OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 11 Desember 2017

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur! (Bag 3)

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur! (Bag 3)


10Berita - Pada saat kehancuran Yahudi pertama kali, kaum muslimin sedang berada dalam keadaan yang dilukiskan oleh Al Qur’an sebagai ‘hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar’. Dengan demikian, maka lafadz ‘sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali yang pertama’, memiliki relevansi (hubungan) yang amat kuat dengan keadaan yang pernah terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, kaum muslimin baru akan menghancurkan Yahudi pada kali yang kedua setelah memiliki kekuatan, setidak-tidaknya menyamai kekuatan dan kekuasaan kaum muslimin di masa sahabat RA.

Lalu, muncul dalam pikiran kita, apakah saat ini kaum muslimin mempunyai kekuatan? Kaum muslimin yang mana yang akan melakukannya? Apakah penguasa-penguasa kaum muslimin saat ini, yang menguasai negeri-negeri kaum muslimin, khususnya di kawasan Timur Tengah, yang akan menghancurkan kepongahan Yahudi? Jawabnya tentu saja tidak.

Memang kaum muslimin saat ini memiliki bilangan jumlah yang teramat besar, tetapi mereka ibarat macan kehilangan taringnya, ibarat sleeping giants, ibarat buih yang mengapung dan terombang-ambing di lautan. Dan para penguasanya duduk di atas buih-buih tadi dan diam dalam kelezatan dunia, mereka membiarkan saja kekejaman yang dilakukan Yahudi atas sesama saudara seaqidah mereka di Palestina, walaupun itu dilakukan di depan hidung mereka. Malah mereka menjerumuskan diri, rakyat, serta negeri mereka di bawah telapak kaki bangsa Yahudi.

Ayat Al Qur’an di atas juga menjanjikan bahwa yang akan mengalahkan bangsa Yahudi (berdasarkan relevansi tadi) adalah ‘ibadan lanaa’ yang memiliki sifat-sifat mulia. Sekarang, apakah kaum muslimin saat ini beserta para penguasanya telah memiliki sifat-sifat sebagaimana yang digambarkan dalam Al Qur’an? Anda semua bisa menjawabnya. Kenyataannya saat ini, sebagian besar umat hanyut dalam pesta pora. Gaya hidup pria-wanitanya yang nista. Apakah dari perempuan-perempuan liar seperti itu akan lahir generasi mujtahid dan mujahid yang kemudian akan menegakkan Islam?

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwasanya kaum muslimin yang memiliki sifat-sifat mulia-lah yang akan mengalahkan bangsa Yahudi, dan mereka akan memperoleh kemenangan di bawah kekuasaan, kekuatan, dan naungan Daulah Islamiyyah (Khilafatan Raasyidatan alaa min haajin Nubuwah) yaitu Khilafah yang menerapkan Syari’at Islam secara keseluruhan. Hanya Daulah Islam yang menerapkan Syari’at Islam secara totalitas inilah, tentunya dengan izin Allah SWT, yang akan menghancurkan eksistensi bangsa Yahudi.

Pada akhir surat Al Israa’ terdapat ayat yang berhubungan dengan janji Allah ini:

Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: ‘Diamlah kamu di negeri ini’. Maka apabila telah datang janji terakhir, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur.” (QS. Al Israa’ 104).

Lafadz ‘wa’dul akhirah’ yaitu ‘janji terakhir’ mengacu pada janji Allah tentang musnahnya bangsa Yahudi pada kehancurannya yang kedua pada ayat ke-7 surat yang sama. Lafadz ‘faa’ di akhir ayat di atas (QS. 17:104) berarti berkelompok-kelompok dan bercampur-baur. Ini melukiskan realita saat ini, tatkala imigran-imigran Yahudi dari segala penjuru dunia memasuki wilayah Palestina (terutama imigran Yahudi dari Rusia).

Kejadian demi kejadian berlalu, semakin hari semakin menambah dan mempertebal keyakinan kita akan datangnya kemenangan itu. Namun untuk mempercepat apa yang telah dijanjikan Allah SWT kepada kaum muslimin, maka hendaknya kita berhenti sejenak untuk berintrospeksi diri dengan tingkah polah kita, untuk merenungkan sejauh mana kita sebagai kaum muslimin telah berusaha mendekat menuju gambaran sifat-sifat ‘ibadan lanaa’. Lebih penting dari itu adalah sejauh mana kepedulian kita untuk membangkitkan umat ini dan sekaligus merubahnya menjadi suatu kekuatan yang maha dahsyat? Inilah salah satu syarat untuk mewujudkan kemenangan yang pasti diraih kaum muslimin.

Kiranya sabda Rasulullah SAW perlu kita renungkan:

Belum akan tiba kiamat sehingga kaum muslimin memerangi kaum Yahudi. Kemudian mereka akan diperangi oleh kaum muslimin sehingga batu dan pohon sampai berkata: ‘Hai kaum muslimin, wahai hamba Allah, inilah seorang Yahudi tersembunyi di belakangku, datangilah dan bunuhlah”. (Seluruh alam akan berkata begitu), kecuali pohon Al Gharghad. Sebab, sesungguhnya ia (pohon itu) tergolong pohon (simpatisan) kaum Yahudi” (HR. Bukhari & Muslim).

HARAPAN BERADA PADA PUNDAK GENERASI INI
Kaum muslimin saat ini hidup pada kurun sejarah sebelum hari kiamat. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pada masa itu akan terjadi serangkaian peristiwa yang akan menimpa bangsa Yahudi akibat kebengisan dan kesombongan yang telah mereka lakukan sebelumnya. Mereka adalah satu-satunya bangsa yang telah berani membunuh para Nabi dan Rasul serta mencela Allah SWT. Merekalah satu-satunya umat yang dikutuk Allah SWT dengan menjadikannya babi dan kera. Mereka jugalah satu-satunya umat yang diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, merasakan pahit getirnya penderitaan yang teramat hebat.

Itulah siksa dan azab yang menimpa mereka pada masa lalu. Mereka seolah-olah menjadi satu bangsa yang telah ditakdirkan untuk menderita, karena kekejaman yang mereka lakukan terhadap para nabi dan kaum muslimin melampaui batas-batas yang dilakukan golongan manusia lainnya. Pada golongan agama lain selain Yahudi, walaupun mereka juga tidak ingin melihat Islam tumbuh dan berkembang (QS. Al Baqarah 120), tapi mereka tidaklah sebiadab bangsa Yahudi dalam membenci Islam.

