OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 27 Februari 2018

Letjen (Purn) Suryo Prabowo: Jangan Bohongi dengan Pencitraan Tak Ada Pengawalan Khusus Presiden

Letjen (Purn) Suryo Prabowo: Jangan Bohongi dengan Pencitraan Tak Ada Pengawalan Khusus Presiden


“Tanpa Pengawalan Khusus, Jokowi Tonton Film Dilan 1990”

“Video Presiden Jokowi Tonton Film Dilan 1990 Tanpa Pengawalan, Warga Berebut Foto Bareng”

Tak tampak ada pengawalan khusus ataupun persiapan khusus perihal kedatangan Jokowi in

Link:

– http://wow.tribunnews.com/2018/02/25/tanpa-pengawalan-khusus-jokowi-tonton-film-dilan-1990
– http://www.tribunnews.com/seleb/2018/02/26/video-presiden-jokowi-tonton-film-dilan-1990-tanpa-pengawalan-warga-berebut-foto-bareng

***

BENARKAH Presiden Nonton Dilan TANPA PENGAWALAN KHUSUS?

Letnan Jenderal (Purn) Suryo Prabowo membuktikan bahwa itu hanya berita PENCITRAAN.
Mantan Kepala Staf Umum TNI ini bahkan menyertakan bukti

foto-foto Paspampres yang mengawal Presiden Jokowi saat menonton Dilan.

Perwira TNI AD korps Zeni alumni AKABRI (sekarang Akmil) tahun 1976 ini mengatakan melalui akun facebooknya (27/2/2018):

“Tentu KEKANAK-KANAKAN

bila untuk hal yang seperti ini saja, media massa merasa perlu bohong.

Mau atau tidak, presiden harus aman.
Karena bila keselamatan jiwa presiden terusik, akan bisa terjadi konflik berdarah akibat saling tuduh, dan ujung-ujungnya rakyat juga yang akan menjadi korban.”

Jangan lah sistem pengamanan presiden dijadikan berita pencitraan untuk menggambarkan keberanian dan kesederhanaan siapa pun presidennya.”

Kalau kemarin Paspampres ‘ditabrakan’ ke Anies Baswedan, mosok sekarang masih juga ‘ditabrakan’ ke Dilan.

Jadi Prajurit Paspampres itu berat tauk,
Dilan aja gak kuat ….. huh !”

Demikian tegas Letjen (Purn) Suryo Prabowo.

[]

Sumber :portalislam

AJAIB! Saat Bangsa Indonesia DIBUNGKAM, Bangsa Lain yang Berteriak Lantang

AJAIB! Saat Bangsa Indonesia DIBUNGKAM, Bangsa Lain yang Berteriak Lantang


10Berita, Benny K. Harman, Ketua Panita Kerja RKUHP DPR dibuat gusar dengan usulan Pemerintah mengenai pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden dalam Revisi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP)

Pemerintah mengusulkan agar pasal penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden bersifat delik umum, artinya bila pasal tersebut diterapkan, ada konsekuensi bahwa aparat akan memproses kasus tersebut dengan atau tanpa pengaduan dari korban.

Sebaliknya, Benny berpendapat bahwa semestinya oasal tersebut bersifat delik aduan. Artinya, setiap orang yang menghina kepala negara harus diadukan terlebih dahulu oleh pihak yang merasa dirugikan atau korban sebelum bisa diproses penegak hukum.

Benny, yang juga anggota F-Demokrat di DPR, menilai Pemerintah belum menjelaskan secara tegas soal frasa penghinaan dan pembelaan diri dalam pasal tersebut. Maka, menurut Benny, sebaiknya penghinaan kepada Presiden dan Wakil Presiden bersifat delik aduan, bukan delik umum.

Pendapat Benny dibantah Prof. Harkristuti Harkrisnowo dari tim pemerintah yang berpendapat bahwa delik umum harus diterapkan dalam pasal tersebut karena pasal tentang penghinaan terhadap kepala atau wakil kepala negara sahabat bersifat delik umum.

Harkristuri khawatir akan timbul diskriminasi terhadap kepala negara Indonesia jika tidak setara dengan pasal penghinaan terhadap kepala negara asing.

“Saya merasa kita kok agak diskriminatif ya. Presiden sendiri tidak dihormati, tapi Presiden asing kita sembah-sembah,” cetus Harkristuti.

