OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label SAVE UYGHUR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SAVE UYGHUR. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Desember 2019

Peri Kemanusiaan Terhadap Muslim Uyghur

Peri Kemanusiaan Terhadap Muslim Uyghur


10Berita - Gejolak dunia Islam tidak henti-hentinya, begitu juga dengan umat Islam di berbagai belahan dunia terus mengalami diskriminasi dan penyiksaan. Di India Undang-undang “anti Muslim” dibuat untuk memarginalkan 200 juta Muslim India.

 Di China di bawah bayang-bayang komunisme, muslim Uighur mendapatkan perlakuan menyedihkan. Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah teologi Islam dan madras dilarang, cendekiawan dibunuh satu persatu. Namun dunia Islam masih diam dan diam atas penyiksaan keji itu.

 Melihat kenyataan pahit yang menimpa umat Islam itu, seorang pesepakbola terkenal, Mezut Ozil menulis dengan keras. “Jika anda tidak dapat mencegah penganiyayaan, buatlah diketahui umum," kata Ozil.

 Keributan pun tak dapat dielakkan. China marah, berang, karena perilaku tidak manusiawinya terhadap 1 Juta Muslim Uighur kini diungkapkan di hadapan publik. Boikot terhadap Club tempat Pemain bola muslim itu diteriakkan di China.

 Ormas-ormas Islam di Indonesia mendapatkan terpaan isu miring dengan diamnya terhadap kejahatan kemanusiaan di Uighur. Laporan The Wall Street Journal mencengangkan. Ormas-ormas Islam telah menerima “uang diam” dari China. Bahkan secara frontal WSJ mengatakan bahwa ulama dan tokoh-tokoh Islam organisasi besar Indonesia telah menerima “uang diam” itu.

 Tentu tuduhan itu menggemparkan jagat media Indonesia. Muhammadiyah dengan keras bereaksi dan mengatakan itu adalah Fitnah terhadap Ormas Islam. Muhammadiyah membantah. Maka mulailah suara tentang Uighur kembali mencuat di Indonesia. Muhammadiyah mengecam, Majelis Ulama Indonesia pun mengecam.

 Tokoh-tokoh Islam seperti Prof. Din Syamsuddin mendesak pemerintah Indonesia untuk bebicara. Prof. Din pun mengkritik sikap pemerintah Indonesia yang memilih diam dan itu memperlihatkan betapa lemahnya Indonesia akan hal ini.

 Di tengah keributan demi keributan, tuntutan demi tuntutan, pemerintah Indonesia masih belum bersuara sedikitpun. Beredarlah Statemen Prof. Salim Said kira-kira setahun yang lalu mempertanyakan sikap pemerintah Indonesia yang tidak mau menerima Ulama Uighur yang ingin memberikan cindera mata, berupa Al-Quran yang ditulis Tangan. Jokowi menolak menerima tamu itu dengan mengatakan tidak enak dengan pemerintah China. “Apakah Indonesia dijajah China?” tanya Prof Salim.

 Inilah sebenarnya yang sedang dihadapi indonesia, antara rasa tidak enak dan kemanusiaan yang harus diperjuangkan sebagaimana yang menjadi kewajiban konstitusional negara.

 Pembukaan UUD 1945 memerintahkan bahwa negara Indonesia harus ikut terlibat dalam perdamaian dunia dengan berdasar pada ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adi dan Beradab. Perintah konstitusi itu sebenarnya adalah tujuan daripada Indonesia merdeka?

 Namun kenapa Indonesia diam? Apa yang tengah membuat Indonesia sebagai negara muslim dengan populasi Muslim terbesar di Dunia memilih bungkam atas kejahatan kemanusiaan bahkan terhadap saudara sesama muslimnya? Apakah negara sudah tidak lagi berpihak kepada Islam dan kemanusiaan?

 Tidak perlu menjadi Islam untuk melihat kejahatan kemanusiaan itu, cukup menjadi manusia saja. Karena sepanjang wilayah Turkistan Timur itu, yang dulu adalah satu negara Islam kini yang telah berada di bawah China tangisan dan rintihan menggema. Anak dipisahkan dari bapaknya, istri diambil dari suaminya, suami dibawa di hadapan Istrinya, orang-orang kehilangan saudara-saudaranya.
 Mereka di tampung dalam camp konsentrasi.

 Meski orang-orang mengatakan bahwa camp itu manusiawi, karena mereka mungkin mendapatkan “uang bicara” untuk membela China. Yang namanya Camp Konsentrasi itu tidak pernah ada kata manusiawi, karena namanya saja sudah menunjukkan satu keadaan masa perang dunia sati dan dua, dimana kamp konsentrasi merupakan tempat penyiksaan dan pembantaian.