Bahkan sejarah mencatat, bahwa yang mempunyai rencana untuk menyalib Isa AS dan kemudian menyalib orang yang diserupakan Allah dengan Isa AS (QS. An Nisaa’ 157) adalah bangsa Yahudi juga. Kemurkaan Allah SWT terhadap mereka tersurat dengan jelas dalam Al Qur’an: “Dan ingatlah ketika Rabbmu memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia pasti mengirim kepada mereka (kaum Yahudi) sampai hari kiamat, orang-orang yang akan menimpakan adzab kepada mereka dengan yang seburuk-buruknya” (QS. Al A’raaf 167).

Serangkaian ayat-ayat dan hadits yang diungkapkan di atas mengisyaratkan bahwa negara Israel yang dikuasai Yahudi tidak akan lama lagi usianya. Negara itu akan hilang dari peta dunia, dan kepunahannya merupakan hal yang pasti, walaupun seluruh kekuatan di muka bumi memberikan kepada mereka ramuan panjang umur untuk mempertahankan eksistensinya. Namun kemusnahan bangsa Yahudi tidak bisa diwujudkan hanya dengan do’a saja, atau hanya dengan tafsir terhadap ayat-ayat dan hadits yang berkaitan dengan hal itu.

Aqidah Islam tidak mengajarkan keyakinan seperti itu. Sedang Rasulullah SAW sendiripun yang dijanjikan kemenangannya tidak berpangku tangan dan berdo’a saja dalam memerangi kaum kafir. Beliau bahkan harus mengorbankan harta, air mata, darah, bahkan nyawa kaum muslimin. Generasi muslimin pada masa dahulu bahu-membahu menyusun kekuatan, menggalang persatuan, memproklamirkan suatu kekuatan baru yang siap mengorbankan aspek-aspek materi/fisik untuk mencapai tujuan menegakkan kalimat Allah SWT serta hidup secara Islam di bawah naungan Syari’at Islam yang agung. Mereka berhasil memperoleh kemenangan tatkala mereka mengikatkan diri mereka di jalan Allah, dan akan menderita kekalahan dan kehinaan tatkala melanggar jalan Allah SWT.

Kini, saat umat Islam menghadapi berbagai krisis yang menentukan hidup dan matinya, sedang mengalami ujian yang tiada tolok bandingnya. Membanjirnya musuh-musuh Islam yang menghanyutkan sendi-sendi Syari’at dan masyarakat Islam, yang menyisakan kotoran dan lumpur kesesatan dan kemunafikan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat dan hukum pemerintahan, dan mengibarkan berbagai bendera kekafiran, serta berdirinya berbagai bentuk negara.

Musuh-musuh Islam itu ada yang menyamar menjadi kaum muslimin dan menyerang dari dalam dan menggerogoti umat dengan merusak sendi-sendi syari’at yang telah qath’i nashnya. Para penguasanya hanya diam, buta dan tuli terhadap kejahatan dan kesewenangan yang berada di hadapan mereka. Sedang umat telah tenggelam di majelis-majelis para Darwisy, berdo’a dan asyik memohon kepada Allah SWT agar banjir kesesatan dan kekafiran yang melanda umat segera berlalu.

Setelah sekian lama umat hanyut diombang-ambing dalam ketidakpastian, sekaranglah saatnya untuk membangun kembali puing-puing yang telah hancur dilanda air bah, menyusun kekuatan, merapikan barisan, memperindah bangunan peradaban Islam dengan sifat-sifat mulia, berdo’a, dan bertawakkal. Hanya dengan jalan itu, pastilah kemenangan itu akan dengan cepat dan mudah diraih, insyaAllah. Tinggallah sekarang, apakah umat ini mau melakukan pilihan yang justru akan menentukan hidup mati mereka? Juga, apakah umat saat ini mau membangun dan merancang kembali bangunan Islam yang dulu pernah tegak? Atau, malah umat akan turut hanyut bersama air bah kesesatan dan kekafiran?

Mahabenar Allah SWT dengan segala firmanNya: “Maka bersabarlah kamu. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, dan janganlah sekali-kali orang yang tidak meyakini ayat-ayat Allah itu berhasil menakut-nakuti kamu.” (QS. Ar Ruum 60). (kl/gi)

Sumber : Eramuslim

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur!

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur! (Bagian 2)

10Berita - Sudah barang tentu gelar kehormatan dan kemuliaan yang diberikan Allah SWT tersebut tidak sesuai dengan sifat-sifat bangsa Babilonia atau Romawi yang pernah menghancurkan bangsa Yahudi sebelumnya. Penghormatan dan kemuliaan itu lebih berhak disandang oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya yang hijrah ke Madinah, negeri tempat kekuasaan, politik, dan ekonomi bangsa Yahudi waktu itu. Tak aneh apabila Rasulullah SAW pertama kali sampai di Madinah langsung menyusun resolusi dan perjanjian politik antara kaum muslimin dengan bangsa Yahudi.

Tetapi bangsa, yang telah mendapat laknat Allah, itu telah melanggar dan merusak perjanjian yang sebelumnya mereka sepakati. Oleh karena itu, Allah SWT mendatangkan kepada mereka hamba-hambaNya (kaum mu’minin) yang mempunyai kekuatan besar, lalu mencari Yahudi keluar masuk kampung ke seluruh pelosok negeri.

Berakhirlah kedigjayaan, kepongahan, dan kekuasaan bangsa Yahudi di Madinah, Khaibar, dan kawasan Taima. Bahkan tidak kepalang tanggung, hancurlah seluruh pengaruh dan impian mereka untuk bercokol di bumi Arab. Maha benar Allah SWT dengan firmanNya:

Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari ahli kitab itu dari negeri-negeri mereka pada waktu pengusiran yang pertama kali. Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar, dan merekapun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan mampu mempertahankan mereka dari hukuman Allah…” (QS. Al Hasyr 2).

KAPAN KEHANCURAN YAHUDI YANG TERAKHIR ?
Pengusiran dan kehancuran Yahudi yang pertama mengakibatkan tersebarnya koloni-koloni mereka ke seluruh penjuru (diaspora) di masa Rasulullah SAW beserta sahabatnya masih hidup. Inilah rahasia lafadz terakhir ayat tadi (Al Israa’ 5), yaitu wa kaana wa dan maf’uulaa yang berarti ‘dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana’. Ayat berikutnya menggambarkan babakan kedua dari kesombongan dan kepongahan mereka: “Kemudian kami berikan giliran padamu untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak (keturunan), dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar” (QS. Al Israa’ 6).

