OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 12 Februari 2018

Ulama Dibantai Dibunuh DIAM SAJA, Gereja Pendeta Diserang Teriak "Toleransi"

Ulama Dibantai Dibunuh DIAM SAJA, Gereja Pendeta Diserang Teriak "Toleransi"


10Berita, Setelah "orang gila" bersenjata tajam melakukan teror, penyerangan, penganiayaan dan bahkan pembunuhan terhadap ulama/ustdaz di wilayah Jawa Barat... kini di Yogyakarta gereja, jemaat, dan pendeta tiba-tiba diserang orang tak dikenal.

KH Umar Basri dianiaya saat dzikir di Masjid usai sholat Subuh. Selang beberapa hari Ustadz Prawoto dianiaya saat hendak sholat Subuh dan akhirnya meninggal dunia.

Kemarin, Minggu (11/2/2018), ibadah misa yang digelar di gereja St Lidwina Dukuh Jambon Trihanggo, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta diteror. Lelaki bersenjata tajam menyerang jemaah yang sedang khusyuk berdoa. Pendeta terluka. Penyerang akhirnya ditembak.

Siapapun akan mengutuk kekerasan kepada siapapun, agama apapun, di masjid atau di gereja. Kemanusiaan dan kepedulian tak memandang agama.

Penyerangan ini, yang menimpa baik korbannya Ulama maupun Pendeta banyak pihak yang curiga bukan tiba-tiba atau acak, tapi by design. Tangan-tangan keji hendak menyobek keutuhan NKRI.

Banyak tokoh yang mengingatkan adanya upaya adu domba antar umat beragama.

Namun sangat disayangkan, ada pihak-pihak yang malah memprovokasi dengan menyeret-nyeret soal Toleransi.

Saat gereja dan pendeta diserang, pihak-pihak ini lantang berteriak menyoal Toleransi. Mengutuk keras. Bahkan menyeret-nyeret agama lain.

Saat ulama dianiaya sampai dibunuh, Mereka diam. Gak ada yang nuduh "toleransi" atau nyeret-nyeret agama lain.

Namun saat gereja diserang, tiba-tiba menyoal "toleransi", menyeret-nyeret agama lain.

Inilah sesungguhnya antek-antek pemecah belah bangsa.

Teror itu soal kemanusiaan. Dia dikutuk tanpa melihat siapa dan agama apa yang menjadi korban.

Perlakuan "pilih kasih" "berat sebelah" dalam teror yang terjadi hanya akan memperuncing masalah. Menyiram minyak ke api. Menyulut perpecahan. Dan itulah yang dimaui oleh siapapun di balik teror ini.

Maka tepat apa yang disampaikan Zara Zettira:

"Ulama diserang, kini gereja dan pastur juga diserang.
Semestinya makin jelas, ini bukan soal toleransi antar umat beragama melainkan perang antara PEMBENCI agama vs umat beragama."

Ulama diserang, kini gereja dan pastur juga diserang
Semestinya makin jelas, ini bukan soal toleransi antar umat beragama melainkan perang antara PEMBENCI agama vs umat beragama 😔😔😔

— Zara Zettira ZR (@zarazettirazr) 11 Februari 2018


Sumber :Portal Islam 

Karena Matamu Cuma 2 dan Nggak Ada Suku Cadangnya, Terapkan Trik 20-20-20 untuk Atasi Lelah Akibat Gadget

Karena Matamu Cuma 2 dan Nggak Ada Suku Cadangnya, Terapkan Trik 20-20-20 untuk Atasi Lelah Akibat Gadget

Mata Lelah Karena Gadget

10Berita, Mata lelah sudah jadi keluhan umum bagi kamu yang sehari-harinya bekerja di hadapan komputer atau gadget. Menurut Andrea Thau, dokter mata dari American Optometric Association, mata manusia didesain untuk bisa melihat objek 3 dimensi. Di layar gawai, mata akan dipaksa melihat objek 2 dimensi. Ini yang kemudian membuat otak bekerja lebih keras untuk “membaca” gambar yang ditangkap mata. Otak yang lelah ini juga bisa berpengaruh ke terhambatnya pemrosesan sinyal cahaya dari mata. Akibatnya mata jadi suka lelah dan pandangan kabur.

Belum lagi mata kita akan bisa melihat dengan nyaman dari jarak sekitar 6 meter. Sedangkan di depan layar gawai, kita dipaksa fokus ke objek dengan jarak kurang dari 60 cm. Pemaksaan-pemaksaan seperti ini akan memicu keluhan yang disebut sebagai computer vision syndrome (CVS), yang mana gejalanya seperti mata kering dan kabur, sampai sakit kepala. Untuk itu perlu suatu teknik supaya kita tetap bisa produktif, namun kesehatan mata terjaga. Salah satunya dengan trik 20-20-20. Wah, gimana ya penjelasannya? Simak ulasan Hipwee Tips berikut ini ya.