 Indonesia Harus Bersikap

 Sekali lagi ini panggilan kemanusiaan, ini panggilan nurani kita, dan ini panggilan persaudaraan bagi muslim di Indonesia untuk membela kaum-kaum yang tertindas dan orang yang teraniyaya. Setidak sudah 30 negara yang mengecam tindakan persekusi China terhadap Uighur. Inggris dalam Sidang PBB meminta China membuka Kamp-kamp yang berada di Xianjiang.

 Penganiayaan itu semakin kentara ketika media Amerika New York Times melaporkan dokumen bocor soal kamp penahanan etnis ini. Dalam dokumen itu Presiden China Xi Jinping memerintahkan pejabat untuk bertindak tanpa belas kasih terhadap warga Uighur yang minoritas muslim itu.

 Perilaku Xi Jinping dan komunis China terhadap Muslim Uighur adalah pembantaian etnis dan pemusnahan etnis. Tentu ini melanggar hukum-hukum internasional. Maka sewajibnya Indonesia bersuara dalam soal ini.

 Indonesia jangan hanya diam dan diam saja, karena ini sudah bertentangan dengan spirit internasionalisme yang di anut oleh Indonesia. Tidak boleh ada penjajahan di atas muka bumi, dalam bentuk apapun. Tidak dibenarkan oleh konstitusi manapun apalagi konstitusi Indonesia akan kejahatan yang menghancurkan nilai kemanusiaan seperti itu.

 Maka dengan tulisan ini, saya mendorong pemerintah Indonesia untuk hadir dalam penderitaan muslim Uighur itu, sebab negara-negara Islam dan negara-negara dunia sudah berbicara. Apa yang menghalangi Indonesia untuk tidak berbicara? Jangan sampai ini menimbulkan dugaan-dugaan bahwa Indonesia sudah betekuk lutut dihadapan rezim komunis China itu.

 PBB Perlu Membentuk Tim Investigasi Independen

 Setidaknya sudah 30 Negara yang mengecam kejahatan rezim China terhadap Muslim Uighur. Negara-negara itu menyampaikan pernyataan di sela-sela rapat Majelis Umum PBB pada 26 September 2019. Tentu Perhatian Internasional sudah sangat mendukung untuk dibentuk tim Investigasi terhadap kejahatan kemanusiaan itu.

 Karena itu, untuk menyelesaikan problem kemanusiaan tersebut, negara-negara Islam melalui OKI harus mendesak dan meminta PBB untuk segera membentuk tim Investigasi Independen guna menyelesaikan persoalan itu.
 Tanpa tim investigasi, dalam ketertutupan media China, tentu masyarakat dunia tidak akan tahu secara menyeluruh tentang kejahatan kemanusiaan itu. Oleh karena itu, Peran PBB begitu sangat penting untuk menyelesaikan masalah ini.

 Kita berharap dan berdoa, semoga kaum muslimin Uighur selalu diberikan kesabaran dan kekuatan, dan kita warga muslim di manapun berada, harus terus menyuarakan persoalan kemanusiaan ini, sehingga tidak ada lagi kejahatan kemanusiaan terhadap siapapun.

 Wallahualam bis shawab.

 Penulis: Ahmad Yani

Sumber: KONTENISLAM.COM

Jika Institusi Negara Diam, Warga Dunia Yang Harus Kecam China Soal Uighur

Jika Institusi Negara Diam, Warga Dunia Yang Harus Kecam China Soal Uighur

 


10Berita - Walau gelombang protes terhadap perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang semakin besar dan meluas, tetapi Pemeritah China terus menutup telinganya.

Sebagai negara berpaham komunis, memang tidak ada ruang bagi rakyat China untuk mengkritik kebijakan pemerintahnya.

Hal yang sama dilakukan China kepada warga dunia yang mengkritik mereka soal Uighur. Sikap acuh, arogansi, tidak mau mendengar apalagi menanggapi protes keras dunia juga dikarenakan China merasa sudah menjadi negara adidaya.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, karena merasa adidaya dan banyak negara dunia sudah "tunduk" baik karena utang maupun investasi, China sama sekali tidak peduli terhadap protes warga dunia.

Perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang mereka anggap urusan domestik dan kebijakan yang wajar sehingga negara lain tidak boleh ikut campur.

"Bahkan mereka menyebar ancaman balik ke banyak negara dan warga dunia yang berani protes. Ini bentuk arogansi yang luar biasa dan arogansi seperti ini harus dihentikan. Warga dunia harus terus bersuara, harus terus protes dan harus terus mengecam. Kekuatan bersuara ini lebih dahsyat dari kekuatan ekonomi yang dimiliki China," kata Fahira, Senin (23/12).

