rohingya melarikan diri dan mengungsi ke Bangladesh, menurut pernyataan tujuh pejabat PBB.

Mereka menyertakan laporan khusus tentang hak asasi manusia di Myanmar, mengenai isu-isu minoritas dan rasisme.

“Kami mengimbau Aung San Suu Kyi untuk menemui warga Rohingya secara pribadi,” kata pejabat tersebut dalam pernyataannya.

Dia telah mengecam pelanggaran hak asasi manusia, namun tekanan internasional terhadapnya semakin meningkat dan muncul seruan agar hadiah Nobel-nya ditarik. Demikian seperti dilansir Reteurs.[]

Sumber: Islampos

Tepis Tudingan Militer Myanmar, ARSA: Berhentilah Salahkan Korban!

Tepis Tudingan Militer Myanmar, ARSA: Berhentilah Salahkan Korban!


10Berita, Rakhine- Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) akhirnya ang

kat bicara soal tuduhan yang dirahkan militer Myanmar kepada dirinya. Sebelumnya, militer Myanmar mengklaim telah menemukan kuburan massal berupa 28 warga Hindu di sebuah desa di Rakhine dan ARSA dituduh sebagai pelakunya.

Menjawab tuduhan itu, ARSA mengeluarkan pernyataan pada Rabu (27/09) melalui akun Twitternya yang diawali dengan cuitan,”rezim Myanmar, berhentilah salahkan korban; biarkan investigasi kejahatan kemanusiaan; ARSA menepis menargetkan sipil.” Secara umum, ARSA menyangkal semua isu miring yang dihembuskan oleh rezim Myanmar atas kelompoknya.

“ARSA membantah adanya tindakan anggota berupa pembunuhan, kekerasan seksual, perekrutan paksa di Desa Fakirabazar, Riktapara, dan Chikonchhari di Maungdaw pada atau sekitar 25 Agustur 2017,” tegas ARSA.

Tak cukup sampai di situ, ARSA pun turut menyampaikan rasa simpatinya yang mendalam terhadap semua korban keganasan militer dan rezim Myanmar. ARSA menyebutkan bahwa sikap simpatinya itu menyeluruh tanpa memandang etnis maupun agama.

“ARSA juga menyampaikan rasa simpati yang amat mendalam untuk semua korban penganiayaan, pembunuhan, kejahatan perang, genosida, pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan lainnya, tanpa memandang latar belakang etnis atau agama seperti yang dilakukan oleh tentara Burma,” sambungya.

Di akhir pernyataannya, ARSA berjanji akan melakukan penyelidikan atas kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Myanmar. Hasil penyelidikan itu akan disampaikan secara rinci dari waktu ke waktu.

“ARSA akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan mengeluarkan pernyataan yang rinci dari waktu ke waktu berkenaan dengan kejahatan perang berkelanjutan, genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, pembersihan etnis, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh militer brutal Burma dan pemerintahannya yang tidak manusiawi terhadap penduduk Arakan,” tukasnya.

 

Reporter: Syafi’i Iskandar
Editor: Jon Muhammad

Sumber: Kiblat.


Selasa, 26 September 2017

Mewajarkan Rohingya

Mewajarkan Rohingya

10Berita– Sesuatu yang wajar memang tak seharusnya dicela. Karena wajar selalu berkonfrontasi dengan aneh. Keluarnya seseorang dari lingkaran kewajaran membuatnya disebut aneh. Sebaliknya terlepasnya seseorang dari segala bentuk keanehan membuatnya menjadi wajar.

Menurut KBBI, kata ‘wajar’ didefinisikan sebagai sebuah kondisi yang menurut keadaan yang ada atau sebagaimana mestinya. Adalah wajar jika seorang ibu menyusui bayinya alih-alih meninggalkannya di tempat sampah ataupun di depan pintu panti asuhan. Adalah wajar jika kita menyapu dedaunan kering yang berserakan di halaman rumah kita alih-alih membiarkannya menumpuk hingga menjadi tempat yang nyaman bagi seekor ular bersemayam. Adalah wajar orang yang kelaparan menyantap sepiring nasi alih-alih mengambil batu untuk mengganjal perutnya.

Sesuatu bisa dikatakan wajar atau sebagaimana mestinya tentu tidak bisa diputuskan secara personal namun butuh persetujuan komunal. Maka wajar tidaknya sesuatu sangat bergantung pada nilai-nilai apa yang sedang dipercaya oleh sebuah komunitas. Dan tentu saja kita tidak bisa menyalahkan kepercayaan seseorang akan sebuah nilai, namun kegiatan mengkaji dan mempertanyakan mengapa sebuah nilai harus dipercaya masih menjadi upaya terbaik untuk memperkuat pondasi sebuah keyakinan.

Kita tidak bisa menyalahkan pilihan seseorang untuk menjadi pengikut Syiah, Ahmadiyah, ataupun Tarekat Sattariyah. Namun kegiatan mengkaji dan mempertanyakan kelayakan ketigafirqoh tersebut untuk diikuti serta menjawab pertanyaan masih relevankah ketiganya berada dalam lingkaran Islam, itu yang perlu dan harus dilakukan.

Dan Anda tak perlu mengeryitkan dahi ketika melihat pengikut Syiah mencambuk tubuhnya sendiri hingga berdarah-darah, melihat pengkultusan seorang Mirza Ghulam Ahmad oleh pengikut Ahmadiyah, serta melihat pengikut Sattariyah yang sudah berhari raya ketika anda masih harap-harap cemas menunggu munculnya hilal. Karena memang begitulah sewajarnya pengikut Syiah, begitulah sewajarnya pengikut Ahmadiyah, dan begitulah pengikut Sattariyah sebagaimana mestinya.

Maka dari itu ketika kita melihat apa yang sedang terjadi di Arakan saat ini, kita sebagai seorang muslim mungkin tak perlu terhenyak kaget lalu mengambil sikap-sikap yang tak sewajarnya. Karena mungkin semua yang telah dan sedang terjadi adalah sesuatu yang sewajarnya.

Mungkin kita tak perlu kaget ketika mendengar seruan para biksu lokal Arakan dan para petinggi Rakhine Nationalities Development Party (RNDP) yang melakukan kampanye anti etnik Rohingya serta menyerukan pembersihan etnis tersebut dari Myanmar. Kita tak perlu kaget ketika seorang biksu yang bernama Ashin Sandarthiri menyatakan kepada BBC, “Di dunia ini banyak negara muslim. Mereka sebaiknya pergi ke sana. Negara muslim akan merawat mereka. Mereka sebaiknya pergi ke negara yang mempunyai agama yang sama.”

Kita juga mungkin tak perlu terkejut jika ternyata RNDP menjatuhkan sanksi sosial terhadap orang budha awam yang coba-coba bersimpati dan memberi bantuan terhadap muslim Rohingya. Bahkan berdasarkan laporan The Economist bahwa pada Oktober 2012 ada seorang Budha Arakan yang dibunuh karena kedapatan menjual beras kepada muslim Rohingya. Dan salah seorang nelayan Rohingya juga bercerita kepada Human Right Watch, “Para biksu datang dan memukuli orang-orang Arakan yang secara sembunyi-sembunyi memberikan makanan kepada kami. Mereka menggunakan tongkat bambu dan memukuli mereka di dekat tetangga kami.”

