OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 14 Januari 2018

Polisi Dipuji, Polisi Dibenci

Polisi Dipuji, Polisi Dibenci


–CATATAN ABU HARITS, Lc –غفر الله له ولواديه–

10Berita,  Keberadaan aparat penegak hukum—dalam hal ini adalah polisi—merupakan kebutuhan mendasar dalam sebuah sistem ketatanegaraan. Tugas dan fungsinya sebagai penjaga hukum dan pengayom masyarakat adalah vital. Tanpanya bisa muncul banyak kericuhan dan keonaran.

Dalam perspektif syariat Islam, lembaga kepolisian telah ada cikal bakalnya sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ. Pada saat itu ditunjuklah beberapa sahabat untuk menjaga penerapan hukum Islam di semua lini kehidupan. Penegakan amar ma’ruf nahi munkar menjadi salah satu tugas penting di samping menjaga ketertiban dan keamanan bagi penduduk di kota Madinah dan sekitarnya.

Salah satu contoh dari penerapan sistem tersebut adalah penunjukan Sa’id bin Sa’id bin al ‘Ash sebagai pengawas Pasar di kota Makkah pasca penaklukan kota tersebut dari cengkeraman rezim kafir Quraisy. Begitu juga penunjukan seorang sahabat wanita yang bernama Samra’ binti Nahik al Asadi sebagai polisi hisbah di pasar-pasar Madinah.


Di masa-masa para khulafaur rosyidin dan sesudahnya sistem penegakan hukum, penjaga ketertiban dan keamanan terus diformalisasikan ke dalam bentuk lembaga hisbah seperti lembaga kepolisian hari ini.

Berangkat dari sinilah, sebenarnya menjadi polisi adalah amalan agung yang bernilai tinggi di sisi Allah ta’ala. Karena perannya sebagai penjaga dan penegak keadilan hukum Allah di muka bumi ini.

Dalam bingkai syariat Islam seorang polisi sang penegak hukum-hukum Allah dinobatkan sebagai sebaik-baik manusia, sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Kalian adalah sebaik-baik manusia yang dikeluarkan di muka bumi ini untuk memerintahkan dengan perkara yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang Mungkar dan kalian beriman kepada Allah,” (QS Ali Imran: 110).

Tak hanya itu, seorang polisi akan dipuji karena kepahlawanannya yang menyelamatkan masyarakat dari keburukan dan mencegah kemungkaran yang menjadi penyebab utama terjadinya azab bencana. Hal tersebut disebutkan dalam hadits Nabi ﷺ:


“Demi Dzat yang diriku ada di dalam genggaman tangan-Nya, sungguh kalian harus beramar ma’ruf nahi munkar, atau Allah akan menimpakan kepada kalian hukuman bencana dan doa kalian tidak dikabulkan,” (HARI Tirmidzi).

Dengan kewenangan yang dimiliki seorang polisi, maka keburukan dan kemungkaran bisa dicegah bahkan dihilangkan.

Namun ketika tugas dan wewenang polisi beralih menjadi pendukung atau bahkan pelindung kemaksiatan dan kemungkaran maka sebuah bencana besar pun mulai mengancam dan merusak sendi-sendi kehidupan dalam ranah hukum dan kenegaraan. Di saat polisi tidak lagi menjadi pengayom masyarakat dan hanya sekadar instrumen penjaga bagi kezaliman rezim atau tameng bagi pemodal dan pelaku kemaksiatan, maka tanda kehancuran peradaban sebuah bangsa pun semakin dekat.

Ketika paradigma polisi telah berubah menjadi alat pukul penguasa dan pengusaha untuk menentang amar ma’ruf nahi munkar dan tegaknya hukum di tengah masyarakat, maka keadaan dan kedudukannya pun berubah total. Semula dipuji, namun sejurus kemudian jadi dibenci. Bukan hanya dibenci oleh manusia semata namun juga dibenci dan dimurkai oleh Allah Ta’ala. Hal ini disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam sebuah haditsnya:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ شَرَطَةٌ، يَغْدُونَ فِي غَضِبِ اللَّهِ، وَيَرُوحُونَ فِي سَخَطِ اللَّهِ، فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْ بِطَانَتِهِمْ (رواه الطبراني في المعجم الكبير)

Artinya: “Akan datang suatu zaman ketika polisi berangkat di pagi harinya mendapat kemurkaan Allah, dan perginya di waktu sore hari juga berada dalam kemurkaan Allah. Maka janganlah engkau menjadi bagian dari mereka,”(HR Thabrani dalam al Mu’jam al Kabir, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Hajar al Asqolani dalam kitab Al Qoul al Musaddad, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihl Jami’).