Menurunya, banyak kajian ilmiah dari berbagai lembaga dunia yang menyatakan bahwa tidak lama lagi ekonomi China akan menyalip Amerika. Salah satu bukti nyata kekuatan ekonomi China adalah negara berpenduduk 1,3 miliar ini menjadi kreditor resmi terbesar melampaui IMF atau Bank Dunia karena mampu memberi pinjaman (utang) ke ratusan negara.

Sementara dari sisi investasi, bank-bank China mendanai proyek-proyek infrastruktur besar di 78 negara di seluruh dunia. Tidak heran banyak negara yang juga menutup mata dan telinganya atas apa yang terjadi di Xinjiang termasuk negara-negara berpenduduk muslim.

Tujuan penguasaan ekonomi dunia ini, lanjut Fahira, adalah agar banyak negara berpihak kepada China saat mereka memutuskan kepentingan nasionalnya terkait dengan isu-isu kebijakan salah satunya soalnya Uighur.

"Jika institusi negara sudah tidak bisa diharapkan, maka warga dunia lah yang harus mengambil peran untuk terus mengecam sembari mendesak PBB dan negara-negara yang sudah punya sikap tegas terkait Uighur untuk memberi sanksi kepada China," pungkas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR ini.[rmol]

Sumber: KONTENISLAM.COM

Journey to Uighur: Mengalahkan Ketakutan Di Urumqi

Journey to Uighur: Mengalahkan Ketakutan Di Urumqi

10Berita – “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”. Seuntai salam doa ini sangat indah. Artinya, semoga keselamatan, rahmat Allah, serta keberkahan-Nya terlimpah kepada kalian.
Bila doa yang indah itu kini menjadi sumber ketakutan saat mengucapkannya, maka saat itulah pendulum sejarah akan berputar arah. Dan salam ini saya lantunkan lagi setelah gagal melaksanakan shalat Jumat di masjid di Grand Bazaar Urumqi. Ini karena masjidnya tidak boleh digunakan untuk shalat lagi. Sementara shalat Jumat tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan harus berjamaah di masjid.
“Jadi bagaimana? Kita shalat di mana?” Tanya saya pada suami saya, Lambang. Dia 
tidak langsung menjawab. Namun baik saya dan sumia paham bila saat itu tengah berada di mana, yakni sedang berada di area publik. Tepatnya, di International Grand Bazaar Urumqi.

Lokasinya berada di tengah pasar. Tidak mudah menemukan tempat yang bisa digunakan untuk shalat.
“Nanti pas kita makan di restoran saja. Kita coba di situ,” jawab Lambang seolah tahu akan kecamuk kegalauanku.
Memang, International Grand Bazaar Urumqi merupakan pasar seluas 4.000 m². Salah satu landmarknya adalah minaret setinggi 80 meter. Bentuknya dibuat menyerupai Kalyan Minaret di Bukhara, Uzbekistan. Namun, latar belakang sejarahnya tentu saja tidak bisa menyamai keagungan Kalyan Minaret yang membuat Jangis Khan menahbiskan rasa hormat dan takzimnya.

Keterangan: Minaret setinggi 80 meter di Grand Bazar Urumqi.
Pasar ini juga dilengkapi dengan panggung terbuka untuk menggelar beragam pertunjukan. Berderet-deret restoran dan food court siap menghidangkan aneka masakan lezat khas Uighur yang dijamin halal.
Masjid yang ada di Grand Bazaar sejatinya menjadi bagian penting dari pasar. Namun, seperti yang saya saksikan tadi, masjid ini telah ditutup. Tidak boleh dipergunakan untuk shalat lagi.

Sumber: Eramuslim

Masih Soal Uighur: Separah-parahnya Amerika Masih Ada Kontrol, KALAU CHINA?

Masih Soal Uighur: Separah-parahnya Amerika Masih Ada Kontrol, KALAU CHINA?



Masih Soal Uighur:
SEPARAH-PARAHNYA AMERIKA, MASIH ADA KONTROL. KALAU CHINA?

By Asyari Usman
(Ex Wartawan senior BBC Internasional)

Perhatian internasional terhadap penindasan, penyiksaan, dan persekusi warga muslim Uigur semakin membesar. Beijing resah. Kebocoran dokumen pemerintah komunis yang berisi panduan dalam “mendidik” Uigur membuat rezim RRC panik.