Namun sekali lagi kita mungkin tak perlu terkejut, ketika rumah, masjid, serta madrasah milik muslim Rohingya dibakar oleh tentara Myanmar. Kita juga tak perlu terkejut jika dari 135 etnis yang hidup di Myanmar Rohingya menjadi satu-satunya etnis minoritas yang dilucuti kewarganegaraannya. Kita tak perlu terkejut ketika militer Myanmar memberlakukan sistem kerja paksa terhadap muslim Rohingya untuk membangun bangunan militer, jalan, jembatan, tanggul, dan pagoda tanpa mendapatkan upah. Kita tak perlu terkejut ketika mengetahui bahwa muslim Rohingya dibebani berbagai macam pajak yang merepotkan mulai dari pajak pengumpulan kayu bakar, pajak memancing ikan di sungai, pajak kelahiran hewan ternak, hingga pajak yang tinggi untuk setiap perkawinan, kelahiran, dan kematian.

Karena bisa jadi kebencian para biksu itu terhadap muslim Rohingya memang sudah sebagaimana mestinya. Budha yang dalam terminologi Al Qur’an diistilahkan sebagai kafir, mungkin sudah sewajarnya membenci umat Islam, terlebih ketika sedang berkuasa. Bukankah Al Qur’an juga sudah memberitahukan hal-hal semacam ini agar kita tidak hanya ternganga ataupun termangu ketika kita umat Islam sedang menjadi objek kebencian mereka kaum kafir.

Salah satunya adalah surat At Taubah ayat 32 yang berbunyi, “Mereka (orang-orang kafir) berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan agamanya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya.”

Pembakaran rumah Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar.

Jadi, memang sudah sewajarnya sebuah entitas Budha yang sedang berkuasa membenci dan memerangi minoritas muslim yang mendiami wilayah kekuasaannya. Terlebih lagi minoritas tersebut bukannya menurut, tapi malah melakukan perlawanan. Efektif sejak bulan Oktober 2016 sekelompok pemuda Rohingya membentuk Harakah Al Yaqin lalu menjadi Arakan Rohingya Solidarity Army (ARSA), dimana melalui harakah tersebut mereka memilih untuk melawan penindasan meskipun dengan senjata seadanya. Sepertinya para pemuda Rohingya mulai sadar bahwa mengangkat senjata adalah satu-satunya upaya wajar untuk membebaskan diri mereka dari penindasan.

Kita sebagai seorang muslim pun harus melihat upaya perlawanan tersebut secara wajar, dan di dalam Al Qur’an pun terdapat ayat-ayat -yang tentunya sudah tidak perlu lagi saya cantumkan disini- yang mengandung perintah untuk melawan segala bentuk kedhaliman dan serangan yang dilancarkan oleh kaum kafir, yang dalam bahasa Al Qur’an upaya ini disebut sebagai jihad.

Kesimpulannya adalah, tidak ada yang aneh dengan apa yang terjadi di Rohingya, semua wajar-wajar saja. Wajar bagi para biksu yang sedang berkuasa menindas muslim Rohingya, sebaliknya wajar bagi para perempuan dan anak-anak Rohingya melarikan diri ke pengungsian, dan tentu saja wajar bagi para pria dewasa Rohingya mengangkat senjata melawan penindasan.

Maka dari itu, ada baiknya kita-kita yang di sini juga bersikap sewajarnya juga. Adalah sebuah kewajaran kita memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya. Karena bagaimanapun juga kaum muslimin yang satu dengan yang lainnya bagaikan satu tubuh, ketika ada satu bagian tubuh yang terluka maka bagian tubuh yang lain akan merasa sakit.

Dan, jangan lupa membantu jihad muslim Rohingya juga merupakan sebuah kewajaran. Karena jihad muslim Rohingya menjadi fardhu a’in bagi kaum muslimin di sekitarnya jika kekuatan muslim Rohingya tidak mampu menandingi kekuatan musuh. Dan jika kaum muslimin di sekitarnya telah bergabung dan masih belum cukup, maka wajib bagi kaum muslimin di daerah yang lebih jauh untuk membantu, begitu seterusnya hingga kaum muslimin di seluruh belahan dunia terkena kewajibannya.

Lalu bagaimana jika kita yang notabene gak jauh-jauh amat dari Rohingya ini tak mampu berbuat apa-apa untuk membantu jihad mereka? Yah kalau sudah begitu, mulailah dengan penuh kerendahan hati untuk bersikap wajar, bersikap wajar menyadari diri bahwa ternyata kita baru sebatas muslim dengan kualitas iman terlemah.

 
Penulis : Rusydan Abdul Hadi

Sumber: Kiblat.

Senin, 25 September 2017

Aksi Untuk Rohingya, Ratna Galih : Kita Manusia, Kita Bantu Rohingya

Aksi Untuk Rohingya, Ratna Galih : Kita Manusia, Kita Bantu Rohingya

10Berita, Tangerang – Komunitas se-Tangerang mengadakan solidaritas untuk Rohingya di Tugu Adipura di Jl TMP Taruna, Tangerang. Dalam aksi yang juga menampilkan teatrikal korban kekerasan di Rohingya akibat dari pemerintah Myanmar, turut hadir juga aktris Ratna Galih.

“Saya menghimbau kepada warga Tangerang untuk membantu Rohingya dengan cara apapun, karena kita selagi yang merasa masih manusia hendaknya membantu korban kemanusiaan di Rohingya,” ungkap Ratna dalam orasinya pagi ini (24/09).

Hal terkecil, lanjut Ratna adalah dengan mengadakan aksi solidaritas ini. Sebagai bentuk kepedulian, maka diharapkan dapat bersatu untuk membantu Rohingya.

“Antusiasme masyarakat yang hadir saya rasa animo terhadap problem ini sangat luar biasa. Harapannya, semoga Rohingya bisa dimudahkan. Dan kita bangsa Indonesia ingin membantu dan dimudahkan untuk membantu mereka,” tukasnya.

 

Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Syafi’i Iskandar

Sumber: Kiblat


Minggu, 24 September 2017

Pengadilan Internasional: Pemerintah Myanmar Bersalah Lakukan Genosida Terhadap Muslim Rohingya

Pengadilan Internasional: Pemerintah Myanmar Bersalah Lakukan Genosida Terhadap Muslim Rohingya


10Berita~Pengadilan Internasional memutuskan pemerintah Myanmar bersalah karena telah melakukan genosida terhadap etnis Rohingya dan minoritas muslim lainnya. Tujuh anggota panel pengadilan meminta otoritas Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim.

"Pengadilan memutuskan bahwa Myanmar bersalah melakukan genosida terhadap orang-orang Kachin dan kelompok-kelompok Muslim di sana," kata ketua Pengadilan Rakyat Permanen atau Permanent Peoples Tribunal, Daniel Feierstein, seperti dikutip dari kantor berita Turki Anadolu Agency, Sabtu (23/9/2017).