Seperti diungkapkan Aziz Yanuar dari Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (PUSHAMI) perihal penangkapan empat anggota Front Pembela Islam (FPI) di Bekasi. Mereka dijemput paksa petugas kepolisian sehari pasca keempatmya melakukan tangkap tangan penjual obat terlarang di bilangan Jati Bening, Pondok Gede, Jakarta Timur pada Rabu (27/12/2017) malam.

Dan ironisnya penangkapan anggota FPI tersebut didasarkan atas pengaduan dari pelaku atau pemilik toko penjual obat terlarang tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa objektivitas kepolisian dalam melihat kasus mulai pudar. Lebih membahayakan lagi ketika “sense” amar ma’ruf nahi munkar dari aparat kepolisian juga mulai hilang.


Pekerjaan polisi dengan segala konsekuensinya, terbakar terkena bom molotov yang dilemparkan oleh warga saat terjadi bentrokan antara polisi dan warga di Makassar. Bentrokan terjadi setelah ratusan warga menolak eksekusi ratusan rumah di Kecamatan Panakukkang Makassar. (FOTO: ANTARA/Yusran Uccang/Koz)

Kita berharap preseden buruk seperti ini tidak terulang lagi di kemudian hari. Semuanya pun pasti memiliki harapan yang sama bahwa aparat kepolisian haruslah menjadi pionir dalam amar ma’ruf nahi munkar. Dengannya lembaga dan aparat kepolisian akan dipuji dan dicinta. Masyarakat pun akan antusias untuk membantu dan mendukung kepolisian.

Namun jika kondisinya hanya sekadar menjadi alat pukul penguasa dan pemodal kemaksiatan, maka celaan dan kemurkaanlah yang diraihnya. Lebih dari itu, masyarakat akan hilang kepercayaannya. Hanya Allah ﷻ jualah yang menjadi sebaik-baik Pelindung. Wallahu a’lam.

 Sumber : Salam Online.

Dokter Inong: Agar Tak Tertular HIV/AIDS, Jangan Berzina

Dokter Inong: Agar Tak Tertular HIV/AIDS, Jangan Berzina

Rifa'i Fadhly/hidayatullah.com

Dewi Inong Irana pada seminar tentang LGBT di Universitas Indonesia, Depok, Jum'at (26/02/2016).

10Berita – Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Dewi Inong Irana SpKK menceritakan, penyakit AIDS berawal dari prilaku gay di Amerika. Sebelumnya tidak ada penyakit mematikan itu.

“Di Amerika terbanyak pada kelompok LGBT,” ungkap dokter lulusan FK UI ini dalam studium generale “LGBT Indonesia: Bahaya dan Penanganannya”, Sabtu (13/01/2018), di aula lantai empat Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq, Jl Otista Raya, Jakarta Timur.

Ia menerangkan, sekarang, perilaku lelaki seks dengan lelaki (LSL) tidak hanya dilakukan kaum gay, tapi juga kaum waria dan biseksual. Di Indonesia, kata dia, satu di antara empat LSL secara umum sudah terinfeksi HIV/AIDS.

“(LSL) beresiko tertinggi tertular HIV/AIDS,” ucapnya sekali lagi mengingatkan.

Penularannya yang paling gampang, lanjut dokter Inong, melalui dubur. “Kemungkinannya kalau kita berzina lewat dubur itu 60 kali lipat lebih gampang kena HIV dibandingkan dengan yang normal.”

Bukannya ada kondom yang katanya bisa mencegah penularan HIV/AIDS?

Soal ini, ia membantahnya dengan keras. Pori-pori kondom, terangnya, lebih besar dari ukuran virus HIV. Sehingga virus HIV tetap bisa menembusnya.

Data dari Universitas Harvard yang dia kutip, mengungkap, kondom hanya bisa mengurangi risiko tertular AIDS sekitar 26 persen.

“Kondom tidak bisa mencegah 100 persen. Hanya bisa mengurangi,” ujarnya.

Daripada pakai kondom, saran dokter Inong supaya tidak tertular HIV/AIDS: jangan berhubungan seks di luar penikahan dan setia pada pasangan.

“Intinya jangan zina. Beres. Zinanya mau laki-laki sama laki-laki, mau laki-laki sama perempuan, lewat mulut, lewat tangan,” pungkasnya.* Andi

Rep: Admin Hidcom

Editor: Muhammad Abdus Syakur

Sumber : Hidayatullah.com

Peluang Jenderal Gatot di Pilpres 2019

Peluang Jenderal Gatot di Pilpres 2019


10Berita – Inisiator Garuda Nusantara (GN) Center Andrianto SIP mengatakan jika putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak uji materiil terhadap ketentuan presidential treshold sebesar 20 persen memang menjadi kendala bagi sejumlah figur calon alternatif presiden.