1. Angka 20 pertama berlaku untuk 20 kaki. Istirahatkan mata dengan mengalihkan pandangan dari layar ke objek berjarak 20 kaki

Alihkan pandangan via alimustikasari.com

Advertisement

Tenang, kamu tak perlu repot-repot mengukur benda apa yang berjarak 20 kaki kok. Yang penting cobalah memalingkan mata ke objek yang jauh. Misalnya pohon di luar jendela, melihat mobil yang jauh, dan lain-lain. Kalau kamu berada di ruangan kecil, coba keluar dan “manjakan” mata kamu dengan fokus ke benda-benda jauh. Ini bisa membantu mata supaya nggak cepat lelah.

2. Angka 20 kedua adalah 20 detik. Artinya kamu perlu melakukan cara di atas selama 20 detik

Lakukan selama 20 detik via www.cosasdedeportes.es

Nggak usah khawatir takut meninggalkan kerjaan yang menumpuk karena harus memalingkan pandangan ke objek jauh. Cara pertama di atas cuma perlu kamu lakukan selama 20 detik kok. Tapi ada baiknya dilakukan sambil bangun dari tempat duduk, untuk meregangkan otot juga. Misalnya sambil membeli atau mengambil minum. Karena biar bagaimanapun minum juga penting untuk memastikan mata tetap lembab.

3. Nah, angka 20 yang terakhir artinya kamu harus melakukan metode ini setiap 20 menit sekali. Ingat ya, jangan malas…

Jangan malas ya~ via www.netdoctor.co.uk

Berada di depan layar dengan mata fokus ke sana selama 20 menit lamanya bisa membuat mata menegang. Ujung-ujungnya mata akan lelah, kering, dan mungkin juga sakit kepala. Kamu bisa membuat pengingat di depan layar untuk istirahat setelah 20 menit berlalu. Bisa juga dengan memasang alarm 20 menit sekali. Atau kamu juga bisa mengunggah aplikasi 20-20-20 yang banyak tersedia di toko aplikasi.

Advertisement

Kini, teknologi seperti komputer atau ponsel sudah jadi penunjang segala aktivitas. Tanpa mereka, kita akan kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Sebenarnya bukan komputernya yang harus dihindari, tapi cara penggunaannya saja yang harus diubah. Lagipula, mata manusia biasanya mengedip 15 kali dalam 1 menit. Tapi saat berhadapan dengan gadget, kedipannya bisa berkurang 3 kali lipatnya lho!

Makanya, mulai sekarang, terapkan metode mudah di atas ya, demi kesehatan mata yang lebih sehat. ‘Kan malah berabe kalau mata bermasalah dan justru tak bisa dipakai bekerja dengan lancar…

Sumber : Hipwee

Tembok Ratapan, Ketakutan, dan Penjajahan

Tembok Ratapan, Ketakutan, dan Penjajahan

Ikhwanul Kiram Mashuri

Anehnya, penguasa Zionis tidak merenovasi Tembok Ratapan, tapi membangun tembok lain.

Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

10Berita, Kali ini saya ingin membahas tentang tembok, dinding, atau pagar. Di Yerusalem atau al-Quds al-Syarif, menurut literatur Islam, ada tembok yang sangat terkenal. Namanya Tembok Ratapan. Bahasa Arabnya al-Haaith al-Mubky atau Kotel HaMaaravi dalam bahasa Ibrani.

Orang Yahudi sering meratap di dinding ini. Itulah muasal nama tembok tersebut. Mereka menganggap tembok yang dibangun Raja Herodes pada 19 SM ini sebagai kuil suci. Tembok ini dihancurkan pasukan Romawi pada 70 M karena pemberontakan orang-orang Yahudi terhadap kekaisaran Roma. Kini yang tersisa hanyalah reruntuhan dinding batu menjulang, 18 meter dari tanah, sepanjang 60 meter (aslinya sekitar 485 meter).

Sebagai bentuk penyesalan dari kehancuran tembok itu, di setiap rumah orang Yahudi di mana pun mereka berada—terutama sebelum tahun 1967—hampir selalu ada batu atau foto tembok yang hancur tertempel di dinding. Hal itu mereka lakukan sebagai pengingat bahwa yang tersisa dari mereka hanyalah tembok yang hancur itu.

Dan, ketika Yerusalem berhasil mereka duduki (mereka jajah) pada 1967, orang-orang Yahudi pun mengantre di belakang tentara Israel untuk dapat mencium dan memeluk bagian-bagian dari tembok itu. Bahkan, setiap presiden, perdana menteri, menteri, dan pejabat tinggi Israel juga melakukan hal yang sama setelah pelantikan atau promosi jabatan, meskipun banyak di antara mereka yang tidak lagi beragama alias ateis.

Pada sisa-sisa atau reruntuhan tembok, mereka berdoa dan meratap. Sebagian mereka bahkan ada yang menulis doa-doa di sepotong kertas dan menyisipkannya pada celah-celah dinding.