Sekarang ini, mesin propaganda RRC bekerja keras untuk menggambarkan kepada dunia Islam bahwa China lebih baik dari Barat. Di Jakarta, Duta Besar RRC untuk Indonesia, Xiao Qian, mengatakan belum lama ini bahwa RRC adalah sahabat sejati dunia Islam. Bahkan, RRC mengundang NU, Muhammadiyah dan MUI untuk melihat langsung situasi di Xinjiang.

Dubes Xiao menonjok Amerika Serikat (AS). Dikatakannya, AS selalu berseberangan dengan umat Islam dalam hal Palestina. Washington pasti akan membela Israel. Selain itu, Amerika disebutnya sebagai kekuatan yang menimbulkan kehancuran di Suriah, Libia, Afghanistan, dll.

Tentang kelakuan Amerika, Dubes Xiao benar sekali. Negara adisombong ini tidak akan pernah menyalahkan Israel. Sebaliknya, akan selalu melindungi negara Zionis yang brutal terhadap rakyat Palestina itu. Ini bukan cerita baru. AS akan bersikap dan bertindak sesuka hati demi Israel.

Tetapi, separah-parahnya Amerika Serikat, mereka punya sistem pengawasan. Mereka memiliki Kongres yang terdiri dari DPR dan Senat. DPR melakukan pengawasan terhadap Presiden. Begitu juga media yang tidak dikendalikan oleh para penguasa eksekutif.

Pemegang kekuasaan di AS tidak bisa sewenang-wenang. Ada kontrol. Meskipun dalam hal Israel-Palestina, kontrol itu tak berlaku.

Sebagai contoh kontrol itu berjalan adalah proses pemakzulan (impeachment) Presiden Donald Trump. Dua hari yang lalu (18/12/2019) DPR Amerika yang didominasi oleh Partai Demokrat memberikan suara mendukung pemakzulan. Dengan tuduhan Trump menyalahgunakan kekuasaan. Dia dituduh menahan bantuan militer AS untuk Ukraina kalau Presiden Volodymyr Zelensky tidak menyelidiki keberadaan Jospeph Biden dan anaknya, Hunter Biden, di sebuah perusahaan migas Ukraina. Pada saat ini, Jo Biden adalah lawan terkuat Trump dalam pilpres 2020.

Sidang pemakzulan Trump di Senat akan berlangsung tahun depan. Hasilnya belum tentu presiden yang penuh kontroversi ini akan terdepak dari Gedung Putih.

Nah, lihat saja pengawasan terhadap Presiden Trump yang berjalan ketat. Tidak bisa dia kendalikan. Trump tak bisa semaunya saja. Bahkan staf senior Presiden sendiri tidak membela dia. Ketika terbongkar Trump melakukan langkah-langkah ilegal untuk menekan Presiden Zelensky agar menyelidiki Biden, CIA tidak memihak Presiden. Duta Besar AS untuk Ukraina, Bill Taylor, juga tidak membela Trump.

Begitu juga yang berlangsung di negara-negara Barat lainnya. Pilar demokrasi dan hukum tegak tanpa intervensi. Ketika AS melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap Irak, negara-negara Eropa menentang kecuali hanya dan hanya PM Inggris Tony Blair. Jadi, kontrol sangat keras. Tentangan sangat besar. Meskipun Presiden George W Bush dengan keangkuhannya tidak menghiraukan tentangan Eropa itu.

Poin yang perlu kita lihat adalah keberadaan kontrol yang berfungsi. Negara-negara Barat yang parah itu, masih ada yang mengawasi mereka. Itulah faktanya.

Kalau di China? Siapa yang bisa mengawasi para penguasa komunis RRC? Mana ada media yang bebas mengumpulkan informasi di negara itu. Mana ada kontrol. Siapa yang berani memperjuangkan dan menegakkan hak asasi manusia (HAM) di China?

Apakah China berani membebaskan wartawan asing meliput situasi warga Uigur? Paling-paling mereka memberikan akses berkekang. Para wartawan dikawal ke lokasi-lokasi yang telah ditentukan. Orang-orang Uigur yang berbicara kepada wartawan asing, sudah dipilih dan disiapkan sesuai skenario penguasa. Dipilih orang-orang Uigur yang sudah matang pencucian otaknya oleh penguasa komunis.

Dalam kenyataan seperti ini, Ketua PBNU Said Agil Siraj berani menjamin tidak ada persekusi warga muslim Uigur oleh penguasa brutal RRC. Dan penulis seperti Zeng Wei Jian tega mengatakan bahwa para pejuang Uigur adalah teroris. Dan dikatakan bahwa laporan-laporan investigatif para wartawan Barat adalah propaganda negara-negara Barat. Inilah simplifikasi yang menyakitkan warga muslim Uigur.