Terlebih, pasca putusan MK yang akan membuat bargain partai politik kepada figur alternatif akan menjadi sangat tinggi untuk dapat maju dan diusung pada Pemilu serentak 2019 nanti.

Hal itu menanggapi seberapa besar peluang mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo untuk dapat menjadi sosok alternatif presiden di 2019 nanti.

“Memang jadi kendala ketika MK putuskan PT 20 %, karena ini membuat barganing position Parpol jadi tinggi,” kata Andrianto saat dihubungi aktual.com, di Jakarta, Sabtu (13/1).

Akan tetapi, ia berkeyakinan bahwa calon presiden alternatif yang memiliki elektabilitas bagus tentu tidak akan lepas dari kebutuhan partai untuk diusung.

“Terlebih di tengah minimnya stok kader mumpuni di Parpol, sosok Gatot layak ‘jual’, sosok Gatot bisa jadi sentrum kepentingan masyarakat saat inj yang membutuhkan solidarity makers. Karena (kondisi) terbelahnya ke dalam kutub yang ekstrim pasca Pilkada DKI dan bahkan mengancam eksistensi NKRI,”ujar dia melihat bargain yang mampu ditawarkan ke partai politik.

Dia meyakini jika kondisi terbelahnya sosial masyarakat pasca Pilkada akan terus terjadi sampai pelaksanaan Pemilu 2019, lantaran antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sudah sangat dalam diametral yang terjadi.

“Pasti demikian (suasanannya akan berlanjut ke 2019, red), karena sangat dalam diametral yang terjadi,” pungkas Andrianto.(kl/akt)

Sumber : Eramuslim

BODOH Ketemu GOBLOK, Lahirlah FITNAH

BODOH Ketemu GOBLOK, Lahirlah FITNAH


10Berita, Beberapa hari ini ramai di media sosial foto pasangan calon gubernur wakil gubernur Jabar yang diusung PDIP, Tubagus Hasanuddin dan Anton Charliyan, yang sedang sholat jama'ah berdua dengan posisi terbalik.

Ketika sholat jama'ah hanya 2 orang maka Posisi Makmum seharusnya disebelah kanan Imam, bukan di sebelah kiri. Anton Charliyan (makmum) harusnya di sebelah kanan Tubagus Hasanuddin (Imam).

Foto yang menjadi viral ini LALU DIBELA SECARA MEM BABI BUTA oleh pendukungnya.

PARAHNYA pendukungnya yang Non-Muslim yang BODOH tak tahu Tata Cara Sholat Dalam Islam, membela dengan cara GOBLOK dengan mem-flip foto (membalik foto) sehingga posisi makmum (Anton Charliyan) yang tadinya di sebelah KIRI setelah di-flip jadi berada di sebelaha KANAN.

Setelah mem-flip foto (merekayasa foto) lalau mereka Mem-FITNAH pihak-pihak lain, menudingnya telah merekayasa foto sholat.

"FPI suka buat fitnah mereka rusak negara. Semua orang baik mereka fitnah jahat. Mereka mau kuasai negara banyak yang dibodohi FPI.

Ini foto asli dari temanku, Pak Anton di kanan. FPI edit lalu fitnah di sebelah kiri. Banyak lagi fintah dari FPI yang lain," tulis akun Mant Tickedi fbnya.

Akun Mant Ticke yang sudah pasti bukan Muslim ini orang yang BODOH dan membela dengan cara GOBLOK.


Foto yang diposting Mant Ticke itu justru foto rekayasa setelah di-flip.

Perhatikan...!!! di foto yang diposting Mant Ticke itu posisi jari yang sedang menunjuk saat Tasyahud (Tahiyat) malah jari TANGAN KIRI.

Sejak kapan menunjuk jari saat tasyahud pakai TANGAN KIRI???

Itulah BODOH nya mereka. Non-Muslim gak tau tata cara sholat Umat Islam, mereka lompat pagar sok ngurusin ibadah agama lain dalam rangka membela junjungannya, tapi mereka GOBLOK, akhirnya mereka mem-FITNAH sana-sini. FPI difitnah meng-edit foto, padahal mereka sendiri yang meng-edit foto.

Itulah ketika mereka hobinya LOMPAT PAGAR AGAMA LAIN.