Dalam sebuah pesta perkawinan anak seorang politisi Israel di wilayah pendudukan di Gaza beberapa tahun lalu, para hadirin sengaja memecahkan gelas-gelas dan botol wine. Mereka lalu membiarkannya berantakan di kaki-kaki mereka. Politisi itu adalah mendiang Moshe Dayan, mantan menteri luar negeri Israel. Tampaknya gelas dan botol yang pecah berantakan itu dijadikan simbol dari Tembok Ratapan yang akan selalu mereka ingat, dalam susah maupun senang.

Anehnya, para penguasa Zionis Israel tidak merenovasi atau membangun kembali Tembok Ratapan setelah mereka berhasil menduduki Yerusalem. Mereka membiarkan saja sisa-sisa tembok yang hancur itu. Yang mereka bangun justru tembok lain.

Tembok atau dinding lain itu yang terbaru adalah yang mereka bangun di perbatasan dengan Lebanon Selatan. Pada Selasa pekan lalu, Pemerintah Lebanon menyatakan keberatan. Mereka akan menempuh jalur diplomasi, baik regional maupun internasional, guna mencegah pembangunan dinding yang dianggap bisa mengganggu pemanfaatan kekayaan minyak negara itu di perairan regional.

Pembangunan tembok di perbatasan dengan Lebanon kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, penguasa Israel telah membangun enam dinding di wilayah-wilayah yang telah mereka duduki, untuk memisahkan dengan negara-negara di sekitarnya.

Tembok pertama mereka bangun pada 2002, sepanjang 710 kilometer, 85 persen di antaranya membentang jauh ke Tepi Barat, sebagai rencara untuk mencaplok 10 persen wilayah Palestina yang mereka kuasai, termasuk al-Quds al-Syarif. Berbagai negara dan organisasi internasional telah mengutuk dan menuntut agar proyek itu dihentikan. Namun, sebagaimana biasanya, Zionis Israel tidak peduli. Mereka tetap cuek bebek terhadap protes dunia internasional.

Pihak Palestina menyebut dinding itu sebagai “tembok apartheid”. Mereka menyatakan tembok itu sebagai upaya Zionis Israel untuk mencaplok wilayah Palestina di Tepi Barat ke Israel. Dewan Koordinasi Palestina untuk Pertahanan Tanah dan Penyelesaian Pemukiman menggambarkan tembok itu sebagai tindakan paling berbahaya di wilayah Palestina sejak 1967.

Kendati mendapatkan kecaman dan tekanan internasional, Israel terus membangun tembok pembatas. Tembok kedua mereka bangun di Gaza. Yang ketiga, mereka membangun pagar perbatasan dengan Mesir pada 2010. Pagar ini mereka maksudkan untuk menghentikan infiltrasi imigran Afrika dari Sinai, Mesir, ke wilayah Israel.

Tembok atau dinding keempat dibangun Israel pada 2015. Kali ini tembok itu berada di sepanjang perbatasan dengan Yordania, membentang dari Eilat ke Lembah Yamna, lokasi sebuah bandara internasional sedang dibangun Israel.

Pada tahun yang sama, Israel mendirikan dinding atau pagar pembatas antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan, padahal Golan merupakan wilayah Suriah yang diduduki (dijajah) Israel sejak 1967. Pagar pembatas ini setinggi lima meter.

Tembok keenam yang dibangun Israel berupa dinding panjang untuk memisahkan wilayah-wilayah pendudukan (jajahan Israel) yang berbatasan dengan Lebanon Selatan. Tembok ini mulai dibangun pada 2017. Pemerintah Israel menyatakan, tembok ini dibangun untuk mencegah infiltrasi musuh-musuh mereka.

Pembangunan dinding pemisah antarperbatasan dua negara tentu bukan monopoli Israel. Di dunia ini ada sejumlah tembok yang dibangun untuk memisahkan satu negara dengan negara lainnya.

Di antara tembok yang terkenal adalah yang memisahkan perbatasan dua Korea. Tembok ini dibangun antara tahun 1977 hingga 1979 di sepanjang zona demiliterisasi antara kedua sisi dua Korea, membentang sejauh 250 km. Pembangunan tembok ini dimaksudkan untuk mecegah warga Korea Utara menyusup ke Korea Selatan yang lebih demokratis dan makmur.

Tembok lainnya yang sangat terkenal adalah Tembok Berlin, yang kini hanya tinggal kenangan. Tembok ini dibangun pada masa Perang Dingin oleh Jerman Timur pada tahun 1961, memisahkan antara Berlin Barat dan Berlin Timur. Otoritas Jerman Timur menyatakan, Tembok Berlin sebagai “Benteng Proteksi Anti-Fasis”.

Maksudnya, Jerman Barat dianggap belum bersih dari gerakan Naziisasi. Sedangkan, Jerman Barat mengatakan Tembok Berlin sebagai memalukan karena membatasi kebebasan bergerak warganya. Dalam praktiknya, tembok ini digunakan untuk mencegah pelarian penduduk Berlin Timur ke Berlin Barat yang berada di Jerman Barat.