Ayat ini mengisyaratkan bahwasanya Allah SWT akan memberikan giliran kepada bangsa Yahudi untuk mengalahkan “mereka”. “Mereka” pada ayat ini berhubungan erat dengan ayat sebelumnya, yaitu orang yang pernah mengusir dan mengejar Yahudi keluar masuk kampung di seluruh negeri. Ayat ini diawali dengan lafadz tsumma yang berfungsi sebagai kata penghubung, yang menghubungkan kejadian pertama dan kejadian kedua dengan memberikan jeda (waktu atau kurun) yang agak lama. Berbeda dengan lafadz fa.

Mahabenar Allah SWT yang menunjukkan kepada kita saat ini Kebesaran dan KeagunganNya dengan mengukir kemenangan bangsa Yahudi atas kaum muslimin. Bangsa Yahudi berhasil membalas sakit hatinya dengan menduduki kembali negeri-negeri Syam dan Palestina, serta mengalahkan pengaruh kaum muslimin di wilayah itu.

Pada ayat di atas tercantum lafadz ‘al karrata’, yang dapat diartikan pula dengan ‘kekuasaan’, disambung dengan ‘dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak (keturunan), dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar’. Kebenaran ayat ini juga tak perlu disangsikan lagi, dengan melimpahnya bantuan ekonomi maupun politik terhadap bangsa Yahudi Israel serta dengan mengalirderasnya arus imigran Yahudi dari segala penjuru dunia ke bumi Palestina, tanpa bisa dicegah lagi oleh kaum muslimin. Kekuatan ekonomi dan militer Barat hampir seluruhnya berdiri di belakang Yahudi, sebagai konsekuensi bagi mereka yang telah melahirkan negara Israel pada tahun 1948. Karenanya, kesombongan dan kepongahan mereka pun meningkat, sesuai dengan derajat kesombongan kedua yang dilukiskan dalam Al Qur’an. Sejarah modern pun mencatat lembaran hitam kaum muslimin akibat ulah bangsa Yahudi, sebagaimana dipaparkan di bawah.

Tanpa mengindahkan kekhawatiran dunia, bangsa Yahudi melompati batas-batas wilayahnya, menduduki kawasan lain yang dapat memeliharanya dari bencana dan kemarahan orang-orang Arab (baca: kaum muslimin), melakukan teror dan pembunuhan, perburuan dan penyiksaan yang belum pernah ditemui dalam sejarah kekejian manusia. Berapa banyak anak-anak kaum muslimin menjadi yatim piatu, wanita yang menjadi janda, orang tua kehilangan anak-anaknya, wanita yang direnggut kehormatannya, rumah-rumah milik kaum muslimin yang dihancurkan, tanah penduduk yang dirampas, tanpa ada balas budi atas kebaikan kaum muslimin di masa lampau terhadap mereka (di masa Kekhilafahan Turki Utsmani bangsa Yahudi kebanyakan menjadi Ahludz Dzimmah*)). Malahan dengan biadab mereka merusak dan membakar Masjidil Aqsha (tahun 1969), merobek-robek Kitab Suci Al Qur’an, dan membunuh jama’ah yang sedang melakukan shalat. Kalaulah kita ingin mencatat kebiadaban mereka, maka akan masih banyak lagi daftar panjang kebiadaban bangsa Yahudi terhadap kaum muslimin.

Benar, bahwasanya perbuatan biadab dan kekejian yang mereka lakukan, sesungguhnya hanyalah akan mempercepat datangnya siksaan dan hukuman Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan dalam Al Qur’an:
Dan apabila tiba saatnya hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu (Bani Israil), dan untuk memasuki masjid sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali yang pertama, dan untuk membinasakan habis-habisan apa saja yang mereka kuasai.” (QS. Al Israa’ 7). Dalam ayat ini Allah SWT telah memastikan akan lenyapnya bangsa Yahudi dari permukaan bumi ini. Seperti ayat ke-5, Al Qur’an kembali menggunakan lafadz ‘fa’ bukan ‘tsumma’. ‘Fa’ menunjukkan ‘athaf’ yang berarti segera akan terjadi (bersusulan) begitu keadaan sebelumnya telah terpenuhi (terjadi).

Mahasuci Allah yang memberitahukan kepada kaum muslimin bahwasanya kita akan memasuki Masjidil Aqsha, sebagaimana dahulu (di masa pemerintahan Umar bin Khaththab RA yang menaklukan bumi Palestina). Lafadz ‘wa liyutabbiruu’ berarti kita (kaum muslimin) akan menghancurleburkan apa saja yang berembel-embelkan Yahudi. Dengan teramat indah, ayat tadi menjanjikan tentang kedua kejadian. Peristiwa pertama, telah dilakukan oleh pasukan kaum muslimin yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah RA. Sedangkan peristiwa kedua adalah penaklukan terakhir yang akan meluluhlantakkan bangsa Yahudi sampai kedasar-dasarnya tanpa sisa dengan kemenangan kaum muslimin yang gilang-gemilang.


Sumber : Eramuslim 

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur! (Bag1)

Janji Allah Swt di Dalam Al-Qur’an: Israel Pasti Hancur! (Bag 1)

10Berita – Seperti apakah sebenarnya bangsa Yahudi itu? Lalu apakah bangsa yang telah ditakdirkan menjadi bangsa yang cerdik itu akan terus menguasai dunia? Bagaimana dengan kaum muslimin? Tulisan berikut akan mengulas masa lalu dan masa depan kaum tersebut, tentu saja dengan sudut pandang Al-Islam.

YAHUDI, BANGSA YANG DILAKNAT ALLAH SWT
Sejak berlangsungnya diaspora (bercerainya kaum Yahudi ke seluruh penjuru dunia), mereka telah menjalani babakan sejarah yang amat pekat. Mereka bertebaran di muka bumi, hidup hanya mengandalkan belas kasihan bangsa-bangsa lain. Mereka tinggal di perkampungan tertutup yang dinamai ghetto. Akan tetapi mereka termasuk bangsa yang tidak tahu membalas budi, sehingga bangsa-bangsa yang menerima kehadirannya merasa gundah dan terancam. Keadaan tersebut membuahkan perasaan anti Yahudi yang menjalar ke seluruh penjuru dunia.

Pengusiran, pengejaran, teror, dan pembunuhan menjadi warna hidup sehari-hari Yahudi. Kita mencatatnya, bagaimana di bawah kekuasaan Nebuchadznezar misalnya, bangsa Babilonia menumpas habis setiap orang Yahudi di wilayahnya. Begitu pula kejadian yang menimpa mereka pada abad VII M, yaitu ketika Romawi menggulung orang-orang Yahudi di atas bumi Romawi.