Sumber : PORTAL ISLAM 

Cara KH Ahmad Dahlan Memuliakan Perempuan

Cara KH Ahmad Dahlan Memuliakan Perempuan


KH Ahmad Dahlan

10Berita, “Apakah tidak malu jika aurat kalian dilihat oleh kaum lelaki?” tanya Kiai Haji Ahmad Dahlan di hadapan anak-anak perempuan didikan Muhammadiyah pada suatu kali. Yang ditanya menjawab serempak bahwa mereka akan sangat malu apabila itu yang terjadi.

Sang kiai pun berkata, “Jika malu, mengapa ketika kalian sakit lalu pergi ke dokter laki-laki? Apalagi ketika hendak melahirkan anak. Jika kalian memang benar-benar malu, hendaknya terus belajar dan belajar dan jadilah dokter, sehingga akan ada dokter perempuan untuk kaum perempuan.”

Fragmen yang dikutip dari buku Pesan & Kisah Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah karya Abdul Munir Mulkhan (2007) itu hanya secuil dari jejak-langkah sang pencerah dalam upayanya untuk memuliakan serta menaikkan harkat dan martabat kaum wanita di Indonesia.

Ahmad Dahlan, sang kiai pendiri Muhammadiyah yang hingga kini masih eksis sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di tanah air, adalah salah satu dari sedikit ulama terkemuka di awal abad ke-20 yang sangat memperhatikan kepentingan perempuan, melalui berbagai daya dan upayanya.

Jauh sebelum isu kesetaraan jender atau feminisme berkembang di tanah air, Ahmad Dahlan sudah bekerja untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang setara dengan pria meskipun dengan tugas yang berbeda (Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan, 2010:286).

Salah satu bukti bahwa Ahmad Dahlan tidak menjadikan perbedaan jenis kelamin sebagai masalah terlihat dalam penempatan daftar pendakwah Muhammadiyah yang tidak melulu didominasi oleh kaum lelaki. Boleh dibilang, ini merupakan gebrakan baru pada dekade kedua abad ke-20 itu di mana juru dakwah perempuan masih sangat sedikit jumlahnya.

Sejak awal mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta pada 18 November 1912, Ahmad Dahlan memposisikan perempuan sebagai pilar penting untuk menyokong organisasinya itu. Itulah kemudian, Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah, membentuk Aisyiyah pada 1914 sebagai wadah pergerakan perempuan Muhammadiyah.

Aisyiyah digagas bukan untuk membedakan posisi antara laki-laki dan perempuan. Ahmad Dahlan justru menyadari bahwa Muhammadiyah sangat memerlukan peran kaum hawa. Aisyiyah menjadi tangan Muhammadiyah untuk merespons isu-isu perempuan dan sekaligus memberdayakannya melalui jalur pendidikan dan pelayanan sosial (Arief Subhan, dkk., Citra Perempuan dalam Islam, 2003:7).

Ahmad Dahlan sering terjun langsung di berbagai kegiatan Aisyiyah. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit tokoh perempuan yang dilibatkan dalam kerja-kerja Muhammadiyah, termasuk untuk hal-hal yang pada saat itu masih dianggap kurang elok jika dilakukan oleh kaum wanita.

Bersama Aisyiyah, Ahmad Dahlan memobilisasi kaum wanita untuk memasuki peradaban modern, termasuk menjadi pelopor bermunculannya juru dakwah perempuan atau muballighah yang sebelumnya masih teramat langka.

Aisyiyah menjadi salah satu warisan Ahmad Dahlan yang paling berharga, tentu saja juga dengan peran krusial sang istri, Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan. Hingga tahun 1938, Aisyiyah telah menghasilkan lebih dari 2.000 orang muballighah dan mengelola banyak sekali sekolah perempuan (Peacock, James, Purifying the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesian Islam, 1978).

Di sisi lain, selayaknya manusia, Ahmad Dahlan bisa saja melakukan hal yang tak sepenuhnya dimaklumi oleh semua pihak. Salah satunya adalah poligami. Ya, Ahmad Dahlan memiliki lebih dari satu istri meskipun yang bertahan hingga akhir hayatnya hanya Siti Walidah seorang.

Tiga perempuan lainnya yang pernah dinikahi oleh Ahmad Dahlan adalah Ray Soetidjah Windyaningrum dari internal kraton, Nyai Rum yang merupakan anak perempuan tokoh pesantren Krapyak, dan Nyai Aisyah, wanita asal Cianjur yang dinikahi Ahmad Dahlan atas permintaan ayah perempuan itu sendiri.