Meski akhirnya Benny terpaksa mengetuk palu tanda pasal tersebut bersifat delik umum seperti kehendak pemerintah, namun Benny memberi catatan khusus bahwa pasal tersebut akan dibahas kembali di tingkat panja DPR.

“OK, kalau gitu ini tetap menjadi delik umum ya,” ujar Benny di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 5 Februari 2018 lalu.

Kesepakatan antara Pemerintah dan DPR ini akhirnya memicu protes publik yang menilai bahwa pasal tersebut adalah ipaya pemerintah membungkam suara rakyat.

Tak berhenti sampai di situ. Media sosial pun mulai jadi ajang perburuan untuk membidik dan menciduk akun-akun yang dinilai menghina kepala negara.

Upaya "membungkam" suara rakyat Indonesia sepertinya menampakkan hasil. Beberapa akun telah berhasil ditundukkan dan ditumbangkan.

Namun redakah suara kritis itu?

TERNYATA TIDAK!

Karena, bungkamnya suara rakyat Indonesia ternyata membuat rakyat bangsa lain berani dengan lantang menyuarakan isi hati bangsa Indonesia.


Tengok saja tulisan tajam John Mcbeth yang berjudul "Widodo’s smoke and mirrors hide hard truths"  yang menguliti pencitraan Jokowi, artikel Nikkei Asian Review "Accidents mar Indonesia's fast-and-furious infrastructure program"  yang mempertanyakan kecelakaan infrastruktur di Indonesia, dan serangkaian kartun karya Onan Hiroshi, pria asal Okinawa yang sempat menggegerkan Indonesia karena telah menampar telak wajah Presiden terkait proyek kereta cepat Bandung-Jakarta.

Begitulah cara keadilan mencari jalannya sendiri. Satu dibungkam, yang lain akan bersuara lantang.

Maka pemerintah perlu ekstra hati-hati dalam membungkam suara rakyat Indonesia. Sebab, upaya membungkam suara rakyat akan membuat bangsa lain bersimpati dan bersuara lantang.

Jika ini terjadi terus, maka pemerintah Indonesia akan mendapat perhatian bahkan mungkin tekanan pihak internasional. Inikah yang diinginkan pemerintah?

Sumber :Portal Islam 

Didin: Tidak Perlu Standar Pendirian Pesantren

Didin: Tidak Perlu Standar Pendirian Pesantren

Selama ini, banyak alumni pesantren yang telah mengharumkan nama Indonesia.

10Berita , JAKARTA -- Pemerintah berencana menyusun regulasi tentang standar minimum dan izin pendirian pondok pesantren. Upaya ini agar pesantren di Indonesia bisa mengontrol ideologi ekstrem yang pernah terjadi di India, Bangladesh, dan Afganistan.

Cendikiawan Muslim KH Didin Hafidhuddin menolak, langkah pemerintah tersebut apabila pendirian standar pesantren dilatarbelakangi adanya paham ideologi ekstrem. Sebab, selama ini, banyak alumni pesantren yang telah mengharumkan nama Indonesia.

"Jangan lupa pesantren melahirkan tokoh masyarakat, banyak alumni yang punya akar positif terhadap bangsa. Kalau dianggap keras, jangan menjenaralisasi semua pesantren dan watak seseorang," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.iddi Jakarta, Selasa (27/2).

Didin mengatakan, pemerintah tidak perlu menitikberatkan pembuatakan kebijakan standar pendirian pesantren untuk meminimalisasi ideologi esktren. Justru, apabila kebijakan ini terealisasi, maka akan berpotensi menghilangkan daya kreativitas para santri.

"Jika regulasi itu terlalu berat, maka kreativitas akan hilang. Mereka ini para pengabdi tidak digaji juga, ada puluhan ribu santri di Indonesia ini," ungkapnya.

Sumber :Republika.co.id 

Gaji Kerap Habis di Tengah Bulan? Waspada 9+ Bocor Halus yang Bikin Kamu Selalu Merasa Kurang Uang!

Gaji Kerap Habis di Tengah Bulan? Waspada 9+ Bocor Halus yang Bikin Kamu Selalu Merasa Kurang Uang!