Untunglah, dengan munculnya Kekhilafahan Islam, eksistensi mereka terselamatkan (karena semua negara sudah memusuhi mereka) untuk sementara. Namun keadaan tersebut tidak berarti sikap, tabiat, dan sifat-sifat yang mejadi ciri khas bangsa Yahudi sejak dahulu hilang (berubah). Malah dengan terang-terangan mereka menyebarkan intrik politik dan sosial, keresahan ekonomi, dan berbagai macam racun masyarakat ke tengah-tengah kaum muslimin.
Persekongkolan Yahudi dengan para Imperialis Barat dan permusuhannya terhadap kaum muslimin berlanjut sepanjang sejarah, tidak pernah patah di tengah jalan, apalagi berhenti.

Di awal abad ini bersama-sama kekuatan lain yang memusuhi Islam, mereka berjaya menggulingkan Kekhilafahan Islam di Istanbul, negara yang sebelumnya melindungi mereka dari kematian dan kepunahannya.

Kejadian yang paling tragis yang menimpa mereka adalah, pembantaian menjelang Perang Dunia II terhadap lebih dari enam juta orang Yahudi di Jerman oleh Nazi Jerman di bawah kekejaman Hitler (mungkin hanya metos untuk tujuan tertentu). Memang tidak ada satu bangsapun di dunia ini mengalami penderitaan begitu lama dan penghinaan yang menginjak-injak martabat mereka sebagai manusia (penyiksaan yang teramat kejam) selain bangsa Yahudi. Tetapi pada dasarnya, perlakuan yang tidak simpatik dan tindakan lainnya yang dilakukan oleh setiap bangsa terhadap mereka tidak lain adalah merupakan akibat ulah mereka.

Merekalah kaum yang berani mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu fakir dan kami adalah kaum yang kaya” (QS. Ali Imran 181) dan, “Tangan Allah itu terbelenggu (kikir)” (QS. Al Maidah 64). Begitu murkanya Allah kepada mereka sehingga sebagian dari mereka dikutuk menjadi babi dan kera, sesuai firman Allah SWT: “…yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi…” (QS. Al Maidah 60, lihat pula QS. Al Baqarah 65).

Mahabenar Allah SWT dengan segala firmanNya: “Maka, Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan (melaknat dan mengutuk mereka) disebabkan mereka melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar” (QS.An Nisaa’ 155) “…lalu ditimpakanlah kepada mereka (kaum Yahudi) nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah. Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar…” (QS. Al Baqarah 61).

Kehinaanpun akan meliputi mereka dimana-mana, firman Allah SWT:
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada,…dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah…” (QS. Ali Imran 112).
Kecuali bagi mereka yang kemudian masuk Islam dan memegang janji:
“…kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (QS. Ali Imran 112).

KEPASTIAN PUNAHNYA BANGSA YAHUDI
Tidaklah berlebihan kiranya apabila mereka dijadikan lakon dalam sejarah peradaban manusia, karena peran dan kedudukan mereka dalam sejarah manusia. Dalam surah Al-Isra’ (Memperjalankan di Malam Hari) menegaskan kehancuran atas kesombongan mereka. Allah SWT berfirman:  “Sesungguhnya kamu (Bani Israil) akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kamu pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman kejahatan yang pertama dari kejahatan itu, Kami mendatangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar masuk kampung ke seluruh negeri. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana” (QS. Al Israa’ 4-5).

Bila kita perhatikan ayat di atas yang membahas tentang pengrusakan yang dilakukan oleh orang Yahudi, maka muncul pertanyaan: apakah mereka sudah melakukannya (sebelum ayat-ayat tersebut turun) atau belum? Perlu diketahui bahwa ayat tersebut turunnya di Makkah, jauh sebelum kaum muslimin mempunyai kekuasaan dan kekuatan di Madinah.

Menurut catatan sejarah, bangsa Yahudi telah berkali-kali mengalami kehancuran sebelum datangnya Islam dan sebelum turunnya ayat-ayat di atas. Mereka pernah menelan pil pahit yang nyaris merenggut keberadaan bangsa Yahudi di masa peradaban Babilonia dan Romawi (seperti yang telah disampaikan di alinea sebelumnya), begitu pula yang dilakukan bangsa-bangsa lain sebelum Islam datang. Bukan hal yang perlu dipungkiri jika kesombongan dan kerusakan yang lebih besar lagi akan mereka ulangi di masa yang akan datang sampai akhirnya Allah SWT akan melenyapkan mereka dari permukaan bumi ini.

Apabila kita mendalami ayat-ayat tersebut di atas dengan cermat (dengan menggunakan kaidah Bahasa Arab), akan kita temukan bahwa kata tufsidunna dan ta’lunna merupakan bentukan fi’il mudhari’ (kata kerja yang berlaku untuk masa akan datang (pasti terjadi) atau sekarang), sedangkan ‘lam’ di awal kedua kata tersebut memastikan bahwa kata tersebut merupakan bentuk karta kerja akan datang (future) bukan sekarang (present).

Dengan demikian, makna lafadz latufsidunna berarti ‘kamu pasti akan melakukan kerusakan’ dan lafadz lata’lunna berarti ‘kamu pasti akan melakukan kesombongan’. Lafadz ‘latufsidunna’ diberi penjelasan bahwa akan terjadi dua kali, sedangkan ‘lata’lunna’ mendapat penegasan dengan lafadz ‘ulluwan’ yaitu suatu kesombongan yang bersifat kabiiran (besar) dan ditambah lafadz ‘kabiiran’ itu sendiri; berarti kesombongan yang sangat besar. Kemudian ayat berikutnya disambung dengan lafadz ‘idzaa’ yang berarti ‘apabila’ dan ‘fa’ sebelumnya yang merupakan penghubung yang menunjukkan suatu kejadian yang terjadi segera setelah keadaan sebelumnya terpenuhi.

Dari pengertian bahasa, maka kita fahami bahwasanya bangsa Yahudi melakukan kerusakan yang pertama setelah ayat tersebut turun. Kemudian disusul dengan penghancuran yang menimpa mereka tanpa menunggu waktu yang lebih lama (sesuai dengan kata hubung ‘fa’ tadi). Allah SWT melanjutkan firmanNya: “Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar-masuk kampung di seluruh negeri” (QS. Al Israa’ 5).