Ahmad Dahlan tentunya punya pertimbangan matang sebelum memutuskan menikah lagi. Selain sudah disetujui oleh Siti Walidah selaku istri tertua, ketiga pernikahan dilakukan atas dasar dakwah sekaligus sebagai bentuk penghargaan terhadap permintaan orang-orang yang ia hormati.

Keturunan Ahmad Dahlan sendiri sudah mengklarifikasi terkait praktek poligami yang dilakukan oleh sang pencerah itu, salah satunya adalah Widiyastuti melalui tulisan panjangnya yang berjudul Kenangan Keluarga Terhadap KHA Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan (2010). Widiyastuti adalah generasi ketiga Ahmad Dahlan dari Siti Walidah.

Semua kiprah Ahmad Dahlan untuk memuliakan perempuan sangat mungkin dianggap nisbi lantaran poligami itu. Tapi, itulah fakta sejarah. Yang jelas, ia mampu menjaga keutuhan rumah tangganya dengan Siti Walidah sampai pungkas. Barangkali bagi sang kiai, memuliakan wanita juga bisa dilakukan dengan cara menikahinya.

penulis : Iswara N Raditya

Sumber : Sang Pencerah

Salman Rusdhie, Joshua, dan Sensitivitas yang Terusik

Salman Rusdhie, Joshua, dan Sensitivitas yang Terusik

Oleh: Ady Amar

10Berita, SAAT novel The Satanic Verses, karya Salman Rushdie terbit (1988), muslim di belahan dunia meradang marah. Novel yang ditulisnya itu menghina Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, istri-istrinya (ummahat mu’mina), terutama Aisyah r.a., dan ayat-ayat Tuhan yang dijaga kesuciannya.

Kemarahan muslim di dunia hingga kini masih terasa, belum juga terobati. Bagaimana mungkin bisa terobati atas karya kontroversial itu. Gaya penulisan novelnya memakai pendekatan sejarah yang dibalut dengan realisme magis. The Satanic Verses, bagi seseorang yang memiliki iman sedikit saja akan marah membaca isi novel yang tingkat penodaannya amat keterlaluan. Banyak yang tidak sanggup membaca novel itu hingga akhir, karena dada serasa meledak jika diteruskan …

Ada pula yang sanggup menyelesaikan membacanya hingga tuntas novel itu, tapi tidak sanggup mengisahkan isi novel yang dibacanya. Pantaslah jika umat di belahan dunia marah.

Rabithah A’lam Islami dan OKI pun hingga harus membahas novel sesat itu, dan mengutuk penulisnya. Jika tidak bertobat, maka Salman Rushdie dinyatakan murtad dari Islam.

Baca:  Antara Salman Rushdie dan Ahok


Adalah Annemarie Scheimmel, perempuan Jerman, seorang orientalis yang banyak menulis soal-soal Sufi dan dianggap paling otoritatif berbicara tentang Rumi, pengajar di Harvard University. Apa katanya tentang Salman Rushdie?

“Saya tidak yakin dia seorang muslim yang taat, mengenal sedikit saja tentang Islam saya ragu. Jika dia mengenal sedikit saja tentang agamanya, maka dia tidak akan menulis buku yang begitu menyesatkan…”

***

Di negara yang mayoritas Islam, yang berpanca sila ini, kita disuguhi lawakan di mana agama dibuat lucu-lucuan dengan tanpa beban. Adalah Ahok, yang memulai “penyerangan” di dalam pekarangan rumah muslim dengan begitu beraninya. Yang karena mulutnya itu dia harus mendekam di penjara.

Komika Joshua Suherman, mantan penyanyi cilik, berani menghina agama mayoritas sebagai bahan candaan. Wajar jika kelompok muslim tertentu (FUIB: Forum Umat Islam Bersatu) melaporkannya pada pihak berwajib.

Saya ingin mengutip apa yang disampaikan Joshua itu secara utuh:

“Dan yang gue bingung adalah Cherly ini walaupun Leader, dia gagal memanfaatkan kepemimpinannya untuk mendulang popularitas untuk dirinya sendiri, terbukti zaman dulu semua laki-laki tertujunya pada Annisa. Annisa, Annisa … semuanya Annisa. Skill nyanyi, ya tipis-tipis ya kan. Skill ngedance ya tipis-tipis. Cantik, relatif ya kan. Kenapa gue mikir? Kenapa Annisa selalu unggul dari Cherly. Haah sekarang gw ketemu jawabannya. Makanya Che … Islam. Karena di Indonesia ini ada satu hal yang tidak bisa dikalahkan dengan bakat sebesar apa pun. Mayoritas, mayoritas. Saya Joshua Suherman.”