Seiring dengan mencairnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet pada akhir 1980-an, Tembok Berlin pun dihancurkan, apalagi setelah berlangsung reunifikasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1990. Tembok yang angker itu pun tinggal sejarah.

Berbeda dengan tembok-tembok pembatas antardua negara, tembok yang dibangun Israel didasarkan pada rasa ketakutan yang berlebihan kepada negara-negara tetangganya. Seperti diketahui, posisi Israel dikurung oleh Lebanon, Suriah, Palestina, Yordania, dan Mesir. Sejak 1967 mereka menduduki (menjajah) banyak wilayah dari tetangga-tetangganya itu. Pagar atau tembok yang dibangun Israel adalah untuk mengamankan wilayah-wilayah yang didudukinya itu.

Menurut Amus Ailun, penulis buku Israel, Anak Laki-laki dan Perempuan, karakter yang paling menonjol dari orang Israel adalah rasa takut. Bahkan, lanjut penulis kelahiran Israel dan menetap di Eropa ini, dasar semua tindakan permusuhan yang dilakukan Israel adalah rasa takut: takut dikucilkan dunia, takut dibenci orang lain, dan takut tanah yang didukinya diambil kembali oleh yang punya.

Ya, rasa takut itulah yang menyebabkan mereka melestarikan reruntuhan Tembok Ratapan tetapi mereka membangun tembok lain di wilayah-wilayah yang didudukinya. Di pihak Israel, tembok itu merupakan bentuk lain dari rasa ketakutan terhadap penjajah. Namun, di pihak negara-negara tetangga, tembok tersebut dianggap sebagai penjajahan itu sendiri. Inilah kegilaan lain dari Zionis Israel.

Sumber :Republika.co.id 

Membaca Pertarungan Anieser VS Jokower di Pilpres 2019

Membaca Pertarungan Anieser VS Jokower di Pilpres 2019


10Berita,   Anies dan Jokowi adalah dua tokoh yang paling tinggi magnetnya bagi media. Apapun terkait keduanya, media menaikkan beritanya. Pertama, karena Anies gubernur DKI Jakarta dan Jokowi presiden. Kedua, keduanya sedang dalam persaingan.

Berita menjadi masif ketika hadir pihak ketiga yakni para pendukung. Anies dan Jokowi sama-sama punya pendukung yang fanatik dan energik. Ditambah lagi hadirnya kelompok ABJ (Asal Bukan Jokowi). Kelompok ini, meski tidak sepenuhnya pro Anies, namun bagi mereka, siapapun lawan Jokowi akan didukungnya. Dan kelompok ABJ ini justru paling bersemangat dan “ngotot” untuk mengalahkan Jokowi. Bagi mereka, jika Jokowi jadi presiden lagi, Indonesia seolah akan kiamat. Benarkah?

Upaya yang sering dilakukan sejumlah pihak untuk menghalangi atau menyerang kelompok ABJ ini, baik secara oral maupun tulisan, justru malah menjadi momentum kelompok ABJ melakukan konsolidasi perlawanan yang semakin masif.

Para pendukung Anies dan Jokowi seperti belah semangka. Pendukung Anies itu anti Jokowi, dan pendukung Jokowi itu anti Anies. Masing-masing punya rasionalitasnya sendiri. Sisanya, non blok. Wait and see.

Pengkubuan ini terus terawat karena faktor pertama, kekalahan Ahok di pilgub DKI yang juga diasumsikan sebagai kekalahan Jokowi. Kedua, karena akan adanya hajatan demokrasi di pilpres 2019.

Jokowi tidak ingin kalah dua kali. Kalah di pilgub DKI dan pilpres 2019. Karena itu, “at all cost” akan dipersiapkan maksimal oleh tim Jokowi untuk bertempur di 2019. Lebih-lebih jika lawannya adalah Anies Rasyid Baswedan.

Para pendukung Anies dan Jokowi, yang belakangan lebih dikenal dengan istilah Aniesers dan Jokowers, terus berhadapan. Media utamanya adalah medsos. Masing-masing pendukung ini melakukan pertama, branding tokohnya. Kedua, mengamati dan mengawasi dengan teliti kinerja, bahkan sikap tokoh lawan. Tepatnya, mencari-cari kesalahan untuk dibully.

Bagaimana dengan para tokoh di luar keduanya? Seperti Gatot Nurmantyo (GN) misalnya. Gatot punya kans sebagai lawan potensial jika GN bersedia menjadi fighter yang secara langsung berani berhadapan dengan Jokowi. Dan momentum ini bisa GN dapatkan jika GN mengambil langkah mundur dari TNI sebelum masa pensiun. Mundurnya GN bisa dipersepsi publik sebagai bentuk perlawanan terhadap Jokowi. Jika tidak, GN berangsur akan kehilangan momentum. Publik menganggap GN berada satu baris dengan Jokowi. Meski tetap punya kesempatan untuk recovery.