Pengadilan Rakyat Permanen didirikan di Italia pada tahun 1979 dan terdiri dari 66 anggota internasional. Sejak berdirinya, pengadilan tersebut telah menyelenggarakan 43 sesi mengenai berbagai kasus yang melibatkan hak asasi manusia dan genosida.

Pengadilan tersebut, yang diadakan di ibukota Malaysia, Kuala Lampur selama lima hari, mempertimbangkan berbagai dokumenter, bukti ahli dan kesaksian dari sekitar 200 korban kekejaman yang dilakukan terhadap kelompok minoritas Rohingya, Kachin dan kelompok minoritas Muslim lainnya.

Pengadilan meminta pemerintah Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim.

"Visa dan akses gratis harus diberikan kepada tim pencari fakta PBB untuk menyelidiki kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya, Kachin dan kelompok lainnya di Myanmar," kata pengadilan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan pemerintah harus mengubah konstitusi dan menghapuskan undang-undang yang diskriminatif untuk memberikan hak dan kewarganegaraan kepada minoritas yang tertindas.

Sejak 25 Agustus, sekitar 429 ribu Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.

Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi keamanan baru di mana pasukan keamanan dan gerombolan Buddha membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya. Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan kekerasan tersebut.

Pengadilan tersebut juga meminta masyarakat internasional untuk memberikan bantuan keuangan ke negara-negara seperti Bangladesh dan Malaysia yang menjadi tuan rumah masuknya pengungsi yang melarikan diri dari kekerasan tersebut.

PBB menyebut muslim Rohingya sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia.

Sumber: http://aa.com.tr/en/asia-pacific/intl-tribunal-finds-myanmar-guilty-of-genocide/916902, PI

Citra Satelit Terbaru Tunjukkan 214 Desa-Desa Rohingya di Rakhine Hancur Total

Citra Satelit Terbaru Tunjukkan 214 Desa-Desa Rohingya di Rakhine Hancur Total

10Berita~MAUNGDAW– Hampir 214 desa-desa Muslim di negara bagian Rakhine di Myanmar telah hancur total, demikian pantauan citra satelit yang diungkap oleh badan hak asasi manusia internasional, Selasa (19/09).

Human Rights Watch (HRW) menegaskan bahwa gambar citra satelit tersebut ditangkap Sabtu lalu. HRW mengungkapkan terjadi penghancuran besar-besaran di daerah tersebut.

“Mereka menunjukkan penghancuran puluhan ribu rumah di Kotapraja Maungdaw dan Rathedaung, ini merupakan bagian dari kampanye militer pasukan keamanan Burma (Myanmar) yang telah memaksa lebih dari 400.000 Muslim Rohingya untuk melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh,” terang HRW yang berbasis di New York dalam sebuah pernyataan yang dirilis secara online, dikutip dari Anadolu.

HRW menambahkan gambar baru tersebut menunjukkan lebih dari 90 persen bangunan di setiap desa-desa di Maungdaw dan Rathedaung rusak parah.

“Gambar-gambar tersebut menguatkan fakta-fakta yang dikumpulkan oleh Human Right Watch dari para pengungsi yang telah menggambarkan pembakaran, pembunuhan, dan penjarahan oleh gerilyawan militer, polisi, dan etnis Rakhine Burma,” bunyi pernyataan HRW tersebut.

Phil Robertson, Deputi Direktur Asia Human Rights Watch, mengatakan bahwa gambar-gambar tersebut “memberikan bukti mengejutkan tentang penghancuran besar-besaran dalam upaya nyata oleh pasukan keamanan Burma untuk mencegah Rohingya kembali ke desa-desa mereka.”

Robertson mendesak para pemimpin dunia untuk bertemu di PBB untuk bertindak mengakhiri krisis yang meningkat ini dan menunjukkan kepada para pemimpin Militer Myanmar mereka akan membayar harga untuk kekejaman semacam itu.

Sejak 25 Agustus, lebih dari 421.000 penduduk Rohingya terpaksa menyeberang dari Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.

Sementara Militer Myanmar mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan gerilyawan Rohingya, al-Hussein mencemooh pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa citra satelit dengan jelas menunjukkan bahwa Militer Myanmar membakar desa-desa Muslim Rohingya.

Para pengungsi Rohingya terpaksa melarikan diri dari operasi keamanan militer di mana pasukan keamanan dan gerombolan ektrimis Buddha membunuhi pria, wanita dan anak-anak Rohingya, menjarah rumah dan bahkan membakar desa-desa Muslim Rohingya.

Menurut pemerintah Bangladesh, sekitar 3.000 Muslim Rohingya dibantai dalam tindakan kekerasan Militer Myanmar tersebut.

Etnis Paling Teraniaya di Dunia

John McKissick, seorang pejabat Badan pengungsi PBB yang berbasis di Bangladesh, mengatakan etnis Rohingya adalah “minoritas etnis yang paling tertindas di dunia.”

Sementara itu, Pelapor khusus HAM PBB di Myanmar, Yanghee Lee, pada Jumat (20/01/2017) menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata di negara bagian Rakhine disebabkan karena diskriminasi selama beberapa dekade lamanya yang dilembagakan, terstruktur dan sistematis terhadap Muslim Rohingya.

Undang-Undang tahun 1982 menolak hak-hak etnis Rohingya – banyak di antara mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, namun hak kewarganegaraan mereka tak diakui, status mereka stateless [tanpa negara]. Situasi ini juga menghilangkan kebebasan Rohingya bergerak, dari akses pendidikan hingga layanan kesehatan yang sangat minim, bahkan otoritas Myanmar terus melakukan penyitaan sewenang-wenang terhadap properti milik mereka.

Diperkirakan 1,1 juta Muslim Rohingya tinggal di Rakhine, di mana mereka  dianiaya, dan menjadi minoritas etnis tanpa negara. Pemerintah Myanmar secara resmi tidak mengakui Rohingya, menyebut mereka imigran Bengali sebagai imigran ilegal, meskipun ketika dilacak akar sejarahnya, etnis Rohingya telah lama hidup dan tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.[IZ]

Sumber: Panjimas


Sabtu, 23 September 2017

Rohingya, Walaupun Disebut Masalah Etnis, Tetap Adili Myanmar

Rohingya, Walaupun Disebut Masalah Etnis, Tetap Adili Myanmar



Dukungan atas muslim Rohingya datang dari berbagai negara baik mewakili pribadi, kelompok, partai politik hingga negara. Tidak hanya dari negara yang moyoritas berpenduduk muslim tetapi juga dari negara yang umat Islam menjadi minoritas, seperti Rusia.

Ahad, 3 September  2017 umat Islam di Moscow Rusia mengadakan aksi solidaritas mengepung Kedubes Myanmar sebagai bentuk ketidakrelaan mereka atas perlakuan tentara Myanmar yang dengan sadar membunuhi muslim Rohingya (www.portal-islam.id, 4/9/2017). Gelombang aksi solidaritas, doa, donasi dana, tenaga relawan pun datang dari Indonesia.  Bahkan TNI juga siap dikirim ke Myanmar(www.republika.co.id, /15/09/2017).