Sekali lagi, Barat itu cukup parah bagi umat Islam. Tetapi, China lebih jahat lagi. Mereka melakukan penindasan, penyiksaan, dan program penghapusan identitas Islam di balik tembok kam-kam konsentrasi.[fb]

Viral! Manga Jepang ini Terinspirasi Kasus Kekerasan Suku Uyghur

Viral! Manga Jepang ini Terinspirasi Kasus Kekerasan Suku Uyghur



10Berita - Ide membuat komik bisa dari mana saja, termasuk komik karya Tomomi Shimizu ini. Pria berusia 50 tersebut membuat komik yang mengisahkan perempuan Uyghur bernama Mihrigul Tursun.

Bagi yang belum tahu, Uyghur merupakan suku minoritas di Republik Rakyat Tiongkok. Mayoritas dari mereka menggunakan bahasa sendiri, bahasa Uyghur. Juga memeluk agama Islam. Publik dunia sempat menaruh perhatian lebih pada suku ini. Sebab diduga mereka kerap mendapatkan diskriminasi dan kekerasan.
 
Nah, Tomomi membuat komik berdasarkan kisah seorang perempuan Uyghur yang ditahan dan menerima kekerasan di Tiongkok setelah melahirkan anak kembar tiga di Mesir.

Manga berjudul ‘Apa yang Terjadi Padaku’ itu beberapa hari belakangan viral.

Komik hitam putih itu sendiri mengisahkan tentang penyiksaan yang dialami perempuan tersebut. Komik Shimizu mengilustrasikan bagaimana perempuan Uyghur itu diikat di kursi dan berulang kali disiksa dengan sengatan listrik. Menurut komik putra ketiga dari kembar tiga itu jatuh sakit, dan satunya meninggal.

Manga yang diupload di twitter @swim_shu itu sudah diretweet sebanyak 87 ribu, dan dilihat sebanyak 2,5 juta. Kini komik itu pun telah di-translate dalam Bahasa Inggris, Mandarin, Uyghur dan beberapa bahasa lain.

Banyak netizen yang ingin agar tema komik tersebut diajarkan di sekolah. Bahkan ada yang minta dibuatkan komik tentang krisis di Hongkong.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari Shimizu. Shimizu sendiri pernah merilis komik berjudul ‘Tidak Ada yang Mengatakan Nama Negara’, April tahun ini. Karya itu juga bercerita tentang perempuan Uyghur yang disiksa.

Bagi Shimizu, Tiongkok sebagai negara yang punya banyak misteri. “Menceritakan sesuatu tentang mereka melalui manga adalah misiku,” ucapnya seperti dikutip dari Japan Times. Shimizu juga punya rencana akan bikin komik dari perspektif kesaksian di masa mendatang.

Tiongkok memang punya sistem kebijakan ketat terkait kehidupan suku Uyghur dan muslim minoritas di Xianjiang. Dilansir dari Tempo, ada dokumen internal Partai Komunis Cina yang diberhasil didapat oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Isinya tentang data penindakan minoritas kaum Uyghur.

Sebelumnya New York Times juga memperoleh dokumen internal Partai Komunis Cina yang disebut Xinjiang Papers. Dokumen itu berisi tentang arahan partai kepada pejabat untuk melakukan penahanan secara masif pada suku Uyghur.




Sumber: 

Minggu, 22 Desember 2019

Aksi Nasional Selamatkan Muslim Uyghur, Ormas Islam se-Indonesia Bakal Geruduk Kedubes China

Aksi Nasional Selamatkan Muslim Uyghur, Ormas Islam se-Indonesia Bakal Geruduk Kedubes China

10Berita – Sedikitnya 48 ormas Islam bakal mendatangi atau geruduk Kedubes China yang terletak di Jl Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, pada Jumat (27/12/2019) pekan depan. Aksi yang dilakukan oleh para ormas Islam tersebut untuk meminta pemerintah China menghentikan pelanggaran HAM yang menimpa Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, China. Aksi tersebut bertajuk Aksi Nasional Selamatkan Muslim Uighur Bersama Ormas Islam se-Indonesia.
“Dengan adanya pelanggaran HAM seperti itu, maka sudah seharusnya PBB untuk turun langsung,” kata Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Ahmad Shabri Lubis di Jakarta, Jumat (20/12/2019).