Di luar GN, muncul sejumlah tokoh. Namun tokoh-tokoh itu bukan fighter. Mereka lebih memilih jalur landai dan aman. Tidak berani berhadapan langsung dan berseberangan dengan Jokowi. Sebagian besar dari tokoh-tokoh itu justru malah “menunggu dan memburu berkah” dari Jokowi.

Diantara tokoh-tokoh “penunggu dan pemburu berkah” itu adalah Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Romuharmuzy (Romi), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Zulkifli Hasan, Budi Gunawan (BG) dan Puan maharani. Mereka berebut pengaruh untuk dipinang Jokowi sebagai cawapres.

Sejumlah spanduk terpasang di sejumlah kota yang bertuliskan “Calon Wakil Presiden 2019”. Cak Imin dan Romi termasuk yang paling gencar buat branding ini.

Kenapa tokoh-tokoh tersebut tidak nyapres? Tidakkah mereka punya partai pengusung? Pertama, mereka merasa tidak cukup kuat untuk melawan Jokowi. Kedua, mereka terikat sebagai partai koalisi pendukung Jokowi. Ketiga, mereka tidak punya nyali. Ada faktor “x” yang menyebabkan mereka kehilangan keberanian.

Karena bukan sebagai calon presiden, mereka tidak merasa perlu pasukan khusus. Sebab, kekuatannya ada di negosiasi partai berbasis pada pertama, kemampuan partai masing-masing memenangkan calonnya di pilkada 2018. Dan kedua, trend elektabilitas sebagai cawapres.

Kecap nomor satu, mudah dijual. Agent pun bisa ambil bagian untuk ikut memasarkan. Kecap nomor dua, tak mudah menjualnya. Tak telalu menarik.

Branding cawapres, meski kreatif dan imajinatif, tapi tak membuat para agent (timses/konsultan profesional) mudah untuk ikut terlibat menjualnya. Maka, tak banyak pendukung setia yang bergairah, apalagi fanatik.

Di luar para “penunggu dan pemburu berkah” dari Jokowi, muncul nama Ahmad Heryawan, (Aher), Sohibul Iman, Anis Matta dan Tuan Guru Bajang (TGB). Ketiga tokoh ini juga bukan seorang fighter. Publik juga membaca tokoh ini sebagai “the second leader” yang berjuang untuk mendapat berkah dari tokoh yang akan melawan Jokowi. Meski tetap menghitung diri jika dilamar Jokowi sebagai cawapresnya. Semua masih terbuka, cair dan serba memungkinkan.

Publik menginginkan tokoh yang akan menjadi lawan Jokowi adalah seorang fighter. Sebab, Jokowi adalah seorang fighter, bahkan seorang fighter yang sangat agresif. Punya perlengkapan nyaris sempurna. Karena itu, butuh lawan yang juga punya tipe fighter.

Tipe fighter ini dimiliki oleh tokoh seperti Prabowo dan Anies Baswedan. Hanya saja, Prabowo, selain faktor usia, elektabilitasnya mengalami trend yang terus menurun. Sementara Anies, kendati fokus menjalankan tugasnya sebagai gubernur DKI, ia banyak mendapatkan momentum untuk berhadapan langsung dengan Jokowi. Kasus reklamasi adalah salah satunya. Dan Jokowi telah masuk perangkap dalam perseteruan itu.

Anies bisa dikatagorikan sebagai tokoh yang menampilkan dirinya fighter sejati untuk melawan Jokowi. Potensinya besar untuk menjadi rival Jokowi di pilpres 2019.

Publik setiap hari dipertontonkan oleh media rivalitas Anies vs Jokowi yang semakin panas. Faktor fighting inilah yang membuat lahirnya pengkubuan para pendukung semakin membesar dan tajam. Sikap dan moment ini tidak ada pada tokoh-tokoh yang lain.

Apa yang dilakukan pendukung Anies dan Jokowi itu lebih karena orientasi memenangkan kontestasi politik di pilpres 2019. Siapapun yang nanti terpilih menjadi presiden, apakah Anies atau Jokowi, atau malah tokoh lain, perseteruan para pendukung Anies dan Jokowi akan surut. Lambat laun pasti berakhir dengan sendirinya.

Perseteruan model ini pernah terjadi antara pendukung Prabowo dan Jokowi menjelang pilpres 2014. Tak kurang dasyat, dan tak kalah gaduh. Pilpres selesai, perseteruan pun terurai. Muncul lagi, dan semakin kencang ketika hajatan pilpres 2019 makin dekat.

Kali ini Anies mewakili kubu Prabowo, jika Prabowo tidak maju. Anies seolah reinkarnasi Prabowo zaman now.