Lafadz ‘ibaadan lanaa’ yang berarti hamba-hamba Kami, merupakan suatu kehormatan bagi orang-orang tersebut yang akan menghancurkan hegemoni Yahudi. Siapakah sesungguhnya yang dimaksud hamba-hamba Kami? Tidak lain adalah kaum mu’minin, sekelompok kaum yang pantas mendapat predikat ‘ibaadan lanaa’, sebagaimana pernyataan ayat: “Dan hamba-hamba Ar Rahmaan yang berjalan di muka bumi, (memiliki sifat) rendah hati dan apabila mereka ditegur sapa oleh orang-orang jahil, mereka mengucapkan selamat (salam)” (QS. Al Furqon 63).
Katakanlah hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (QS. Az Zumar 53). “Mahasuci Allah yang telah menjalankan hambaNya…” (QS. Al Israa’ 1).

Sumber : Eramuslim

Erdogan: Keputusan AS Mengenai Al-Quds Tak Berlaku bagi Kita

Erdogan: Keputusan AS Mengenai Al-Quds Tak Berlaku bagi Kita

10Berita , Ankara – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa pengakuan AS atas Kota Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota Israel tidak berlaku baginya.

Berbicara pada sebuah pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan di Sivas, Erdogan menegaskan bahwa keputusan Washington tidak berlaku bagi Turki.

“Pernyataan Trump tentang Al-Quds sebagai ibu kota Zionis Israel tidak berlaku lagi untuk kita,” katanya pada Ahad (10/11).

“Mendeklarasikannya sebagai modal dan merelokasi kedutaan tidak memiliki validitas hukum bagi kita,” tambahnya.

Perlu dicatat, pemerintah Turki menjadi salah satu pengkritik paling vokal atas keputusan Trump untuk memberi label Al-Quds sebagai ibukota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS di sana.

Bahkan, Erdogan telah mengadakan pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Islam yang luar biasa di Istanbul.

Terkait permasalahan tersebut, presiden Turki akan menyusun peta bagi negara-negara Muslim untuk mengikutinya saat mereka menentang keputusan AS.

Dia juga menambahkan bahwa Turki akan menentang rencana tersebut di dalam hukum internasional dan prinsip-prinsip demokrasi.

Di akhir, Erdogan menambahkan keputusan tersebut mengabaikan sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1980 yang ditandatangani oleh AS yang mengecam aneksasi di Al-Quds. [hun]

Sumber: Anadolu Agency
Redaktur: Dio Alifullah

Sumber :Kiblat.

Jurnalis Mesir: ‘Maaf Palestina, Kami Diperintah oleh Seorang Zionis’

Jurnalis Mesir: ‘Maaf Palestina, Kami Diperintah oleh Seorang Zionis’

10Berita - Para jurnalis berkumpul di depan kantor Persatuan Jurnalis di Kairo, Mesir, pada Kamis (7/12/2017) malam untuk memprotes Presiden AS Donald Trump yang mengakui Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota “Israel”. [Foto: Mohamed el Raai/Anadolu Agency]KAIRO (SALAM-ONLINE): Wartawan Mesir melakukan demonstrasi pada Kamis (7/12/2017) malam di depan kantor Perkumpulan Jurnalis di Kairo. Mereka menentang keputusan Presiden Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel“ yang akan diikuti dengan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota tersebut.

Sejumlah tokoh masyarakat ikut ambil bagian dalam demonstrasi tersebut, termasuk mantan kandidat Presiden Hamdeen Sabahi, aktivis HAM Tariq Al-Awadhi serta perwakilan Gerakan Kefaya, Gerakan Pemuda 6 April dan Al-Dustour.

Para pengunjuk rasa itu menuntut rezim kudeta Mesir untuk memutuskan hubungan dengan entitas Zionis, mengusir duta besar “Israel” di Kairo dan menutup kedutaannya.

“Pemimpin Arab adalah pengecut. Kalian adalah pengkhianat,” seru seorang demonstran seperti dilansir Middleeastmonitor, Sabtu (9/12).

Para pendemo mengkritik sikap Presiden rezim kudeta Mesir Abdul Fattah Al-Sisi terkait keputusan Trump. Para jurnalis dalam aksi itu meneriakkan: “Maaf Palestina, kami diperintah oleh seorang Zionis.”

Pasukan keamanan mengepung demonstran dengan menggunakan barikade besi, sementara polisi anti huru hara diposisikan untuk memastikan para pengunjuk rasa tidak menyebar.
Dalam seruan resmi pertama kalinya untuk memboikot produk AS, Perkumpulan Jurnalis Mesir itu mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam keputusan Trump. Mereka meminta semua orang Mesir untuk memboikot produk-produk Amerika. (EZ)

Sumber: Middleeastmonitor, Salam Online

Jabal al-Noor dan Segala Permasalahannya

Jabal al-Noor dan Segala Permasalahannya

10Berita , MEKKAH -- Jabal al-noor atau gunung cahaya adalah salah satu bukit paling terkenal di dunia. Ada sejarah penting yang menyelimutinya secara sakral. Di sana, ayat-ayat pertama Alquran diturunkan dan dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW. Gua yang terdapat di puncak bukit menjadi saksi sejarahnya.

Malaikat Jibril muncul di hadapan Muhammad dan memintanya untuk membaca. Kejadian yang menjadi titik awal peradaban Islam itu terjadi pada bulan Ramadhan tahun 610 Masehi.

"Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan," Jibril membacakan ayat Alquran pertama pada Muhammad. Ia gemetar hebat. Pria 40 tahun itu tidak tahu apa-apa soal membaca dan menulis. Ayat itu dirasakannya bergema dan mengguncang dunia. Ayat ini, kemudia jadi pengubah jalannya sejarah manusia dan membawa pada peradaban terbesar yang pernah dibangun di atas Bumi.

Jabal al-noor terletak di pinggiran kota Makkah dan memiliki tempat istimewa di hati umat Muslim. Ia menjadi daya tarik utama bagi peziarah dari seluruh dunia, baik dalam ibadah haji maupun umrah. Gunung yang terletak sekitar lima kilometer dari Masjidil Haram itu mendapatkan namanya pertama kali dari orang-orang pagan Arab. Sekitar 1.450 tahun lalu, mereka menamainya gunung bercahaya.

Para peziarah yang datang biasanya mendaki bukit curam ini agar bisa menginjakan kaki di gua Hira. Muhammad sering kali berada di sana untuk meditasi atau menenangkan diri sebelum masa kenabian. Bukit ini tingginya tidak mencapai 640 meter. Meski demikian, mendakinya sangat berat dan membutuhkan waktu hampir dua jam agar bisa mencapai puncak.