Tentu semua mafhum bahwa yang dimaksud Joshua, mayoritas dalam materi lawakannya adalah umat Islam.

Seberapa besar dan terkenalnya seseorang itu, akan menjadi kecil dan terbanting, jika dia memperolok agama (Islam) atau Ayat-ayat-Nya. Agama itu sensitif untuk dipakai mainan atau candaan. Jagalah lisan saat mengumbar candaan di hadapan publik, hindari masuk pada perkara dan hal sensitif yang dapat menimbulkan reaksi kemarahan umat.

Agama apa pun itu sakral. Tidak boleh ada yang menghinanya, apalagi menjadikan bahan candaan. Sensitivitas agama itu dahsyat, umat akan membelanya dengan segala upaya.

Melalui akun Youtube-nya, Deddy Corbuzier, seorang mentalis dan pembawa acara, melihat reaksi publik atas candaan komika Joshua Suherman, melakukan polling. Hasilnya, 66 persen dari 72 ribu orang mengatakan bahwa Joshua menista agama.

Komennya, “Saya dari dulu tahu bahwa masalah agama adalah hal sensitif. Bukan hanya agama, suku, ras, antargolongan very sensitive …,” paparnya melalui video Youtubeyang diunggahnya pada Jum’at (12-1-18).

Ini pelajaran bagi semua pihak, baik komika dan figur publik lainnya agar berhati-hati dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di ruang publik. Apa yang pantas dan tidak pantas mestinya menjadi acuan dalam bertutur dan bersikap. Mari kita jaga “pekarangan” kita masing-masing, dengan demikian harmonisasi hidup di tengah masyarakat yang beragam menemukan keindahannya.*

Pemerhati Sosial dan Keagamaan

Sumber :Voa-islam.com

Menanam Pohon

Menanam Pohon

10BeritaOleh: Moch Hisyam

Islam memiliki perhatian dan kepedulian yang sangat besar terhadap penanaman pohon. Kepedulian dan perhatian Islam terhadap menanam pohon terlihat jelas dari ajaran-ajaran Islam terkait dengan menanam pohon.

Karena begitu pentingnya dan utamanya menanam pohon, Rasulullah SAW pernah bersabda di dalam kitab Sahih al-Bukhari bahwa seandainya tangan seseorang memegang pohon, lalu esok harinya adalah hari kiamat, seandainya pun jika pohon itu ditanam bisa dipastikan tidak akan tumbuh, maka Rasulullah SAW menganjurkannya untuk tetap menanam pohon itu. Itu tetap berpahala. Hal ini menjadi indikasi kuat betapa pentingnya menanam pohon menurut ajaran Islam.

Hal ini pun dipraktikkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW. Seorang tabiin yang bernama Umaroh bin Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshoriy Al-Madaniy berkata, “Aku pernah mendengarkan Umar bin Khatab berkata kepada bapakku, “Apa yang menghalangi dirimu untuk menanami tanahmu?” Bapakku berkata kepada beliau, “Aku adalah orang yang sudah tua, akan mati besok.” Umar berkata kepadanya, “Aku mengharuskan engkau (menanamnya). Engkau harus menanamnya!” Sungguh aku melihat Umar bin Khatab menanamnya dengan tangannya bersama bapakku” (HR Ibnu Jarir Ath-Thobari).

Kepedulian Islam terhadap penanaman pohon ini salah satunya didasari oleh peran dan fungsi pohon yang sangat vital bagi kehidupan manusia dan bagi bumi sebagai tempat tinggal manusia. Pepohonan merupakan urat nadi bagi bumi dan sumber kehidupan bagi manuia.

Dalam pandangan Islam, menanam pohon sama dengan menghidupkan bumi dan memberi kehidupan bagi penghuninya. Hal ini dapat kita pahami dari pendapat mufassirinketika menafsirkan surah Yasin (36) ayat 33, “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.”

Abu Hayyan al-Andalusi (w 745 H) dalam tafsirnya al-Bahr al-Muhith/ saat menafsirkan ayat 33 surah Yasin ini mengemukakan bahwa bumi yang mati adalah bumi yang tidak ada pohon-pohonnya.

Begitu pun menurut Ibn ‘Asyur dalam kitab tafsirnya Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir mengemukakan bahwa bumi yang mati adalah bumi yang kering dan patah karena tak ada kehidupan tumbuhan di dalamnya. Cara menghidupkannya adalah dengan menanam tanaman, rumput, dan pepohonan.