Hal-hal yang membuat seseorang selalu kekurangan dan susah menabung akibat pengeluaran kecil tapi sering

“Sis, pinjam duit dong, seratus ribu. Aku habis duit nih, udah sekarat! Plis bantuin ya…”

“Lah, Beb…kok cepet amat bokeknya? Bukannya kita baru gajian dua minggu lalu ya?”


Pernah mengalami baru saja gajian dan nggak merasa belanja apa-apa yang mahal tapi tahu-tahu tengah bulan isi saldo sudah sekarat? Nah lho, bisa jadi ini karena kamu nggak sadar sama bocor halus keuanganmu. Bocor halus keuangan adalah ‘kebocoran’ akibat pengeluaran kecil yang dianggap remeh sehari-hari tapi akibatnya bisa fatal karena duit jadi rembes terus, padahal mungkin kita punya pemasukan yang lumayan.

Advertisement

Mungkin terkesan sepele, tapi yuk kita coba hitung-hitungan sedikit deh. Dengan asumsi kamu makan di luar habis rata-rata 800.000 per bulan, belum ditambah ongkos parkir dan lain-lain kira-kira  selama 1 tahun berapa banyak uangmu bakal terbuang tanpa disadari?

Makan di restoran atau kafe                                      Rp 800.000Parkir di mal                                                                 Rp 50.000Jajan makanan ojek online                                        Rp 300.000Langganan yang tidak digunakan                            Rp 200.000Beli barang diskonan                                                  Rp 200.000

Jumlah penghematan per bulan                                  Rp­­­  1.550.000

Jumlah penghematan per tahun                                 Rp 18.600.000


Bayangkan seandainya kita bisa memangkas pengeluaran yang nggak perlu, kita bisa berhemat sampai 18 jutaan lebih per tahun. Jumlah segitu bisa digunakan untuk liburan, untuk menabung atau berinvetasi lho! Nah, biar kamu nggak terus mengalami bocor halus keuangan, 10 kebiasaan sepele ini sebaiknya kamu hindari mulai dari sekarang!

1. Malas mengumpulkan uang receh atau pecahan seribuan di kamar. Pas butuh bayar jajan atau parkir, harus mecahin duit besar gara-gara nggak punya stok duit kecil

Jangan sepelekan uang receh! via www.pexels.com

Advertisement

Sadar nggak, dibanding menyimpan uang seratus ribuan utuh, menyimpan uang recehan atau pecahan membuat kamu lebih boros karena belanja jadi nggak terkontrol karena ya di pikiran kita belanjanya cuma seribu atau lima ribu. Padahal kalau ditotal, bisa jadi kita jajan nggak penting sampai lima puluh ribu sehari.

2. Suka tarik uang tunai di ATM beda bank atau nggak pernah mau ribet meminta bank yang sama saat mau transfer uang

Jangan malas cari ATM yang sama dengan bank kamu via lenews.ch

Meski terkesan sepele, coba kalkulasikan deh berapa banyak uang tujuh ribuan yang dipotong bank itu kamu relakan begitu saja?

3. Suka kepincut ajakan teman untuk jajan padahal sudah makan atau ikut-ikutan pesan makanan pakai ojek online padahal masih kenyang

Lapar mata melulu via techcrunch.com

Kesulitan menahan nafsu makan juga bisa jadi penyebab bocor halus keuangan lho. Jajan 15.000 perak tapi tiap hari, kira-kira seminggu sudah habis berapa, Sis?

4. Suka tergiur diskon untuk barang berkualitas rendah atau malah sebenarnya nggak butuh-butuh amat

Belanja melulu padahal udah tongpes via www.gettyimages.com

Stop kebiasaan suka jajan barang diskon nggak penting. Masih banyak sepatu tapi ada diskon gede-gedean di mal? Hati-hati berujung pada belanja impulsif ya, guys.

5. Gengsi minta kembalian, padahal kamu berhak lho. Nggak usah takut dibilang pelit, toh itu hak kita ‘kan?

Kembalian besar atau kecil, minta aja kalau memang perlu via www.thoughtco.com

Kecuali kamu memang sudah bertekad jadi seorang filantropis, jangan terlalu gengsi saat penjual lupa memberikan uang kembalian seribu atau dua ribu rupiah (bahkan 500 perak). Duit segitu kalau dikumpulin lumayan ‘kan?