Konflik Rohingya oleh sebagian media dikabarkan bukan terkait agama melainkan permasalahan etnis (www.viva.co.id, /9/9/2017). Sehingga umat Islam dihimbau agar tidak mengaitkan Rohingya dengan agama, dan jangan membenci Budha. Andaikan benar permasalahan Rohingya adalah masalah etnis maka pertanyaannya: apakah kemudian dikatakan benar tindakan Myanmar yang membantai orang-orang Rohingya andai mereka tidak beragama Islam?

Dilihat dari sudut agama maupun kemanusiaan apa yang dilakukan oleh tentara Myanmar dengan membunuh, memperkosa, membakar rumah warga Rohingya adalah kesalahan. Dan ketika tindakan ini sengaja dilakukan oleh negara maka itu berarti genosida terencana terhadap salah satu etnis di negeri tersebut (ethnic cleasing). Dan yang demikian ini melanggar hukum internasional sehingga warga internasionalpun bisa memberikan respon tindakan berdasarkan konsep Responsibility to Act.(www.hidayatullah.com, 3/9/2017)

Terlebih bagi umat Islam yang memiliki ikatan ukhuwah Islam bersifat global, tidak mengenal etnis dan tidak dibatasi wilayah sehingga dukungan terhadap Muslim Rohingya harus terus digulirkan. Dan menuntut kepada Myanmar untuk menghentikan tindakan brutalnya tersebut. Serta menuntut pengadilan internasional untuk memberikan sanksi yang tegas kepada Myanmar.

Beginilah memang seharusnya umat Islam menunjukkan sikap ketidaridhoannya atas pembunuhan saudaranya walau dipisah oleh lautan dan negara. Ikatan aqidah jaminan kekekalan ukhuwah meski mata tak pernah melihat langsung muslim dibelahan lainnya. Bukankah dalam doa-doa permohonan ampunan yang kita panjatkan kehadirat Allah SWT menggunakan lafadz untuk seluruh kaum muslimin wal muslimat tanpa ada sekat Indonesia, Malaysia, Inggris, Jepang, Amerika dan lain-lainnya? Demikian pula solidaritas kita untuk mereka. Apa yang kita mampu kita berikan, walaupun itu masih berupa doa, dana dan sikap ketidakridhoan.

Mari suburkan dalam sanubari untuk mewujudkan persatuan umat Islam. Persatuan umat inilah yang akan menggentarkan hati-hati orang kafir sehingga mereka tidak lagi berani menyakiti umat terbaik ini. Wallahua’lam. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Puji Astutik (Guru Madrasah Diniyah al Muslimun Trenggalek Jawa Timur)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Sumber: voa-islam

Hadirilah! Tabligh 'Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman' di Bandung

Hadirilah! Tabligh 'Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman' di Bandung




Hadirilah!!!

Tabligh Akbar dan Penggalangan Dana "Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman." yang in syaa Allah akan diselenggarakan pada:

Hari / Tanggal         : Ahad, 22 September 2017

Waktu                    : Jam 09.00 WIB sampai selesai

Tempat                   : Masjid Nurul Huda, Jln. Jend. Sudirman, Bandung.

Pembicara              : 

1. Ustadz Rizal Fadillah (ANNAS Bandung)

2. Duddy Sya'bani Takdir (Forum Jurnalis Muslim)

3. Ustadz Mukhlis (Pembina Thoriquna)

4. Asep Syaripudin (API Jawa Barat)

Siapkan infaq terbaik Anda. Ditunggu kehadiran kaum Muslimin.

CP: Deni (085614187305)

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Sumber: voa-islam

Muslimah Rohingya: “Saya Berlari, Tali Pusar Anak Masih Menempel…”

Muslimah Rohingya: “Saya Berlari, Tali Pusar Anak Masih Menempel…”

ilustrasi

10Berita -Penganiayaan terhadap Muslim Rohingya terus berlangsung dan tidak pandang bulu. Seorang wanita Rohingya bernama Hamida (30) menceritakan betapa kejinya perlakuan tentara Myanmar terhadap etnis mereka.

Hamida menceritakan, Desa Quachong di Rakhine State tempat dia bermukim bersama Muslim Rohingya lainnya mendapat serangan pada 2 Septemberlalu. Hamida yang ketika itu tengah hamil, mendengar keributan di luar rumah dan diikuti bunyi ledakan.

“Mereka mengepung desa kami, mereka meluncurkan roket, bahkan menembaki kami saat kami sedang berlarian. Mereka membakar desa kami,” kata Hamida dikutip Dailymail.

Mendekati tanggal kelahiran anaknya, Hamida bersama suami dan keenam anaknya memutuskan untuk kabur dari desa. Mereka pun bersembunyi di hutan selama 48 jam lamanya. Dalam keadaan yang mencekam itu, Hamida terpaksa harus melahirkan anaknya di hutan tanpa bantuan medis. Bahkan dia melahirkan tak beralaskan sehelai kain pun.

Persalinan berjalan lancar, tiga jam kemudian seorang bayi laki-laki sehat lahir ke dunia dalam suasana yang menyedihkan. Namun, tidak lama setelah itu, Hamida kembali mendengar suara gaduh mendekat. Tanpa pikir panjang mereka lagi-lagi melarikan diri dalam kondisi tali pusar anaknya yang masih menempel.

“Saya berlari dengan tali pusar bayi yang masih melekat. Mereka mengejar kami dan saya tahu mereka membawa pistol dan pisau,” kata Hamida.(kl/rol)

Sumber: Eramuslim

Badan HAM Italia Akan Bongkar Biadabnya Tentara Myanmar di PBB

Badan HAM Italia Akan Bongkar Biadabnya Tentara Myanmar di PBB

10Berita -Permanent Peoples Tribunal (PPT), sebuah badan dari Italia yang menangani isu HAM, akan memaparkan penemuan mereka terkait kekerasan dan genosida yang dialami Muslim Rohingya di hadapan PBB dan ASEAN. Salah seorang aktivis Dr Chandra Muzaffar mendesak PBB dan ASEAN mengambil tindakan terhadap kekerasanyang terjadi tersebut. “Kami mengecam krisis kemanusiaan dan genosida yang terjadi di Myanmar,” ujar Muzaffar dikutip New Strait Times.

PTT  menemukan fakta bahwa pemerintah Myanmar bersalah atas kekerasan dan genosida yang dilakukan kepada populasi Muslim Rohingya. Fakta tersebut diungkapkan setelah Tribunal mendengarkan langsung testimoni lebih dari 200 korban.

PTT mendesak Myanmar untuk mengizinkan Badan HAM PBB melakukan investigasi dan mengumpulkan fakta kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Lembaga ini juga meminta Bangladesh dan negara-negara ASEAN mengizinkan pengungsi Rohingya untuk menetap di negara mereka hingga pengungsi Rohingya mendapatkan hal sebagai warga negara dari Myanmar.(kl/rol)

Sumber: Eramuslim

Buta, Tak Surutkan Abdul Majid untuk Membela Saudara Muslim yang Terzalimi

Buta, Tak Surutkan Abdul Majid untuk Membela Saudara Muslim yang Terzalimi

10Berita~SOLO – Meski kedua matanya tak mampu melihat, tak membuat semangat Abdul Majid luntur. Bersama temannya ia ikut dalam aksi peduli Muslim Rohingya yang diadakan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersama Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS).