Kenapa mesti Anies yang merepresentasikan Prabowo? Pertama, karena Anies adalah tokoh potensial yang saat ini punya kedekatan khusus dengan Prabowo. Kedua, resistensi Anies relatif kecil di kalangan kader Gerindra. Ketiga, Anies paling memungkinkan suaranya untuk melejit dan mengimbangi Jokowi. (wawancara Kompas Tv dengan J. Kristiadi/CSIS)

Pertarungan Anies vs Jokowi akan lebih menarik dibanding Jokowi dengan tokoh yang lain. Sama-sama muda dan mesinnya sudah panas. Keduanya memiliki konstituen yang konsisten dan bergairah. Para pendukung inilah yang selama ini memeriahkan dunia medsos dengan berbagai meme, karikatur, video dan tulisan.

Tidak seperti perseteruan Anies vs Ahok di pilgub DKI yang dikesankan sarat dengan tafsir ideologi dan agama, pertempuran Anies vs Jokowi di pilpres 2019, jika benar-benar terjadi, akan lebih menekankan pada design konseptual dan koreksi/track record kinerja. Ini akan lebih berkualitas dan bermutu. Disinilah Aniesers dan Jokowers akan mendapatkan suplai vitamin yang mencerdaskan dalam pertempuran.

Penulis: Tony Rasyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Sumber :Portal Islam 

DSKS Minta Dalang di Balik Penyerangan Para Ulama Ditelusuri

DSKS Minta Dalang di Balik Penyerangan Para Ulama Ditelusuri


Ketua DSKS, Ustadz Muinudinillah Basri

10Berita, SOLO – Menanggapi fenomena ‘orang gila’ menyerang para ulama, Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) Ustaz Muinudinillah Basri mengimbau umat Islam agar waspada dan senantiasa menjaga para ulamanya.

“Konsolidasi, jaga para sabilah, tingkatkan tawakal,” katanya kepada Jurnalislam.comusai acara Solo Quran Hour di Masjid Agung, Surakarta, Ahad, (11/2/2018).

Ustaz Muin, sapaannya, mengatakan, apa yang saat ini dialami para ulama terutama di Jawa Barat merupakan ujian dari Allah. Namun, katanya, ia mendesak umat Islam untuk menelusuri dalang di balik peristiwa tersebut.

“Itu cobaan untuk sabillah, namun harus tetap Istiqomah, dan ujian bagi kita, para pemuda untuk menjaga ustaz dan ulama kita, dan paham siapa di balik itu semua,” papar Ustaz Muin yang juga pimpinan ponpes Ibnu Abbas Klaten ini.

Lebih lanjut, ia berpesan kepada umat Islam untuk memilih pemimpin umat yang bisa menjadi panutan sekaligus memberikan rasa aman kepada rakyatnya.

“Jadi kita harus memilih pemimpin yang bisa melindungi rakyatnya, semuanya,” pungkasnya.

Sumber : Jurnalislam.com

Syafi'i Ma'arif Berikan Reaksi Cepat Usai Gereja Diserang, Warganet: Saat Ulama Dibunuh Diam

Syafi'i Ma'arif Berikan Reaksi Cepat Usai Gereja Diserang, Warganet: Saat Ulama Dibunuh Diam

10Berita, Reaksi cepat Ahmad Syafi'i Ma'arif terhadap aksi penyerangan Gereja St. Lidwina di Sleman,  Yogyakarta, Ahad (11/2) jadi bumerang. Dia justru mendapat tanggapan negatif dari warganet karena sikap serupa tak dilakukannya saat ulama dibunuh.

Diwartakan, pria yang akrab disapa Buya Syafi'i itu mendatangi Gereja St Lidwina dan mengaku kecewa dengan peristiwa tersebut. 

"Harus ditelusuri betul siapa orangnya, apakah ada kelompok atau bergerak sendiri. Saya betul-betul kecewa berat," kata Buya Syafii seperti dikutip Detik.

Berita ini membuat warganet membandingkannya dengan respons Buya Syafi'i terhadap kasus penganiayaan dsn pembunuhan ulama.

Imam Malik‏ @ImamMalik3 

Saat ustadz dan ulama di serang bahkan sampai dibunuh biaya syafii kok meneng bae cangkemnya. Giliran non muslim yg diserang ente begitu kecewa

negeri para boneka‏ @daniswara02

@BuyaSyafii , sebenernya agamamu apa ya? Saat ulama, ustadz dihabisi kau diam. Saat gereja disatroni, kau bersuara. Shame on you

DeTe‏ @dtak88

Mas Syafi’i (maaf sy gak panggil buya), itu ulama dibunuh dan disiksa, ente diam saja. Sekarang 1 org di gereja kena bacok anda nyap-nyap… hallooooo !!!!!!!

Seperti diberitakan, pastor dan umat di Gereja St Lidwina pada pukul 07.30 WIB diserang  seorang pelaku yang belum diungkap identitasnya.

Umat yang sedang menghadiri misa terluka, begitu pula dengan Pastor Karl-Edmund Prier SJ, biasa dipanggil Romo Prier, yang sedang memimpin misa.