6. Enggan berburu paket pulsa internet murah. Sepele tapi yakinlah kalau tiap bulan dilakoni pasti terasa signifikan bedanya

Rajin cari tahu tempat jual paket murah via www.pexels.com

Internet sekarang posisinya sudah hampir setara dengan pulsa telepon, sama-sama sangat penting. Jadi biar kesejahteraan tetap terjaga, jangan malas mencari promo atau beli paket pulsa internet murah ya.

7. Suka memesan minum saat makan di luar. Ya kalau sesekali sih mungkin nggak apa-apa, tapi kalau setiap makan pesan minum terus, bisa bangkrut bandar

Kadang suka tergoda minum di luaran via www.pexels.com

Ya mungkin nggak akan bangkrut beneran sih, tapi alangkah lebih hemat lagi kalau kamu bawa botol minum sendiri. Sudah hemat, lebih higienis pula ‘kan?

8. Lebih mementingkan harga murah daripada kualitas saat membeli barang esensial. Padahal awetnya beda jauh!

Sebaiknya beli yang berkualitas tapi tetap sesuai dengan daya beli kamu ya via www.pexels.com

Lebih baik agak sabar sedikit menabung untuk beli barang  berkualitas tapi awet dipakai daripada beli sesuatu yang sebulan sudah buluk dan rusak. Misalnya nih kayak sepatu atau tas, mending beli yang agak mahal tapi bagus daripada abal-abal tapi habis itu minta diganti lagi.

9. Ogah masak di rumah dan sukanya makan di luar. Hati-hati, ini salah satu bocor halus paling besar akibatnya lho

Ngafe murah tapi kalau berkali-kali sama saja borosnya via www.pexels.com

Setiap hari nongkrong di kafe dan mall. Makan sekali duduk Rp 30.000 saja kalau dikali berapa hari dampaknya lumayan bikin dompet sekarat lho. Coba jatahkan waktu nongkrong sebulan berapa kali, biar pengeluaran lebih terkontrol.

10. Kurang bijak saat memanfaatkan fasilitas. Misalnya nih, langganan internet dan tv komplit, padahal tv juga sebenarnya jarang nyala di rumah

Yuk lebih pintar lagi hitung-hitungannya! via www.pexels.com

Kalau kamu cuma butuh internet, mending fokus berlangganan internet saja daripada mubazir menggunakan paketan yang nggak digunakan maksimal.

Ingat, bocor halus bisa terjadi saat kamu melakukan pengeluaran yang terkesan kecil tapi karena dilakukan terus menerus jadi menumpuk dan bahayanya kalau sampai jumlahnya melampaui 5% penghasilan bulanan kamu. Ya memang nggak ada salahnya sih memanjakan diri sesekali dengan jalan-jalan dengan sahabat atau membeli barang yang sudah lama kamu idamkan. Tapi ingat untuk selalu mengontrol uang agar tak terbuang percuma demi hal yang bahkan kamu lupa buat apa. Lebih para lagi kalau bocor halusnya dimodali hutang (baca: kartu kredit). Yuk, lebih cermat lagi dalam mengelola keuangan, biar nggak bokek terus di tengah bulan~

Sumber : Hipwee

Buku Langka Paling Dicari “Buku Merah Tolak Kenaikan Harga BBM”

Buku Langka Paling Dicari “Buku Merah Tolak Kenaikan Harga BBM”


10Berita, Tercatat dalam 2 bulan di tahun 2018, sudah tiga kali terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Kenaikan harga BBM pertama kali tanggal 13 Januari, kemudian tanggal 20 Januari dan yang terbaru tanggal 24 Februari 2018 kemarin.

Bahan bakar yang mengalami kenaikan harga adalah Pertamax yang naik Rp 300. Kemudian Pertamax Turbo naik sebesar Rp 500 dan Dexlite naik Rp 600 serta Pertamina Dex naik Rp 750.

Sontak publik terhenyak.

Di media sosial kencang menyoroti kenaikan harga BBM ini.

Bahkan warganet menyindir salah satu partai yang dulu saat masih jadi oposisi sangat berisik dan kencang sekali menolak kenaikan harga BBM. Bahkan sampai mengeluarkan BUKU MERAH Tolak Kenaikan harga BBM.