Shabri menilai apa yang dilakukan pemerintah China terhadap muslim Uighur sudah keterlaluan karena telah merampas hak-hak asasi mereka semisal beribadah.
“Perampasan hak-hak asasi manusia umat Islan Uighur di wilayah otononi khusus Xinjiang sudah sangat keterlaluan. Lewat Undang Undang Deekstremifikasi, serta dalih melawan radikalisme, hak asasi manusia saudara muslim Uighur kita dicabik dan dirampas hak beribadah, hak ekonominya, hak sosialnya, hak politiknya sampai hak budayanya,” tegasnya.
Apalagi, lanjut Shabri, berdasarkan informasi yang ia dapat, muslin Uighur dilarang memiliki dan membaca kitab suci mereka, yakni Alquran. Serta dipaksa wajib mengikuti kamp reedukasi yang sesungguhnya adalah penahanan semena-mena tanpa proses hukum yang adil sesuai standar internasional.


Sumber: Eramuslim

Tamparan Keras Felix Siauw Buat Pembela Mati-matian Rezim China Dalam Soal Uyghur

Tamparan Keras Felix Siauw Buat Pembela Mati-matian Rezim China Dalam Soal Uyghur


10BeritaBoleh jadi ada simpang siur informasi tentang Muslim Uighur yang ada di Xinjiang. Bisa jadi ada yang meragukan bahwa disana benar-benar ada penindasan pada Muslim.

 Mereka yang membela pemerintah China, mati-matian bilang bahwa ini program kontra terorisme, de-radikalisasi. Sama, di negeri sendiri, mereka juga tak suka Islamisasi.

 Tapi yang sudah pasti, disana jelas-jelas ada kejahatan kemanusiaan dimana anak-anak menjadi korban, generasi kedepan rusak mentalnya, juga masa depannya.

 Mereka yang pro pemerintah China bilang Muslim Uighur ingin makar, mendirikan negara dalam negara. Lalu melegitimasi tindakan apapun pada Muslim Uighur, menyedihkan.

 Bila di Indonesia, label radikal dijadikan tameng untuk perlakuan tak adil, maka soal Uighur mereka menjadikan label radikal itu sebagai tameng untuk bisa nyinyir.

 Apapun alasannya, ada anak-anak yang orangtuanya diambil secara paksa di depan mata mereka, dimasukkan kamp pemusatan pembinaan, tapi tak ada lagi kabarnya.

 Ada anak-anak yang menyaksikan orangtua mereka dipenjara tanpa ada sebab, sementara mereka ditinggalkan tanpa ayah, tanpa ibu, demi dugaan radikal, karena dugaan makar.

 Mereka yang pro pemerintah China lupa, bahwa Muslim Uighur itu saudara dalam iman, dan apapun sebabnya, mereka ditindas dan dianiaya.

 Mereka yang pro pemerintah China juga lupa, belasan negeri yang bukan Muslim, mereka bersuara untuk Muslim Uighur, atas nama kemanusiaan, sedang mereka? Ah sudahlah.

 Kita negeri Muslim terbesar, yang harusnya punya suara lebih lantang. Apa daya, di negeri sendiri saja, Islam dianggap sebagai ancaman, sebagai sumber radikalisme.

 Tak heran sebetulnya, nyanyiannya sama, harmonis. Pemerintah China menganggap juga begitu, maka wajar Muslim Uighur diperlakukan hina.

 Sampai kapan? Sampai persatuan Islam itu ada, lalu mewujud jadi sebuah kekuatan. Pekerjaan rumah kita masih banyak, masih panjang. Yaa Rab.. ummat-Mu.

(Felix Siauw)

 Sumber: IG @felixsiauw

Sabtu, 21 Desember 2019

Gerakan Umat Islam Bersatu Jatim Desak Pemerintah RRC Hentikan Pelanggaran HAM

Gerakan Umat Islam Bersatu Jatim Desak Pemerintah RRC Hentikan Pelanggaran HAM




10BeritaGerakan Umat Islam Bersatu Jawa Timur (GUIB Jatim), sebuah lembaga di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur (MUI-Jatim) yang beranggotakan ormas-ormas Islam dan lembaga ke Islaman di Jawa Timur, menyelenggarakan pertemuan terbatas membahas “Kekerasan, intimidasi dan diskriminasi atas Muslim Uyghur di Xinjiang China”.

Bertempat di kantor MUI Provinsi Jawa Timur, di Jl. Dharmahusada Selatan No. 5 Surabaya, GUIB Jatim yang meliputi 78 ormas Islam, mencermati fenomena terkini terkait adanya perlakuan Pemerintah RRC kepada muslim Uyghur yang sudah melewati ambang batas kewajaran, masuk kategori kekerasan, bahkan kejahatan kemanusiaan, umat Islam sedunia sudah semestinya melakukan tekanan atas kejahatan negara komunis ini.