Sumber : Wajada 

13 Hal yang Menghalangi Kesuksesan Anda

13 Hal yang Menghalangi Kesuksesan Anda


1. Rasa malas
(malas bertindak, malas melakukan pekerjaan, dsb.)

2. Merasa memiliki sesuatu
(ah buat itu, gini aja sudah enak)

3. Rasa takut
(takut gak suskses, takut gak bisa, takut ga mampu)

4. Selalu berpikir negative dan berprasangka buruk
5. Tidak mau berpikir, Malas berpikir, otak jadi “mati”, akhir nya lemah.

6. Tidak punya tujuan hidup yang jelas, beserta langkah langkah nya

7. Selalu menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam

8. Merasa tidak beruntung atau di liputi kesialan

9. Suka menghabiskan waktu untuk hal hal yang tidak pada tujuan hidupnya

10. Suka membahas hal hal yang gak penting, sok jadi pahlawan

11. Minder dan tidak percaya diri, suka rendah diri

12. Merasa tidak menginginkan, (ah buat apa sih, toh aku gak membutuhkan itu)

13. Rasa tidak percaya, masak sih aku bisa? Paling paling ya ga dapat itu, percuma juga aku usaha.

Sumber: Samian Pacing, Islamidia

Ketika Tuan Putri "Diseret" Ganjar Pranowo

Ketika Tuan Putri "Diseret" Ganjar Pranowo


10Berita, Kasus korupsi e-KTP memasuki babak baru yang makin WOW. Tuan Puteri, disebut Ganjar mendapat laporan tiap perkembangan pembahasan e-KTP. Tuan Putri, ketika itu menjabat ketua fraksi.

Tuan puteri yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung, mendapat ganjaran dari Ganjar Pranowo. Ganjar, berbaik hati dalam sidang menjelaskan bahwa dirinya sebagai "Petugas Partai" selalu melaporkan perkembangan proyek e-KTP kpd juragannya, Tuan Putri Puan Maharani.

Nyanyian Ganjar ini, melengkapi not balok yang sudah ditekan Novanto. Nampaknya, efek bola karambol yang disodok Novanto ke Ganjar kini melingkar dan memantul ke Puan Maharani.

Pengakuan Ganjar ini, semakin meneguhkan kesimpulan publik bahwa semua partai terlibat dalam proses penggarongan duit rakyat di kasus e-KTP. Garong-garong dewan ini, bersama-sama GENDUREN (kenduri/ngariung) di proyek e-KTP.

Sebelumnya, dalam dakwaan Jaksa KPK terhadap Irman dan Sugiharto, disebutkan ada dugaan duit Rp150 miliar mengalir ke Golkar, Rp150 miliar ke Demokrat, dan Rp80 miliar ke PDIP dlm proyek e-KTP. Adapun partai2 lain turut diperkaya senilai Rp80 miliar dari proyek tersebut.

Kembali ke Tuan Putri, nampaknya Tuan Putri mulai pasang kuda-kuda. Ganjar mulai menggelantung, cari pegangan agar tidak tenggelam sendirian terbawa arus besar korupsi e-KTP.

Ganjar menggunakan tali "LAPOR" ke tuan puteri, untuk mengikat Tuan Putri, tentu saja dalam hal ini juga mengikat Mak Banteng, agar kelak jika ada sesuatu bisa turut serta melindunginya.

Jika Ganjar merasa dilepaskan, tidak dilindungi, merasa terjepit, bisa-bisa tali "LAPOR" ini dikembangkan oleh Ganjar dengan bahasa "TELAH KIRIM BERKAT HASIL NGARIUNG KORUPSI E KTP" kepada juragannya.

Ganjar bisa mengeluarkan pengakuan, dirinya hanyalah petugas partai yang diutus untuk ikut kenduri agar dapat bagian jatah berkat e-KTP. Sementara, berkat itu tidak dinikmati sendiri, sebagian tentu saja dikirim kepada juragannya.

Kawan bisa lupa kenal, sahabat bisa jadi amnesia, yang ikut makan bersama dan terbiasa tidur bersama juga bisa hilang ingatan. Semua bisa saja cari aman, ambil langkah seribu, lari sendiri-sendiri.

Oh Tuan Putri, mungkinkah KPK juga akan memetik dikau. Dosakah hamba, mencoba mendedah fakta mengungkap peristiwa ?

Astaghfirullah, inilah lingkaran syaiton. Inilah realita demokrasi. Demokrasi adalah sistem dari, oleh dan untuk koruptor. Demokrasi dipimpin dan dijalankan oleh kumpulan maling, Garong dan para perompak uang rakyat.

Inilah sistem dan pemimpin yang telah merusak umat ini. Wahai umat, tidakkah engkau tergerak untuk segera mencampakkan demokrasi?