Sementara gua Hira hanya sebuah gua kecil yang panjangnya kurang dari empat meter dengan lebarnya sekitar satu setengah meter. Hanya cukup untuk lima orang duduk. Jalan menuju kaki gunung pun cukup sempit sehingga lalu lintasnya sering terhambat. Banyak pengunjung kecewa karena pihak berwenang setempat tidak memperbaikinya. Padahal gunung ini adalah magnet kuat bagi umat Islam.

Seorang peziarah asal Pakistan, Mohammed Arshad mengatakan jalan menuju Jabal al-noor sering kali macet. Ia sangat menyayangkan hal tersebut.

"Jabal al-noor adalah salah satu situs sejarah terpenting di Makkah, kami harap pemerintah Saudi akan lebih memperhatikannya," kata dia dilansir di Saudi Gazette, Jumat (8/12). Arshad mendesak pihak berwenang lebih mempermudah akses.

Seperti memperluas jalan dan membangun tempat parkir layak juga luas bagi pengunjung. Penduduk distrik dekat bukit mengatakan banyak bus besar pembawa ziarah kesulitan masuk wilayah.

"Bus-bus itu tidak bisa menemukan tempat parkir sehingga biasanya mereka menepi di depan rumah kami dan ini jadi masalah bagi warga," kata dia. Kondisi seperti ini telah terjadi bertahun-tahun.

Mendaki gunung bukanlah perkara mudah. Perlu waktu panjang bahkan untuk orang sehat sekali pun. Perlu banyak energi dan daya tahan tubuh yang dikorbankan. Banyak orang yang akhirnya menyerah duduk di kaki bukit karena tak mampu memanjat lebih jauh.

Penduduk ingin pihak berwenang, khususnya Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Saudi untuk segera memperbaiki sistem dan merawat bukit. Seperti membangun sarana transportasi modern, contohnya mobil kabel agar peziarah bisa mencapai puncak tanpa kesulitan.

Walikota Mekkah, Osama Al-Bar menyampaikan pemerintah telah berupaya. Salah satunya dengan menjaga kebersihan wilayah. Ia mengakui ada rencana pengembangan dekat bukit, seperti membangun pusat informasi pengunjung. Namun proyek ini belum jelas realisasinya. Selain masalah akses, kehadiran sejumlah besar pengemis juga menjadi momok tersendiri. Ini menciptakan citra buruk terhadap situs suci ini.

Para pengemis termasuk lansia, orang buta, orang lumpuh dan lainnya. Beberapa orang imigran ilegal pun tampak berkeliaran menawarkan jasa pelayanan bagi yang ingin mendaki. Entah mengapa, Jabal al-noor seperti bukit yang jauh dari gemerlap. Tidak seperti situs suci lainnya yang dikepung oleh fasilitas-fasilitas mewah.

Yang membedakan Jabal Al-Noor dari gunung lainnya adalah puncak mahkotanya yang tampak aneh. Ini membuatnya terlihat seperti dua gunung di atas satu sama lain. Puncak gunung adalah salah satu tempat yang paling sepi. Di dalam gua yang menghadap ke arah Ka'bah, terasa sangat sepi.

Seseorang akan bertanya-tanya bagaimana Nabi bisa mendaki gunung yang curam ini berkali-kali dan tinggal di atas selama beberapa hari. Padahal kondisi iklim Arab tidak menguntungkan pada saat itu.

"Sungguh menakjubkan jika mengingat pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah, istri Muhammad yang mendaki gunung untuk mengantar bekal kepada suaminya setidaknya sekali sehari selama masa pengasingannya di dalam gua," kata pengunjung.

Sumber : Republika.co.id

Amazing Chrisye, Masya Allah!

Amazing Chrisye, Masya Allah!

10Berita - ‘’Chrisye? Masyallah. Amazing!” Kalimat itulah yang dikatakan Taufiq Ismail ketika diminta komentarnya mengenai tayangan film untuk mengenang Chrismansyah Rahadi atau Chrisye itu. Melalui telepon Taufiq bicara naik turun mengenai kesan dia terhadap penyanyi bersuara ‘androgini’ ini.

Memang percakapan Taufiq soal lagu ‘Ketika Kaki dan Tangan Bicara’ bukan pertama kali saya dengar langsung. Dalam banyak kesempatan, misalnya ketika naik kendaraan mengelilingi Madura untuk berkunjung ke berbagai pesantren atau perbincangan malam-malam di rumah puisi yang berada di Kampung Air Angek, Bukit Tinggi, soal lagu itu kerap dibincangkannya.

“Saya iri pada Chrisye,’’ kata Taufiq ketika Jumat lalu dihubungi melalui telepon untuk diminta komentarnya atas pemutaran Film Chrisye yang kini tengah di putar di gedung bioskop. Penulis lagu milik Bimbo hingga ‘Dunia Panggung Sandiwara’ (Ahmad Albar) tak bisa menyembunyikan rasa cemburu pada mendiang penyanyi bertubuh tipis itu.

“Ya saya terkejut ketika Chrisye meminta saya untuk menuliskan lagunya,’’ kenang Taufiq ketika menerima telepon dari Chrisye ketika hendak meminta agar dia menuliskan lagu untuknya. Bahkan, lebih terkejut lagi ketika kemudian keesokan harinya Chrisye sendiri datang ke rumahnya yang berada di bilangan Utan Kayu itu.

“Ya saya ingat dia datang menjelang siang. Setelah bertemu dia menyerahan sebuah kaset yang berisi rekaman lagunya. Chrisye saat itu mengatakan: saya sudah coba tulis liriknya tapi saya tidak puas. Maka bang Taufiq tolong tuliskan liriknya. Kata dia, temanya tentang kebesaran Tuhan,’’ ujar Taufiq ketika kembali mengenangkan peristiwa ‘juma pertamanya’ dengan Chrisye. ‘’Saya diberi waktu sebulan untuk menulis lagu itu,’’ tukasnya lagi.

Setelah pamit pulang, Taufiq kemudian memutar lagu yang belum bersyair itu. Ternyata, lanjutnya, lagu itu sangat indah melodinya. Saking indahnya Taufiq mengaku kehabisan akal atau ide untuk menuliskan liriknya.

‘’Saya bolak-balik dengarkan lagu itu. Saya coba tulis liriknya, berulangkali, tapi selalu gagal. Bahkan saya sempat merasa yakin bila kemudian akhirnya tidak da[at menuliskannya,’’ ujar Taufik. Apalagi ‘deadline’ sudah begitu mepet. Tinggal menyisakan beberapa hari dari tengat waktu yang diberikan Chrisye kepadanya.