Pasca beredarnya bocoran dokumen rahasia kepada Konsorsium Internasional Wartawan Investigasi (ICIJ) – The Chinese Cable tentang perlakuan jahat terhadap jutaan Muslim Uyghur di kamp-kamp konsentrasi dengan penjagaan ketat, kekerasan, indoktrinasi, intimidasi, diskriminasi, penindasan , penyiksaan, pengucilan, penyekapan, dan pelarangan ibadah atas muslim Uyghur di Xinjiang China membuka mata dunia.

RRC yang secara hegemonik menguasai perkonomian dunia merasa yakin tak akan ada reaksi signifikan. Ia telah mampu menciptakan ketergantungan dunia, termasuk dunia Islam. Pemerintah-pemerintah yang memiliki ketergantungan menjadi tak berdaya, takut bereaksi, apalagi menekan. Kondisi psiko-politis ini dimanfaatkan oleh Pemerintah RRC untuk melakukan kekerasan, intimidasi, diskriminasi, penindasan , bahkan kekejaman atas muslim Uyghur di Xinjiang China.

Issue – issue terkait Kebijakan Pemerintah RRC yang secara sistematis melakukan kekerasan, indoktrinasi, intimidasi, diskriminasi, penindasan , penyiksaan, pengucilan, penyekapan, dan pelarangan ibadah atas muslim Uyghur di Xinjiang China, jika itu terjadi merupakan bentuk pelanggaran Hak Azasi Manusia dan melecehkan hukum internasional serta bertentangan dengan Universal Declaration of Human Rights, karena kebebasan beragama adalah hak azasi manusia yang paling mendasar sebagaimana diatur dalam international covenant on social and political rights.

Sebagai bentuk ikhtiar untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD tahun 1945, untuk terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik, toleran dan harmonis dalam pergaulan masyarakat dunia yang aman, damai, tentram dan kondusif sebagai upaya mewujudkan harmonisasi dan stabilitas global dan turut serta dalam menjaga perdamaian dunia.

Oleh karena itu GUIB menyampaikan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, mendesak keras kepada pemerintahan RRC agar mengklarifikasi secara transparan terhadap issue issue pelanggaran HAM yang terjadi, berupa kekerasan, indoktrinasi, intimidasi, diskriminasi, penindasan , penyiksaan, pengucilan, penyekapan, dan pelarangan ibadah yang menimpa muslim Uyghur di Xinjiang China.

Mendesak pemerintah RRC agar segera menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM yang terjadi serta menyelesaikan masalah muslim Uyghur dengan baik serta damai, memberikan kebebasan untuk melaksanakan ibadah dan memelihara syiar ke Islamannya.

Selanjutnya, mendesak Organisasi Kerja Sama negara Islam (OKI), Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Komnas HAM RI untuk melakukan upaya sistematis dalam rangka menyelamatkan muslim Uyhgur. Juga bersikap tegas dalam memberikan tekanan terhadap pemerintah RRC agar memberikan hak-hak sipil bagi muslim Uyghur, dan secara khusus meminta kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk bersikap keras dan tegas terhadap Pemerintah RRC serta professional dalam menjalin hubungan diplomatik.

“Kami mendesak kepada pemerintah Republik Indonesia agar bersikap tegas dalam upaya menghentikan segala bentuk pelanggaran HAM, kekerasan, indoktrinasi, intimidasi, diskriminasi, penindasan, penyiksaan, pengucilan, penyekapan, dan pelarangan ibadah atas muslim Uyghur di Xinjiang China – sesuai dengan amanat UUD 1945 dan politik luar negeri Bebas Aktif.”

Serta aktif berperan serta dalam menggalang diplomasi bagi penghentian pelanggaran HAM atas muslim Uyghur dan kasus – kasus lainnya, Diamnya pemerintah Indonesia atas tragedi ini sangat mengecewakan rakyat Indonesia.

GUIB menyerukan kepada umat Islam sedunia umumnya dan khususnya Umat Islam Indonesia untuk melakukan gerakan solidaritas dengan menyalurkan bantuan bagi Muslim Uyghur melalui Infaq Jum’at untuk Muslim Uyghur, Qunut Nazilah, serta menyampaikan materi khutbah jum’at dengan tema solidaritas Muslim Uyghur serta doa agar segera terselesaikan dengan tetap memelihara ukhuwah Islamiyah, wathaniyah , basyariyah dan ukhuwah alamiyyah.

Menghimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi atas manuver pihak tertentu yang ingin memanfaatkan momentum ini untuk kepentingan politik praktis sesaat dan upaya adu domba diantara umat Islam di Indonesia.