Masya Allah, santri Ponpes Tahfidz Quran 2 Sambi Boyolali itu rela berjalan kaki dari Kota Barat menuju Bundaran Gladag menyusuri Jalan Slamet Riyadi yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer.

Panasnya mentari dan jauhnya lokasi aksi tak membuatnya mengeluh, justru sebaliknya ia tampak bersemangat.

Saat ditanya Panjimas.com, Abdul Majid mengaku tetap semangat meski berjalan kurang lebih 1 jam. Menurutnya apa yang dia lakukan tidak sebanding dengan kesusahan saudara Muslim Rohingya.

“InsyaAllah ini tidak mengurangi semangat saya. Karena dibandingkan saudara kita di Rohingya itu mungkin ini belum ada apa-apanya. Ini akan banyak berkahnya insyaAllah,” ucapnya, Jumat (22/9/2017).

Bersama temannya satu Pesantren, Khoir, Abdul Majid dituntun sepanjang jalan Slamet Riyadi sambil terus berdzikir. Dia berharap aksi siang ini bisa menambah keimanannya.

“Yang ikut aksi semoga tambah imannya, dan galang dana bisa mengurangi beban saudara kita di Rohingya,” ujar dia.

Sebagai kader PKS, Abdul Majid tidak mau dianggap remeh meski kondisi fisiknya tuna netra. Bukan karena riya’, dia ingin menunjukkan kepada umat Islam bahwa kekurangan fisik tidak menjadi penghalang melakukan pembelaan terhadap saudara sesama muslim yang sedang dizalimi.

“Dengan aksi ini, seperti saya bisa menggerakkan hati umat Islam yang lain untuk memikirkan saudara kita di Rohingya,” pungkasnya. [SY]

Sumber: Panjimas

Jumat, 22 September 2017

Myanmar Blokir Bantuan Kemanusiaan, Yang Datang Sepertinya Memang Harus Tentara…

Myanmar Blokir Bantuan Kemanusiaan, Yang Datang Sepertinya Memang Harus Tentara…

10Berita – Polisi Myanmar terlibat bentrok dengan massa Buddha yang memblokir pengiriman bantuan ke Negara Bagian Rakhine, pada Rabu (20/9). Pemblokiran ini menghambat distribusi yang sangat dibutuhkan oleh Muslim Rohingya yang menjadi korban kekerasan di Rakhine.

Sebanyak 300 umat Buddha berkumpul di sebuah dermaga di Sittwe dan menghentikan kapal milik Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Kapal tersebut membawa bantuan yang hendak dikirim ke Maungdaw melalui perjalanan sungai.

Massa memaksa kapal untuk menurunkan barang bantuan dan mencegah kapal tersebut untuk meninggalkan dermaga. Informasi ini dilaporkan oleh surat kabar Global New Light of Myanmar yang mengutip Komite Informasi Myanmar, pada Kamis (21/9).

Polisi anti huru hara tiba saat kerumunan massa mendekati dermaga. Sejumlah biksu Buddha berusaha menenangkan massa, namun massa justru mulai melempar batu dan bom Molotov ke arah polisi. Delapan orang ditahan dan beberapa polisi dilaporkan terluka. ICRC mengkonfirmasi kejadian tersebut dan mengatakan akan terus mencoba mengirim bantuan ke Maungdaw.

“Kami akan melanjutkannya, tidak ada yang ditahan,” kata Graziella Leite Piccoli, juru bicara ICRC untuk Asia, dikutip Aljazirah.

Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan khawatir puluhan ribu orang yang terperangkap di Rakhine sangat membutuhkan bantuan. Akses kemanusiaan tetap sulit meski ada janji pemerintah Myanmar untuk mengizinkan jalan yang aman. Sebuah truk milik ICRC juga dilaporkan terlibat kecelakaan di Bangladesh, yang menewaskan sembilan orang dan melukai 10 orang lainnya.

“Truk itu membawa makanan untuk pengungsi Rohingya di perbatasan, termasuk yang terdampar di pulau tak berpenghuni,” kata Yasir Arafat, Wakil Kepala Polisi Distrik Bandarban.

Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan memperingatkan akan adanya krisis kemanusiaan di kamp-kamp pengungsian. Para pengungsi berjuang untuk membangun tempat tinggal dan mendapatkan jatah makanan. Pemerintah Bangladesh sedang membangun sebuah kamp baru yang cukup besar untuk menampung 400 ribu orang. Namun PBB mengatakan pembangunan kamp akan memakan waktu sebelum dilengkapi dengan toilet dan fasilitas medis.

Di sisi lain, Myanmar bersikeras kekerasan yang terjadi di Rakhine saat ini telah mereda. “Saya dengan senang hati memberi tahu Anda bahwa situasinya telah membaik,” kata Henry Van Thio, Wakil Presiden Kedua Myanmar, dalam Majelis Umum PBB pada Rabu (20/9). Van Thio mengatakan sudah tidak ada bentrokan sejak 5 September lalu. Ia menambahkan, pemerintahnya berkomitmen untuk mengizinkan pengiriman bantuan untuk masuk.

“Bantuan kemanusiaan adalah prioritas utama kami. Kami berkomitmen untuk memastikan bantuan diterima oleh semua pihak yang membutuhkan, tanpa diskriminasi,” tutur dia.

Tentu saja bentrokan sudah tidak ada, karena memang tidak ada bentrokan. Yang ada adalah pembantaian, di mana tentara bersenjata lengkap membunuhi rakyat sipil, tua dan muda, bahkan membakar dan memutilasi bayi-bayi Muslim Rohingya hidup-hidup.

Jika warga Budha Myanmar yang tentunya direstui rezim penguasanya memblokir, berarti yan harusnya datang ke Myanmar memang bukan bantuan kemanusiaan, tapi tentara bersenjata lengkap agar bisa menjadi lawan yang imbang bagi tentara-tentara Myanmar yang cuma berani kepada anak-anak dan bayi-bayi tak bersalah. (lk)

Sumber: Eramuslim

Di PBB Erdogan Angkat Nasib Muslim Rohingya dan Suriah

Di PBB Erdogan Angkat Nasib Muslim Rohingya dan Suriah

10Berita – Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan turut hadir dalam pertemuan Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat pada Selasa (19/09). Beberapa hal disinggungnya, saat diberi kesempatan berbicara di hadapan anggota PBB lainnya. Diantarannya ialah, konflik Suriah dan genosida yang dilakukan militer Myanmar terhadap etnis minoritas Rohingya.

Erdogan mengatakan, kekerasan yang terjadi terhadap minoritas Muslim Rohingya merupakan noda kelam dalam peradaban manusia. Ia menegaskan bahwa isu teroris hanya sebagai dalih untuk menutupi kezaliman yang dilakukan oleh Otoritas Myanmar.

“Komunitas Muslim di wilayah Rakhine di Myanmar sedang mengalami genosida etnis, dengan tindakan teroris provokatif yang digunakan sebagai dalih. Muslim Rohingya, hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan yang ekstrem. dan kehilangan hak kewarganegaraan mereka, desanya dibakar hingga ratusan ribu orang dipaksa untuk mengungsi dari wilayah dan negara,” tambahnya.