[30 Maret 2012]
PDIP Luncurkan Buku Merah Tolak Kenaikan Harga BBM
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/03/30/pdip-luncurkan-buku-merah-tolak-kenaikan-harga-bbm

Buku keluaran tahun 2012 inilah yang sekarang dicari-cari warganet.

“Kapan PDIP mengeluarkan “BUKU MERAH” Menolak kenaikan BBM lagi?? kami rindu sikap kritis nya saat menjadi Oposisi!” kicau akun @kian_sensitive.

Netizen yang lain menanyakan kepada Oneng Rieke Diah politisi PDIP.

“Neng @riekediahp tuh ada yg tanyain buku merah, jangan cuma bisa nyalonin JKW 2 periode sambil nyanyi2, idealis Mpok Oneng dimana sekarang?” sentil @DadangSupratman.

Kapan PDIP mengeluarkan ” BUKU MERAH ” Menolak kenaikan BBM lagi?? kami rindu sikap kritis nya saat menjadi Oposisi! #BukuMerahPDIPpic.twitter.com/0WRlmFN4pA

— Kian_Sensitive (@kian_sensitive) February 27, 2018


Neng @riekediahp tuh ada yg tanyain buku merah, jgn cuma bisa nyalonin Jkw 2 periode sambil nyanyi2, idealis Mpok Oneng dimana sekarang?

— kang dadangs (@DadangSupratman) February 27, 2018


Gmn mbak @riekediahp en om @budimandjatmiko@PDI_Perjuangan kita rindu lho dgn sikap kritis kalian dulu sblm dapet tempat enak en nyaman, apakah skrg sudah lupa dgn rakyat ???

— Ayahdiar (@ayahdiar) February 27, 2018


Sumber: portalislam

Besok, 28 Februari 2018 Batas Akhir Registrasi SIM Card Prabayar

Besok, 28 Februari 2018 Batas Akhir Registrasi SIM Card Prabayar


10Berita, Program registrasi SIM card prabayar yang dimulai sejak 31 Oktober 2017 akan mencapai batas akhir di esok hari, rabu (28/2/2018).

Selama itu pula, pada saat ini berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), tercatat sudah ada 294.860.089 nomor yang teregistrasi dari 360 juta SIM card yang diperkirakan beredar di Tanah Air.

Sejatinya program registrasi nomor kartu seluler prabayar ini sudah dicanangkan pemerintah sejak 2005. Namun, ketika itu program tersebut tak berjalan dengan mulus.

Sedari 2005 terjadi beberapa kali perubahan aturan, hingga sekarang ini yang melibatkan dan verifikasi dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Terbaru, pelanggan prabayar harus memvalidasi nomornya dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga (KK).

“Sudah (lebih) 11 tahun perjalanan untuk implementasi prabayar. Jadi, ini bukan baru tapi kebijakannya sudah 11 tahun tapi memang harus realistis melakukan ini, tergantung pada ekosistem juga tergantung pada proses sosialisasi kepada masyarakat,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, ketika menggalakan program registrasi SIM card prabayar, Rabu (11/10/2017).

Menurut Rudiantara, proses sosialisasi selama lebih dari 11 tahun itu sudah lebih dari cukup. Registrasi ini dikatakan sebagai upaya pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan nomor pelanggan, terutama pelanggan prabayar sebagai komitmen melindungi konsumen dan untuk kepentingan national single identity.

Penetapan ini diatur dalam Peraturan Menteri Kominfo Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi, yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Peraturan Menkominfo Nomor 12 Tahun 2016 tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi.

Ada berbagai cara melakukan registrasi prabayar bagi pelanggan lama dan baru ini. Masyarakat bisa melakukannya sendiri dengan cara mengirim SMS ke 4444 sesuai dengan format masing-masing operator seluler.

Bagi yang melakukan registrasi prabayar ke nomor 4444, ini dia format tiap masing-masing operator. Perlu jadi catatan, registrasi lewat SMS ini tidak dipungut biaya alias gratis.