Lebih dari itu, Islam menjadikan menanam pohon bukan hanya semata terkait dengan wilayah duniawi, melainkan juga erat kaitannya dengan wilayah keimanan dan ibadah. Dengan menanam pohon bukan hanya menjadikan bumi yang kita tempati ini menjadi hidup, juga sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah SWT.

Karena itu, ketika kita menanam pohon maka pahala akan kita dapatkan. “Tak ada seorang Muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apa pun yang dimakan oleh burung darinya. Maka, hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorang pun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” (HR Muslim).

Untuk itu, mari kita tanami pekarangan kita, lahan-lahan kosong, dan hutan-hutan yang sudah gundul dengan pepohonan dan tanaman bukan hanya sebagai upaya kita menghidupkan bumi, melainkan juga sebagai bentuk keimanan dan rasa syukur kita atas anugerah alam yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sekalian. Wallahu a'lam.

Sumber : Republika.co.id

Fahri: Pemerintah Jamin Stok Aman, Faktanya Harga Beras Naik dan Tiba-tiba Harus Impor

Fahri: Pemerintah Jamin Stok Aman, Faktanya Harga Beras Naik dan Tiba-tiba Harus Impor


Fahri Hamzah

10Berita, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, kenaikan harga beras pada awal Januari 2018 yang akan memasuki tahun politik telah menjadi awal yang buruk bagi Pemerintah.

“Belum hilang dalam ingatan, Pemerintah berjanji bahwa tidak akan terjadi gejolak harga. Mana janjinya sekarang?” tulis Fahri dalam akun Twitternyanya @Fahrihamzah, Sabtu (13/1/18).

Kata Fahri, padahal pemerintah menjamin bahwa stok beras aman dan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) akan lebih melindungi konsumen dan para petani. Tapi Cara Pemerintah meredam gejolak harga beras hingga memutuskan harus Impor, terlihat kepanikan.

Perlahan tapi pasti, ungkap Fahri, sejak awal Januari 2018, harga beras di beberapa daerah di Indonesia mulai merangkak naik melewati batas Harga Eceran Tertinggi yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah, yakni Rp9.450/kg untuk jenis Medium dan Rp12.800/kg beras Premium.

Sementara, katanya, fluktuasi harga antara Rp9.450-11.000 untuk Medium dan Rp12.800-Rp13.000 untuk Premium. “Tentu ini menciptakan ketidakpastian sekaligus beban bagi rakyat produsen maupun konsumen,” ujarnya.

“Dan dalam beberapa hari ini kita kembali disuguhkan tidak kompaknya para pembantu Presiden Jokowi. Terutama Mentan Amran yang mengklaim pasokan aman dan Mendag yang khawatir dengan kenaikan harga akibat pasokan berkurang,” tulisnya.

Lemahnya koordinasi para Menteri terkait nampak dalam menjalankan kebijakan produksi dan distribusi beras. “Padahal Dua hal tersebut pada hakikatnya tidak bisa ditangani secara parsial. Dengan kata lain diperlukan skenario utk menghadapi tekanan produksi maupun distribusi,” terangnya.

Selama ini, menurutnya, kita dininabobokan dengan keberadaan data perberasan. Sekarang kita baru menyadari bahwa ada data yang tidak sinkron dengan kenyataan.

“Pemerintah selalu mengklaim stok beras cukup untuk beberapa bulan ke depan, namun faktanya harga beras naik. Siapa yang mau ambil tanggung jawab?” tanyanya.

Fahri mengungkapkan, kita juga dikejutkan pada saat para pembantu Presiden masih sibuk mencari penyebab kenaikan harga beras…”Tiba-tiba saja tanpa permisi impor beras…lagi-lagi koordinasi alpa saat itu. Ke mana Presiden dan Wapres…?” tanya Fahri.

Pertanyaanya, kata dia, apakah dengan impor, harga beras akan turun seketika. Atau ada pesanan…? “Padahal Pemerintah juga sudah membentuk satgas pangan. Ke mana mereka…? Kenapa kebijakan seperti ini berulang sepanjang masa? Menjelang pemilu?” tulisnya lagi.

Pemerintah juga menjamin bahwa stok beras aman dan kebijakan HET akan lebih melindungi konsumen dan para petani. Tapi Cara Pemerintah meredam gejolak harga beras hingga memutuskan harus Impor, ujar Fahri, terlihat kepanikan.

“Kita khawatir justru kebijakan-kebijakan tersebut akan menimbulkan panic buyingseperti operasi pasar yang besar maupun kebijakan impor. Kejadian ini menjadi momentum bagi DPR dan Pemerintah untuk menata kembali kebijakan yang harus diakui keliru,” ungkapnya.