Pernyataan sikap ini ditandatangani olehKoordinator GUIB Jatim Drs.H. Abdurrachman Azis, M.Si, Sekretaris Jenderal H. Mochammad Yunus,SIP, M.Pd.. Mengetahui Dewan Pimpinan MUI Jatim, Ketua Umum MUI Provinsi Jatim KH. Abdusshomad Buchori dan Sekretaris Umum H. Ainul Yaqin,S.Si.,M.Si,Apt.

Pernyataan sikap bersama Organisasi Massa Islam dan lembaga keislaman di Jawa Timur dibawah koordinasi MUI Jatim yang terdiri dari:  Nahdhatul Ulama (NU) Jawa Timur, Muhammadiyah Jawa Timur,  Hidayatullah Jawa Timur,  Perhimpunan Al Irsyad Jawa Timur, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Jawa Timur, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Timur.

Kemudian Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur, Persatuan Islam (PERSIS) Jawa Timur, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Jawa Timur,  Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur,  Al Bayyinat Jawa Timur, Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Timur, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Timur, Badan komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Jawa Timur, Forum Ummat Islam (FUI) Jawa Timur,  dan ormas dan lembaga Islam lainnya. [.moeslimchoice]

Sumber: moeslimchoice

Kamis, 19 Desember 2019

Prihatin Derita Muslim Uighur, Warganet Serukan #BoikotProdukCinaSekarang

Prihatin Derita Muslim Uighur, Warganet Serukan #BoikotProdukCinaSekarang


10Berita- Hastag #BoikotProdukCinaSekarang tengah ramai bahkan sempat menjadi trending topic di lini masa Twitter. Kemarahan warganet rupanya tak terbendung atas kasus kejahatan HAM yang dibiarkan pemerintah Cina terhadap etnis Uighur di Xinjiang.

Sejumlah negara-negara sudah memberikan peringatan kepada negeri tirai bambu tersebut. Pemerintah Cina pun didesak untuk membuka ruang dialog agar bisa menekan diskriminasi dan aksi pelanggaran HAM lainnya terhadap masyarakat Uighur.

Sementara itu, China sendiri menegaskan masalah yang terjadi di Xinjiang bukanlah soal agama, melainkan separatisme. Menurut Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian, pemerintah murni memerangi aksi radikalisme dan terorisme.

Hal ini dikatakan saat menemui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Selasa (17/12/2019). Ia meluruskan pemberitaan soal dugaan persekusi dan diskriminasi etnis Muslim Uighur yang dituding sebagian pihak ke negara panda itu.

Dirinya bahkan mempersilakan masyarakat Indonesia untuk melihat langsung kondisi muslim di Uighur China.

“Silakan jika ingin berkunjung, beribadah, dan bertemu dengan masyarakat muslim Uighur,” katanya sebagaimana dikutip dari keterangan pers tersebut. [mt]

Bahkan Ulil pun Bela Uyghur dari Propaganda Cina

Bahkan Ulil pun Bela Uyghur dari Propaganda Cina


 10Berita, Bahkan mas Ulil yang liberal pun menyayangkan kawan-kawan yang mengamini propaganda pemerintah Cina terhadap Etnis Uyghur...

Makasih mas Ulil...Respek...

Ulil Abshar Abdalla membela Uyghur dari propaganda pemerintah Cina.

"Menyayangkan sekali sikap lembek ormas2 Islam moderat dalam kasus Uyghur. Narasi yg dikampanyekan pemerintah Cina bahwa "ini semua untuk menghadapi terorisme domestik" dimakan oleh banyak kalangan di sini. Sedih," kata Ulil di akun twitternya, Rabu (18/12/2019).

Pemerintah Cina memang berdalih apa yang terjadi di Uighur adalah dalam rangka memerangi terorisme.

"Terorisme jelas ancaman bagi kemanusiaan. Tapi jangan salah: narasi terorisme bisa juga "dieksploitasi" oleh pemerintahan2 otoriter untuk melakukan penindasan atas oposisi," kata Ulil.

"Ini yg saya sebut "sindrom Mesir". Kita jangan terkena oleh sindrom ini," pungkas Ulil.

Di Mesir, barisan oposisi ditindas oleh rezim kudeta As-Sisi dengan dalih memerangi terorisme.

Di Cina juga sama dalam kaitan dengan muslim Uyghur.

Propaganda pemerintah Cina memerangi Terorisme, propaganda bahwa Uyghur adalah teroris, ISIS, kencang disuarakan oleh buzzer-buzzer pendukung Jokowi di sosial media.


Menyayangkan sekali sikap lembek ormas2 Islam moderat dalam kasus Uyghur. Narasi yg dikampanyekan pemerintah Cina bhw "ini semua untuk menghadapi terorisme domestik" dimakan oleh banyak kalangan di sini.

Sedih.

976 people are talking about this