Sekitar 421.000 Muslim Rohingya telah menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus, PBB mengatakan pada hari Selasa. Sementara Erdogan terus mempertanyakan peran masyarakat dunia dalam melindungi etnis Rohingya.

“Jika tragedi ini di Myanmar tidak dihentikan, sejarah kemanusiaan akan menghadapi rasa malu karena noda gelap lainnya,” katanya.

PBB menyebutkan bahwa Rohingya adalah orang-orang paling teraniaya di dunia. Pasalnya, mereka telah menghadapi kekerasan dan tidak mendapatkan hak penuh sebagai sipil sejak puluhan tahun. Kekerasan tersebut memuncak pada tahun 2012 dan 2017, di mana gelombang pengungsi meningkat drastis.

Oktober lalu, setelah serangan terhadap pos-pos perbatasan di distrik Maungdaw Rakhine, pasukan keamanan melancarkan tindakan keras selama lima bulan di mana sekitar 400 orang terbunuh, menurut kelompok Rohingya.

PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal dan penghilangan bagian fisik tertentu yang dilakukan oleh petugas keamanan. PBB mengindikasikan Otoritas Myanmar terlibat dalam kejahatan perang.

Pada konflik Suriah, Erdogan mengatakan bahwa Turki menampung lebih dari 3 juta pengungsi dari negara Timur Tengah yang dilanda perang. Dana yang telah dihabiskan mencapai lebih dari $ 30 miliar untuk membantu mereka.

“Di Suriah, sebuah peradaban sedang dimusnahkan bersama dengan warga sipil dan anak-anak yang tidak bersalah,” katanya.

“Turki tidak dapat acuh tak acuh terhadap tragedi orang-orang ini yang kita lihat sebagai saudara dan saudari kita terlepas dari asal usul atau kepercayaan mereka dan kepada siapa kita terhubung dengan ikatan sejarah yang mendalam,” tegasnya.

Erdogan menekankan, bagaimanapun, bahwa Ankara belum mendapat dukungan yang memadai dari masyarakat internasional atas kontribusinya terhadap tanggapan pengungsi Suriah.

Dia mengatakan Uni Eropa mengirim 820 juta dari 6 miliar euro yang dijanjikan, sementara sumbangan melalui PBB tetap sebesar $ 520 juta. Tidak ada yang masuk ke anggaran pemerintah, katanya, tapi malah langsung diserahkan ke mereka yang membutuhkan.

“Sebelum seluruh dunia, saya dengan ini menyerukan kepada negara-negara dan organisasi internasional, yang telah meletakkan semua beban 3,2 juta orang di bahu Turki, untuk memenuhi janji yang telah mereka buat,” kata presiden.

Dengan bantuan kemanusiaan dan pembangunan senilai $ 6 miliar pada tahun 2016, Turki menduduki peringkat sebagai donatur terbesar kedua di dunia dan merupakan penyumbang utama dalam hal Produk Nasional Bruto, menurut statistik dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).(jk/anadolu)

Sumber: Eramuslim

Rabu, 20 September 2017

Raja Salman Kucurkan 15 Juta Dollar Buat Pengungsi Rohingya

Raja Salman Kucurkan 15 Juta Dollar Buat Pengungsi Rohingya

10Berita -Tragedi yang menimpa Muslim di Rohingya, Myanmar mengundang keprihatinan Raja Arab Saudi Salman Bin Abdul Aziz Al-Saud. Bahkan, Raja Salman telah memerintahkan pembayaran bantuan senilai 15 juta dolar AS untuk pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar sebagai akibat genosida dan penyiksaan.

Pengumuman tersebut disampaikan dalam sebuah pernyataan kepada Saudi Press Agency (SPA) menyusul sebuah pertemuan Kabinet Saudi, yang mendapat pengarahan oleh Dr Abdullah bin Abdulaziz Al-Rabiah, supervisor umum Pusat Bantuan Bantuan dan Kemanusiaan yang berbasis di Riyadh pada hari Senin. Situasi di Myanmar, dengan minoritas Muslim pengungsi Rohingya, terpaksa melarikan diri akibat penyiksaan tersebut.

Dalam seruannya ke masyarakat internasional, Kerajaan Arab Saudi mendesak, semua pihak untuk mengambil tindakan agar menghentikan serangan tersebut. Selain itu, memungkinkan hak minoritas Muslim Myanmar menjadi hak asasi manusia mereka.

Muslim Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. Namun baru-baru ini, terpaksa melarikan diri saat mereka diserang di rumah mereka, menyusul serangkaian serangan yang dilakukan oleh gerilyawan Muslim pada bulan Agustus. Pasukan keamanan dan gerombolan sekutu melakukan serangan balasan, membakar rumah ribuan Muslim Rohingya, memaksa 417 ribu orang untuk melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.(kl/arabnews)

Sumber: Eramuslim

Ribuan Rakyat Afrika Selatan Gelar Aksi Bela Rohingya di Kedutaan Myanmar, Pretoria

Ribuan Rakyat Afrika Selatan Gelar Aksi Bela Rohingya di Kedutaan Myanmar, Pretoria

10Berita~PRETORIA–  Sekitar 2.500 massa berkumpul di luar Kedutaan Besar Myanmar di ibukota Afrika Selatan, Pretoria, Jumat (15/09), dalam rangka mengutuk keras pembantaian Muslim Rohingya yang terus berlanjut di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Moulana Ebrahim Bham, Sekretaris Jenderal Dewan Ulama Muslim (“Jamiatul Ulama”), bertanya-tanya mengapa Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, peraih Nobel perdamaian, tetap diam membisu di tengah kekerasan yang sedang berlangsung.

“Tuhan lebih besar dari semua orang. Siapa yang mengira penindasan apartheid akan berakhir di Afrika Selatan?” tanyanya saat para ribuan massa meneriakkan” Turunkan, Myanmar, Turunkan ” “Turunkan para penindas, turunkan”, dikutip dari AA.

Seorang perwakilan komunitas Buddha di Afrika Selatan juga ikut dalam aksi demonstrasi tersebut, Ia menyerukan kepada sesama umat Buddha di seluruh dunia untuk mengadvokasi Rohingya dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang terkena dampak.

Ven. Gyalten Nyima mengatakan bahwa orang-orang yang membunuh Muslim Rohingya tidak mengikuti ajaran Buddhisme sejati, yang menyerukan kasih sayang, cinta kasih, dan kesetaraan.

Beberapa peserta aksi solidaritas Muslim Rohingya, termasuk umat Islam dan Budha, membawa sebuah spanduk berslogan, “Buddhisme dan Islam bersatu untuk mengakhiri genosida di Burma, ” menggunakan nama bekas Myanmar.

 

Polisi Bertindak Keras

Polisi menggunakan granat setrum dan gas air mata untuk membubarkan massa namun kondisinya kemudian pulih kembali normal.

Jurnalis Anadolu Agency Omer Kilic dipukul dengan sebuah batu di dahinya saat terjadi bentrokan antara polisi dan beberapa pengunjuk rasa yang melempari batu dan botol. Kilic diberi bantuan darurat oleh paramedis di tempat kejadian.