Penulis: Nasrudin Joha

Sumber :Portal Islam 

Kekerasan Pemuka Agama, Kebencian Atas Dasar Sentimen Agama

Kekerasan Pemuka Agama, Kebencian Atas Dasar Sentimen Agama

Itu berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

10Berita , JAKARTA -- Ketua PBNU Bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan menilai, kekerasan yang menimpa pemuka sejumlah tokoh agama menyiratkan adanya kebencian atas dasar sentimen agama. "Peristiwa-peristiwa itu menyiratkan adanya kebencian atas dasar sentimen keagamaan," kata Ketua PBNU Bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan Robikin Emhas dalam keterangan tertulis, Ahad (11/2).

Dia menegaskan, kekerasan terhadap pemuka agama manapun harus dihentikan dan dijauhi. Pasalnya, kekerasan, apalagi teror, radikal dan ekstrim, bertentangan dengan ajaran Islam dan perilaku Nabi Muhammad SAW.

Robikin menegaskan, Radulullah SAW tak pernah melakukan atau mentolerir sikap ekstrim dan radikal. Rasulullah SAW selalu menekankan tidak boleh ada kekerasan dalam agama. Sebaliknya, tidak ada agama di dalam kekerasan. "Artinya, kalau ada kekerasan berarti itu bukan agama," ujar dia.

Dia berhadap, pihak berwajib dapat mencegah dan menghentikan kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama, apalagi didasari kebencian atas dasar sentimen keagamaan. Hal itu berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa yang berujung pada gangguan keamanan serius.

"Dalam momentum tahun politik 2018 dan 2019, mari kita buktikan Indonesia mampu melakukan sirkulasi kekuasaan dengan cara-cara beradab," tutur Robikin.

Belum genap sebulan, terjadi empat kekerasan beruntun terhadap tokoh dan pemuka agama. Kekerasan pertama menyasar KH Umar Basri, tokoh NU dan Pengasuh Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Bandung, Jawa Barat pada 27 Januari 2018. Serta, HR. Prawoto, Komandan Brigade PP PERSIS di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat pada 1 Februari 2018.

Pagi ini (11/2), terjadi lagi serangan terhadap Romo Edmund Prier beserta jemaatnya dan petugas polisi di Gereja St. Lidwina Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kekerasan juga terjadi terhadap Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten pada 7 Februari 2018. "Apapun alasannya, kekerasan tak bisa dibenarkan," ujar dia.

Sumber : Republika.co.id

Aher Minta Ulama di Jabar Jaga Agama, Aqidah, dan Negara

Aher Minta Ulama di Jabar Jaga Agama, Aqidah, dan Negara

Dalam konteks keagamaan, Jabar di pandang sebagai provinsi paling kokoh.

10Berita , BANDUNG -- Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menggelar pertemuan dengan ulama se-Jabar di Gedung Sate, Ahad (11/2). Pertemuan ini digelar untuk melakukan konsolidasi antara pemerintah dengan ulama se-Jabar yang tergabung dalam MUI baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai ke desa.

"Dengan semua Ormas islam, mari kita jaga agama ini, aqidah ini, Ahlusunah ini dan negara ini," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher.

Aher merasa bangga pada masyarakat Jabar. Karena, dalam konteks keagamaan, Jabar di pandang sebagai provinsi paling kokoh kegamaannya. Itu, merupakan hasil survei.

"Itu bukan kata saya ya tapi kata survei. Harapan saya, mari terus kita jaga dengan keislaman dan keaqidahan yang paling kokoh," katanya.

Aher pun berharap, semua ulama bisa menjaga situasi kondusif di masyarakat dengan terus membimbing masyarakat dengan agama yang benar dan bernegara dengan baik. "Supaya beragama dan bernegara seiring dan sejalan. Seiring sejalannya agama dan negara akan terarah," katanya.

Aher pun ingin mencari tempat luas yang bisa menampung banyak ulama. Kemungkinan, dia akan menggunakan gedung Sabuga untuk mengundang 626 MUI ditambah dengan ulama yang ada di desa dan kelurahan yang berjumlah 5.905.

"Kami akan kuote deklarasi bersama-sama. Jabar akan tampil jadi provinsi aman. Kalau ada kejadian seperti kemarin, respons dengan cepat jangan sampai ada fitnah di umat ini," katanya.

Aher pun menyatakan, ikut berbela sungkawa dengan kejadian ulama yang dianiaya. Bahkan, hingga menyebabkan seorang ulama meninggal dunia. "Insya allah, ulama itu sahid akan disambut bidadari. Saya ikut bela sungkawa pada pesantren," katanya.

Menurut Aher, ia memperoleh informasi kalau orang yang menganiaya KH umar Basri infonya benar-benar gila. Tapi, sedang ditelusuri, apakah ada yang menyuruh atau tidak sedang diperiksa. "Kalau Ust Prawoto, pelakunya hanya stress gangguan kepribadian tapi dia tak gila jadi akan kena persolaan hukum," katanya.

Sumber :Republika.co.id