Karena itu, menurutnya, pemerintah harus berbesar hati untuk mengakui bahwa kenaikan harga beras awal Januari tahun 2018 ini bukan semata karena faktor supply dan demand atau faktor cuaca, tapi mal-praktik kebijakan. “Katanya ada #MafiaImport tapi kok mafia,” tanya Fahri.

Ia mengingatkan, dalam mengamankan produksi beras, salah menata distribusi beras dan salah menerapkan HET mesti bertanggungjawab. “Ada nasib jutaan petani, nasib pangan utama seluruh rakyat yang dipertaruhkan… ,” ujarnya.

“Mari kita hentikan omong kosong, mari kita mulai kerja nyata… Kerja… Kerja… Kerja…!” seru Fahri. (S)

Sumber :  Salam Online.

Soal Uang Politik, Ini Pengakuan Bakal Cagub Jabar Sudrajat

Soal Uang Politik, Ini Pengakuan Bakal Cagub Jabar Sudrajat

10Berita, Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengeluarkan pernyataan mengejutkan terkait uang politik yang harus dikeluarkan untuk menjadi calon Gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2018 kepada Partai Gerindra.

Kekecewaan yang diutarakan oleh La Nyalla tersebut menyita perhatian berbagai pihak termasuk bakal calon Gubernur Jawa Barat yang diusung Gerindra, Mayjen TNI (Purn) Sudrajat.

"Saya tidak pakai mahar kalau orang mau cerita mahar itu urusan mereka. Saya berkali-kali katakan saya tidak suka politik uang. Di sini (Pilkada Jabar) diusung parpol yang memang punya kepentingan mempromosikan politik tanpa uang," kata Sudrajat saat ditemui di Jalan Kebon Waru, Kota Bandung, Sabtu (13/1/2018).

Sudrajat menilai sosok Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai seorang yang berwibawa dan bersih. Bahkan dia mendapat beberapa wejangan dalam pertarungan pada ajang empat tahunan ini.

"Usahakan tidak pakai uang kalau pakai uang nanti rakyat rusak. Rakyat memilih pemimpinya karena uang disogok kita tidak tahu. Pemimpin mana yang seharusnya dipilih dan bisa memberikan kesejahteraan," kata dia.

Dalam kesempatan itu Sudrajat meminta masukan dari forum kelompok Aktivis Bandung Raya terkait beberapa hal yang harus menjadi perhatian di wilayah Jawa Barat.

 

Menjaga budaya sunda menjadi amanat dari para aktivis selain meminta jalannya Pilgub Jabar 2018 berjalan aman dan lancar.

"Mereka itu peduli Jabar. Jadi nyunda teh kaya gimana nyantri (menjunjung tinggi budaya dan agama) juga harus gimana. Nah pemimpin jabar harus bisa memelihara karakter ini karena orang Jabar dikenal sopan santun."

"Urang sunda jangan ada yang pasea (orang sunda jangan ada yang berkelahi) jadi nyantri di sini harus bisa melindungi minoritas dan tidak menakutkan golongan lain," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sumber :Liputan6.com 

FOTO: Menikmati Eksotisme Kampung Warna-warni Lubuklinggau

FOTO: Menikmati Eksotisme Kampung Warna-warni Lubuklinggau

10Berita, Seorang pria berjalan di Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/1). Saat ini kampung tersebut telah disulap menjadi tempat wisata baru di Lubuklinggau. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Seorang ibu menyapu sampah di sekitar rumahnya di Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/11). Kampung yang dahulu dikenal sebagai sarang kriminal tersebut kini telah berganti wajah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Anak-anak sedang bermain di Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/11). Kampung yang dulunya menjadi pusat perjudian, sabung ayam, dan tempat transaksi narkoba itu kini telah berubah wajah (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Keindahan bekas kampung kriminal yang kini dikenal dengan Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/1). Saat ini Kampung Warna Warni Lubuklinggau telah berubah menjadi tempat wisata. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Lukisan hewan mewarnai dinding-dinding Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/1). Kampung yang dulunya menjadi pusat perjudian, sabung ayam, dan lokasi transaksi narkoba itu kini telah berubah wajah (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Seorang bocah menyusuri jalan di Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/1). Jika sebelumnya dikenal sebagai kampung kriminal, kini Kampung Warna Warni Lubuklinggau dikenal sebagai lokasi wisata. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Anak-anak bergembira bermain di Kampung Warna Warni Lubuklinggau, Sumatera Selatan, Rabu (10/1). Kampung yang sebelumnya dikenal kampung kriminal itu kini berubah jadi lokasi wisata.

Sumber : Liputan6.com