‘’Lirik lagu ‘Ketika Kaki dan Tangan Bicara’ saya tulis di hari Jumat, satu bulan sebelum tengat waktu berakhir. Saya kemudian telepon Chrisye dan kirim syair lagu itu melalui faxsimily,’’ kata Taufiq.

Sumber : Republika Online

Memalukan!! Pak Mahfudz MD, Terlanjur Sombong Eh Salah kutip dan tak bisa bahasa arab

Memalukan!! Pak Mahfudz MD, Terlanjur Sombong Eh Salah kutip dan tak bisa bahasa arab


10Berita - Berawal dari Kesombongan seorang professor, yang merendahkan Orang orang yang mengajukan dan melayani pertanyaan beliau soal Khilafah, Prof Mahfudz MD Merendah kan dengan Kata Anak2 (Maksudnya Ustadz Kemarin Sore)


Kemudian Akhirnya, Prof mahfudz mencoba ngeles, Dengan dalih ‘Sombong terhadap orang sombong itu sedekah” Padahal salah konteks, karena beliau sombong duluan) . Parahnya, Beliau yang mengaku Sejak kecil di pesantren dan Faham Kitab kuning, Menisbatkan Perkataan diatas dan menyatakan kalau itu tertera di Kitab Ta’lim  Muta’alim (Kitab Wajib Pesantren Salaf/NU karya syaikh az Zarnuji.

Kemudian Tweet tersebut dikomentari oleh seorang Ustadz dari Kalimantan dengan sindiran :


Bahkan Lebih parah, Prof Mahfudz Salah tulis Grammar dalam Bahasa Arab, Komentar datang dari seorang Ustadz Jebolah sastra Arab sekaligus santri :

Pak Prof, alfaqir ingin tanya di bagian mana dari kitab Ta’limul Muta’allim ungkapan yang bapak kutip itu (من تكبر متكبر فهو صدقة) bisa dijumpai?

Klarifikasi ini penting, karena:

Pertama; kutipan bapak itu memang tidak ada di kitab tersebut, dan

Kedua; kutipan bapak itu bisa merusak kredibilitas al Imam Az zarnuji rahimahullaah. Yang padahal ulama besar, jadi kelihatan awam tak bisa bahasa arab.

Alfaqir tidak percaya beliau menyatakan ungkapan yang (maaf) belepotan dari segi tata bahasa arab seperti itu.

padahal seharusnya,

Teks kalimatnya adalah,

التكبر على المتكبر صدقة

“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah.”

Dalam keterangan yang lain,

التكبر على المتكبر حسنة

“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah perbuatan baik.”

Penyataan di atas bukanlah hadis, melainkan hanya perkataan manusia yang banyak tersebar di masyarakat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ajluni dalam kitabnya, Kasyful Khafa, dengan menukil keterangan dari Al-Qari. Kemudian, Al-Qari mengatakan, “Hanya saja, maknanya sesuai dengan keterangan beberapa ulama.”

Penulis kitab Bariqah Mahmudiyah mengatakan, “Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah, karena jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dirinya terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikaplah sombong kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia merupakan bagian ikatan Islam yang kokoh.’ Imam Yahya bin Mu’adz mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada orang yang bersikap sombong kepadamu, dengan hartanya, adalah termasuk bentuk ketawadhuan.’”

Sementara, ulama yang lain mengatakan, “Terkadang bersikap sombong kepada orang yang sombong, bukan untuk membanggakan diri, termasuk perbuatan terpuji. Seperti, bersikap sombong kepada orang yang kaya atau orang bodoh (yang sombong).”

Allah telah bukakan kepada seluruh kaum muslimin, tentang sosok Professor Mahfudz MD ini, Silahkan Nilai sendiri kapasitas beliau seperti apa. Apakah Prof Mahfudz menerima tantangan dengan menunjukkan Kutipan tersebut didalam kitab Ta’lim Muta’alim ? Kita tunggu data beliau

Allahu a’lam.

Sumber : dakwahmedia.my.id

Publik Jerman: Rusia Lebih Dapat Diandalkan Dibanding Amerika Serikat

Publik Jerman: Rusia Lebih Dapat Diandalkan Dibanding Amerika Serikat


10Berita —Publik Jerman semakin banyak yang melihat Rusia lebih dapat diandalkan sebagai mitra dibanding Amerika Serikat, menurut sebuah studi baru yang dirilis hari Sabtu (9/12/2017).

Jajak pendapat 1.004 orang oleh lembaga riset Infratest dimap menunjukkan bahwa 28 persen responden merasa Moskow merupakan mitra yang lebih dapat diandalkan, bandingkan dengan 25 persen yang memilih Washington, lapor Deutsche Welle.

Ini untuk pertama kalinya kepercayaan publik Jerman terhadap Amerika Serikat jatuh di bawah Rusia dalam kurun lebih dari satu dekade terakhir. Survei kepercayaan publik oleh Infratest bulan Juni lalu menunjukkan Rusia dan Amerika Serikat sama-sama mendapatkan 21 persen.

Di mata publik Jerman, Prancis dan Inggris mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi. Lebih dari 90 persen responden mengatakan Paris merupakan mitra yang dapat diandalkan, sementara yang mengatakan Inggris bisa diandalkan mencapai 60 persen, meskipun kerajaan itu berusaha keluar dari Uni Eropa.

Hasil jajak pendapat di atas sejalan dengan jajak pendapat bulan Agustus lalu oleh Pew Research Center, yang meminta pendapat publik soal para pemimpin dunia.

Studi Pew tersebut menunjukkan, 25 persen publik Jerman menaruh kepercayaan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, sementara orang Jerman yang percaya kepada Presiden AS Donald Trump hanya 11 persen.

Tidak hanya itu, dalam studi sebelumnya tentang produk-produk bermerk asal Amerika, Pew mendapati bahwa sejak Trump terpilih sebagai presiden AS bulan November 2106, kesukaan publik Jerman sudah menurun. Ketika Barack Obama mengakhiri masa jabatannya, 60 persen publik Jerman masih menaruh kepercayaan terhadap AS, tetapi angka itu turun 35 persen di awal masa jabatan Trump.

Penurunan kepercayaan publik Jerman terhadap Amerika Serikat itu mencerminkan apa yang terjadi di seluruh dunia pada umumnya. “Sikapnya mengalami perubahan drastis menjadi lebih buruk, khususnya di Eropa Barat dan Amerika Latin,” kata pembuat survei itu.