Ribuan massa menuntut agar pemerintah Myanmar segera turun tangan dan bertanggung jawab atas kekejaman yang meluas yang telah mengakibatkan ratusan ribu Muslim Rohingya terpaksa mengungsi.

Sejak 25 Agustus, lebih dari 400.000 Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar di Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.

Para pengungsi Rohingya terpaksa melarikan diri dari operasi keamanan militer di mana pasukan keamanan dan gerombolan ektrimis Buddha membunuhi pria, wanita dan anak-anak Rohingya, menjarah rumah dan bahkan membakar desa-desa Muslim Rohingya.

Menurut pemerintah Bangladesh, sekitar 3.000 Muslim Rohingya dibantai dalam tindakan kekerasan Militer Myanmar tersebut.

Etnis Paling Teraniaya di Dunia

John McKissick, seorang pejabat Badan pengungsi PBB yang berbasis di Bangladesh, mengatakan etnis Rohingya adalah “minoritas etnis yang paling tertindas di dunia.”

Sementara itu, Pelapor khusus HAM PBB di Myanmar, Yanghee Lee, pada Jumat (20/01/2017) menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata di negara bagian Rakhine disebabkan karena diskriminasi selama beberapa dekade lamanya yang dilembagakan, terstruktur dan sistematis terhadap Muslim Rohingya.

Undang-Undang tahun 1982 menolak hak-hak etnis Rohingya – banyak di antara mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, namun hak kewarganegaraan mereka tak diakui, status mereka stateless [tanpa negara]. Situasi ini juga menghilangkan kebebasan Rohingya bergerak, dari akses pendidikan hingga layanan kesehatan yang sangat minim, bahkan otoritas Myanmar terus melakukan penyitaan sewenang-wenang terhadap properti milik mereka.

Diperkirakan 1,1 juta Muslim Rohingya tinggal di Rakhine, di mana mereka  dianiaya, dan menjadi minoritas etnis tanpa negara. Pemerintah Myanmar secara resmi tidak mengakui Rohingya, menyebut mereka imigran Bengali sebagai imigran ilegal, meskipun ketika dilacak akar sejarahnya, etnis Rohingya telah lama hidup dan tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.[IZ]

Sumber: panjimas



Kutuk Myanmar, Aktris Hollywood Angelina Jolie Desak Suu Kyi Hentikan Kekerasan terhadap Rohinya

Kutuk Myanmar, Aktris Hollywood Angelina Jolie Desak Suu Kyi Hentikan Kekerasan terhadap Rohinya

Aung San Suu Kyi

NEW YORK (SALAM-ONLINE); Bintang film Hollywood Angelina Jolie mengutuk keras tindakan persekusi terhadap Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar.

Jolie yang juga aktivis kemanusiaan, mendesak pemimpin de fakto Myanmar, Aung San Suu Kyi yang pernah mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian, untuk segera bertindak mengakhiri kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Rakhine state.

“Sangat jelas bahwa kekerasan yang dilakukan oleh tentara Myanmar perlu dihentikan, pengungsi harus diizinkan kembali, dan masyarakat Rohingya harus diberi hak-hak sipilnya,” kata Jolie seperti dilansir Jersey Evening Post, Senin (18/9).

Jolie berharap, dalam situasi seperti ini, Suu Kyi dapat menyuarakan hak asasi manusia (HAM).

Seperti diketahui, Suu Kyi dikritik dunia internasional karena dirinya bungkam soal kekerasan yang terjadi terhadap Rohingya di Rakhine, Myanmar.

Muslim Rohingya telah menghadapi puluhan tahun penindasan yang dilakukan oleh militer Myanmar dan mayoritas penduduk Budha di Burma, di mana mereka ditolak kewarganegaraannya.

Krisis saat ini menyebabkan lebih dari 410.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam tiga pekan terakhir. (EZ/Salam-Online)

Sumber: Jersey Evening Pos

Sumber: Salam Online.

Selasa, 19 September 2017

Ekstrimis Budha: Pergi Rohingya! Atau Kami Bantai Kalian Semua

Ekstrimis Budha: Pergi Rohingya! Atau Kami Bantai Kalian Semua

10Berita – Permintaan jaminan keamanan perjalanan ribuan Muslim Rohingya di wilayah barat laut ditolak kelompok ekstrimis Budha Myanmar. Bahkan dalam ancamannya, teroris yang dilindungi junta militer mengancam akan menghabisi warga Rohingya jika mereka tidak meninggalkan Myanmar.

Situasi sangat mengerikan melanda desa Ah Nauk Pyin dan Naung Pin Gyi yang menjadi rute pelarian pengungsi Rohingya ke negara tetangga Bangladesh, seperti dilansir Press TV dalam pemberitannya hari Senin (18/9).

Maung Maung, seorang pejabat Rohingya di Ah Nauk Pyin, mengatakan bahwa penduduk desa telah mengajukan diri untuk pergi, namun pihak berwenang tidak menanggapi permintaan jaminan keamanan mereka. “Kami ketakutan. Kami akan kelaparan dan mereka mengancam untuk membakar rumah kami,” katanya kepada Reuters melalui telepon.

Maung Maung mengatakan bahwa dirinya telah menghubungi polisi Myanmar setidaknya 30 kali untuk melaporkan adanya ancaman terhadap desanya.

Sebelumnya pada tanggal 13 September lalu seorang pejabat Rohingya mengatakan bahwa dirinya menerima telepon dari seorang penduduk Rakhine yang dia kenal. “Pergi besok atau kami akan datang dan membakar semua rumah Anda,” pria di telepon mengatakan.

Ketika pejabat Rohingya memprotes bahwa mereka tidak memiliki sarana untuk melarikan diri, pria tersebut menjawab, “Itu bukan urusan kami.”

Di tanggal 31 Agustus lalu, polisi Myanmar telah mengadakan pertemuan di pinggir jalan antara desa Ah Nauk Pyin dan Naung Pin Gyi.

Warga Rohingya yang menghadiri pertemuan tersebut mengatakan bahwa alih-alih menangani keluhan Rohingya, petugas Kepolisian Myanmar justru menyampaikan sebuah ultimatum.

“Kami tidak ingin ada orang Muslim di wilayah ini dan kami harus segera pergi,” kata warga Rohingya Ah Nauk Pyin yang meminta namanya dirahasiakan.

Ah Nauk Pyin terletak di semenanjung berbatu bakau di Rathedaung, satu dari tiga kotapraja di negara bagian Rakhine. (Voa-I/Ram)

Sumber: eramuslim

Bantu Rohingya, FPI Sudah Kirim Relawan ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Bantu Rohingya, FPI Sudah Kirim Relawan ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

muhammad abdus syakur/hidayatullah.com

Ketua FPI Aceh (dua dari kiri) bersama timnya saat di posko Bayeun, Aceh

10Berita– “Diam-diam”, Front Pembela Islam (FPI) ternyata telah mengirimkan sejumlah relawannya untuk menyalurkan bantuan langsung bagi pengungsi Rohingya di perbatasan Myanmar-Bangladesh.