Pew mencatat, kesukaan publik terhadap Amerika Serikat tampak meningkat dramatis hanya di satu negara, yaitu Rusia.*

Sumber : Hidayatullah.com

Heboh! Puisi Santri Jokowi “Kholifah Kami” Bak Malaikat, Benarkah Jokowi Kholifah? Begini Penjelasannya

Heboh! Puisi Santri Jokowi “Kholifah Kami” Bak Malaikat, Benarkah Jokowi Kholifah? Begini Penjelasannya


10Berita - Mengutip Republika 10/12/2017, Presiden Joko Widodo mendapat sebuah puisi berjudul “Khalifah Kami” dari seorang santri di Pondok Pesantre Tremas, Pacitan.

“Khalifah kami, di hari ini di Pondok Tremas yang kami cintai, datang bak seorang malaikat yang datang bagai merpati,”

“Dengan anggun mengobati gerah hati ini, akibat air bah yang bertamu di pondok kami, dengan semangatnya memacu energi kami hati agar kuat menghadapi kenyataan ini, kucium semerbak harum akan pengabdian sejati,”

“Beliau lah khalifah negeri ini, bukan negeri Islam yang pasti, tapi negeri yang penuh cinta warna dan budaya, beliau lah khalifah kami, pemimpin kami, beliaulah bapak Jokowi,”. (republika)

Senada dengan puisi tersebut, sebelumnya Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Masdar Mas’udi berpendapat Presiden Indonesia bisa dianggap sebagai Khalifah. Menurutnya, pemimpin dalam konsep Khalifah menekankan keadilan universal, tidak sempit. (kumparan)

Apakah Jokowi Khalifah?
Diasuh oleh: Ustadz M. Shiddiq al Jawi

Tanya :

Ustadz, apakah Jokowi dapat dianggap sebagai khalifah bagi kaum Muslimin di Indonesia?

Jawab :
Jokowi tak dapat dianggap sebagai khalifah, karena 4 (empat) alasan berikut :
Pertama, karena anggapan Jokowi sebagai khalifah itu sifatnya hanya anggapan sepihak oleh pihak tertentu. Pada sisi lain Jokowinya sendiri tidak pernah diangkat (dibaiat) sebagai khalifah oleh pihak tertentu itu.

Padahal menjadi khalifah itu tak bisa hanya dengan klaim sepihak, melainkan wajib ada akad (baiat) oleh dua pihak, seperti dijelaskan oleh Imam Al Mawardi. Dua pihak itu adalah; ahlul ikhtiyar(sekelompok wakil umat sebagai ahlul halli wal aqdi), dan ahlul imamah (calon imam/khalifah).(Imam Al Mawardi, Al Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 5-6).

Kedua, karena sumpah yang diucapkan Jokowi di hadapan MPR tak dapat dianggap sebagai baiat, sehingga implikasinya Jokowi tidak boleh disebut khalifah.

Hal itu karena sumpah (al halfu/al yamin) bukanlah baiat. Karena sumpah dalam fiqih Islam hanya dimaksudkan untuk menegaskan pernyataan dari pihak yang bersumpah, bukan dimaksudkan sebagai cara pengangkatan menjadi khalifah. Lagipula pengucapan sumpah itu merupakan perbuatan hukum (tasharruf)yang bukan akad, yaitu tidak memerlukan kesepakatan dua pihak dan dapat sah hanya oleh satu pihak saja, yaitu pengucap sumpah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 12/72).

Ketiga, karena Jokowi tak menjalankan tugas-tugas seorang khalifah, sehingga tak layak Jokowi dianggap sebagai seorang khalifah.

Sebagian ulama telah merinci tugas khalifah itu menjadi sepuluh macam tugas, seperti memelihara ajaran agama (hifzh al diin), menerapkan hukum-hukum syariah, menerapkan huduud, melaksanakan jihad fi sabilillah, dsb. (Imam Al Mawardi, Al Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 15; Imam Abu Ya’la Al Farra`,Al Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 11).

Para ulama meringkas tugas-tugas khalifah itu menjadi dua tugas saja, yaitu memelihara agama (hirasah al diin) dan mengatur kehidupan dunia dengan agama. (siyasah al dunya). (Nihayatul Muhtaj, Juz 7 hlm. 389).

Andaikata benar Jokowi khalifah, seharusnya dia menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Faktanya tidak. Misalnya, Jokowi tak melaksanakan huduud, tak berjihad fi sabilillah, dan tak menerapkan hukum-hukum syariah (kecuali secara parsial), bahkan sebaliknya berencana menghapus perda-perda syariah.

Kalaupun Jokowi menerapkan syariah, itu hanya parsial saja, misal ibadah (seperti haji) atau hukum-hukum keluarga (nikah, cerai, dll), dan sedikit muamalah (perbankan syariah, zakat, dll). Penerapan parsial ini jelas melanggar syariah Islam itu sendiri. Karena Allah SWT mewajibkan penerapan syariah secara menyeluruh (kaffah). (QS Al Baqarah [2] : 208).

Keempat, karena Jokowi tidak memenuhi sebagian syarat akad khalifah (syuruth al in’iqad). Secara lengkap terdapat 7 (tujuh) syarat akad khalifah, yaitu : (1) muslim, (2) laki-laki, (3) berakal, (4) baligh, (5) merdeka (bukan budak), (6) adil (tidak fasik), dan (7) berkemampuan. (Taqiyuddin An Nabhani,Muqaddimah Ad Dustur, Beirut : Darul Ummah, 2009, Juz I hlm. 130-133).

Dari ketujuh syarat tersebut, Jokowi hanya memenuhi lima syarat, yaitu; muslim, laki-laki, berakal, baligh, dan bukan budak. Sedang dua syarat, yaitu adil (tidak fasik) dan mampu, tidak dipenuhi oleh Jokowi. Karena Jokowi sebagai kepala daerah (Surakarta dan DKI), dipastikan terlibat transaksi ribawi, yang merupakan kefasikan yang menghilangkan sifat adil (‘adalah). Dari segi kemampuan Jokowi mungkin secara fisik dia mampu. Tapi secara ilmu jelas tidak. Karena seorang khalifah harus mempunyai ilmu Syariah Islam dalam berbagai aspeknya, seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

Jadi, anggapan Jokowi sebagai khalifah adalah tidak benar, dan hanya merupakan laghwun (omong kosong), yaitu ucapan sia-sia yang tidak ada artinya. Tujuannya bukan untuk mendidik umat Islam, tapi justru untuk membodohi mereka, seraya memberi legitimasi palsu kepada pemimpin sistem sekuler. Wallahu a’lam.

Sumber : pembelaislam.com