Demikian diungkapkan Pengurus Majelis Syura DPP FPI, Habib Muhsin Ahmad Alattas. Ia mengatakan, pada tahun ini FPI lebih intens lagi dalam melakukan berbagai upaya sebagai bentuk kepedulian terhadap etnis Muslim Rohingya yang ditindas rezim junta militer Myanmar.

“Sebagaimana biasanya kita FPI mempunyai peran yang khusus terhadap isu-isu kemanusiaan dan tragedi kemanusiaan, bencana alam, dan lain sebagainya,” ujar Habib Muhsin saat ditemui hidayatullah.com di sela-sela ia menghadiri acara pernikahan salah seorang kerabatnya di Kalimulya, Depok, Jawa Barat, penghujung pekan kemarin.

Khusus untuk tragedi Rohingya, FPI kata dia sudah lama konsen atasnya. Bahkan katanya sejak beberapa tahun yang lalu aksi kepedulian FPI terhadap Rohingya sudah dimulai. “(Sejak) tahun 2010 atau 2011 itu kalau enggak salah,” ujarnya.

Baca: ‘Aksi Selamatkan Rohingya’, Siang ini FPI Demo Kedubes Myanmar


Begitu pula saat krisis kemanusiaan Rohingya semakin meningkat sejak Agustus 2017 ini. Aksi FPI terkait tragedi itu, kata Muhsin, ditingkatkan.

“Yang sekarang lebih dahsyat lagi. Artinya, kita lebih menggalang lagi kepada umat,” ungkapnya.

Penggalangan itu, imbuhnya, baik mengajak masyarakat untuk menjadi relawan, maupun mengajak untuk memberikan perhatian pada krisis kemanusiaan Rohingya.

“Baik secara nasional maupun internasional,” ungkap mantan Ketua Umum FPI ini.

Hingga Sabtu (16/09/2017) saat wawancara itu berlangsung, FPI katanya sudah menggalang dana miliaran rupiah dari umat untuk Rohingya.

“Sudah luar biasa, mungkin sudah hampir Rp 2 miliaran yang terkumpul,” ungkapnya.

Sebagian dana itupun kata dia sudah didistribusikan untuk para pengungsi Rohingya.

Amanah masyarakat Muslim lewat FPI untuk Rohingya pun, kata dia, juga dalam bentuk obat-obatan, susu, dan lain sebagainya. “Dan kita akan kirim ke tempat pengungsi, terutama yang terdekat di Aceh.

Baca: FPI Mengaku Sumbang 4 Ton Beras untuk Pengungsi Rohingya


Lebih jauh lagi, FPI kata Muhsin, sudah melakukan upaya langsung ke perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mendistribusikan bantuan bagi warga Rohingya tersebut.

“Sekarang kita sudah merintis untuk masuk ke (lokasi warga) Rohingya walaupun masih dalam perbatasan di Bangladesh, itu sudah mulai mengirimkan ke sana,” jelasnya.

“Kita sudah mengirimkan relawan ke sana, sudah, membuka jalan,” lanjutnya menegaskan.

Kapan pengiriman relawan itu?

“Sudah beberapa hari yang lalu. (Jumlah relawan) kurang tahu persisnya saya, tapi saya sudah dapat info dari DPP (FPI), sudah kita mengirim (relawan) untuk membuka jalan ke sana,” terangnya.

Untuk rincian bantuan masyarakat lewat FPI untuk Rohingya, Muhsin mengatakan, informasinya bisa didapatkan di Pusat Relawan di kantor Hilal Merah Indonesia (HILMI) FPI di Jakarta.

Diberitakan hidayatullah.com, sebelumnya, pada Mei 2015 lalu, FPI Aceh menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Muslim Rohingya di posko Bayeun, Aceh Timur, Ahad (24/05/2015).

Ketua FPI Aceh Tengku Muslim Ath-Thahiri mengatakan, pada bantuan tahap kedua ini, pihaknya menyalurkan sekitar 1 ton beras, 5 karung pakaian, pembalut wanita, makanan ringan, dan air mineral.

“Ini tahap kedua, mungkin dalam beberapa hari ini juga kita akan nyusul (bantuan selanjutnya),” ujar Tengku kepada media ini ditemui di lokasi pengungsian Bayeun saat itu. Pertengahan tahun 2015 itu terjadi Indonesia terutama Aceh kebanjiran pengungsi Rohingya asal Myanmar dan pengungsi asal Bangladesh.*

Rep: SKR

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber: Hidayatullah

Senin, 18 September 2017

Gak Punya Malu! Bantuan Untuk Rohingya dari Masyarakat Indonesia “Diklaim” Dari Presiden Jokowi



Gak Punya Malu! Bantuan Untuk Rohingya dari Masyarakat Indonesia “Diklaim” Dari Presiden Jokowi

10Berita - Lagi-lagi bantuan kemanusiaan untuk Rohingya dari masyarakat Indonesia, oleh Jokower yang tak tahu malu diklaim sebagai bantuan DARI Presiden Jokowi.

APAAAA???? Dari duit pribadi Jokowi????

34 Ton bantuan kemanusiaan dari masyarakat Indonesia untuk Rohingya

34 Ton bantuan kemanusiaan dari masyarakat Indonesia untuk Rohingya. Bantuan kemanusiaan tersebut terdiri dari makanan siap saji, paket sembako, family kit, tangki air, tenda untuk pengungsi, pakaian anak serta selimut.

https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/886256/20170913124148-34-ton-bantuan-kemanusiaan-dari-masyarakat-indonesia-untuk-rohingya-002-isn.html

Presiden Jokowi cuma melepas bantuan ini dari bandara…

Jokowi Melepas 34 Ton Bantuan Kemanusiaan untuk Rohingya

Presiden Joko Widodo, Rabu (13/9/2017) pagi, melepas 34 ton bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Rohingya di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Pelepasan bantuan kemanusiaan itu dilaksanakan di Base Ops Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

http://nasional.kompas.com/read/2017/09/13/10133041/jokowi-melepas-34-ton-bantuan-kemanusiaan-untuk-rohingya

SEBELUMNYA, pembangunan Sekolah dan Rumah Sakit di Rakhine State yang dibangun NGO juga “diklaim” dibangun pemerintah.

PADAHAL, aksi kemanusiaan dan penggalangan bantuan untuk Rohingya yang dilakukan berbagai elemen masyarakat ini dicibir luar biasa oleh gerombolan mereka.

NAMUN.. Setelah tahu ada ‘peluang’ pencitraan, akhirnya digarap juga walau dengan KLAIM.

Sekarang, paham kenapa di era keterbukaan dan kebebasan media dan bicara kita mesti berisik, sombong dan narsis dalam melakukan kebaikan, kan???

AGAR JANGAN ADA YANG SEENAKNYA TAK TAU MALU “MENGKLAIM” HASIL KERJA ORANG LAIN.

Kalau yang model Komisaris BUMN saja seenaknya tak tau malu MENGKLAIM untuk PENCITRAAN JUNJUNGANNYA, Apalagi yang lain.

Sumber :[PI/www.beritaislamterbaru.org]