Pelanggan Baru
Telkomsel: SMS Reg(spasi)NIK#Nomor KK#
XL Axiata: Daftar#NIK#Nomor KK
Indosat Ooredoo: NIK#Nomor KK#
Smartfren: NIK#Nomor KK#
Hutchison 3 Indonesia (Tri): NIK#Nomor KK#

Pelanggan Lama
Telkomsel: Ulang(spasi)NIK#Nomor KK#
XL Axiata: Ulang#NIK#Nomor KK
Indosat Ooredoo: Ulang#NIK Nomor KK#
Smartfren: Ulang#NIK#Nomor KK#
Hutchison 3 Indonesia (Tri): Ulang#NIK#Nomor KK#

Pelanggan juga dapat melakukan registrasi dengan mendatangi gerai masing-masing operator seluler. Persyaratannya sama, menyertakan informasi NIK dan KK, serta tidak perlu mengungkapkan nama ibu kandung yang dinilai riskan untuk dibeberkan.

Selain itu, bisa melalui website dan call center operator. Pemerintah beserta operator menyediakan alternatif lain dalam registrasi prabayar, yakni melalui website, call center, dan gerai operator masing-masing.

– Untuk pelanggan kartu Telkomsel: https://mobi.telkomsel.com/ulang
– Untuk pelanggan kartu Indosat Ooredoo: https://indosatooredoo.com/id/personal/support/knowledge-management-system/faq-registrasi
– Untuk pelanggan XL Axiata: https://www.xl.co.id/registrasi
– Untuk pelanggan Hutchison 3 Indonesia (Tri): https://registrasi.tri.co.id/
– Untuk pelanggan Smartfren: https://my.smartfren.com/prepaid_reg.php

sumber: detik

Impor Beras, 'Cerdik' Tapi Sadis!

Impor Beras, 'Cerdik' Tapi Sadis!


Oleh: Edy Mulyadi*

10Berita, Ibarat saluran listrik, huru-hara soal beras yang terjadi beberapa hari ini sekali lagi menunjukkan ada yang korselet dari kebijakan Pemerintah. Menjelang panen raya, Pemerintah justru mengimpor beras. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 500.000 ton.

Alasan impor juga menunjukkan korseleting Pemerintah. Katanya, untuk menekan harga beras yang tinggi. Kasihan rakyat kalau harga beras tinggi. Itulah sebabnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman berkata, impor beras wujud kecintaan Presiden kepada rakyat. Lucu bin menggelikan!

Kritik pun deras berhamburan. Impor beras membuat petani menjerit. Pasar yang banjir dipastikan membuat harga beras petani bakal hancur. Itulah sebabnya banyak kepala daerah terang-terang menolak masuknya beras impor. Pasalnya, panen raya di daerah mereka sebentar lagi berlangsung. Mereka tidak mau petani yang mestinya gembira saat panen, malah jadi berduka karena harga beras mereka terjun. Ini baru bener.

Eh, tiba-tiba Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengatakan, yang diimpor beras khusus tapi akan dijual setara dengan harga beras medium. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, menambahkan impor beras untuk keperluan lain, bukan untuk kepentingan umum.Beras khusus yang diimpor tidak ditanam di dalam negeri. Jika tujuannya untuk mengendalikan harga beras medium, kenapa mengimpor beras khusus?  Korselet lagi.

Seperti ingin nimbrung ke dalam arena korselet, Wakil Presiden Jusuf Kalla bilang beras impor sebanyak 500.000 ton itu akan habis hanya dalam tempo seminggu. “Jangan lupa bahwa konsumsi kita per bulan itu 2,5 juta ton beras. Jadi (impor) ini hanya untuk konsumsi seminggu,” ujar JK di kantornya, Senin (15/01).

Komisinya besar

Impor beras sudah lama menjadi solusi instan atas masalah perberasan nasional. Alasannya selalu saja klasik dan seolah-olah mulia sekali, untuk memperkuat stok nasional. Untuk menurunkan harga beras agar rakyat bisa menjangkau. Tapi, benarkah demikian?

Ekonom senior Rizal Ramli yang pernah menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) era Presiden Gus Dur punya pendapat berbeda. Impor beras bukanlah solusi bijak, apalagi satu-satunya, bagi masalah perberasan nasional. Impor beras adalah cara gampang koalisi penguasa dan pengusaha memgeruk keuntungan dalam jumlah jumbo.

“Ada fee cukup besar dari tiap impor beras. Angkanya berkisar US$20-US$30 per ton alias Itulah sebabnya para pejabat sangat bersemangat mengimpor beras. Mereka mengantongi komisi yang sangat besar. Mereka juga tidak peduli bahwa impor beras itu memukul petani yang kehidupannya sudah sulit,” tukas Rizal Ramli, berang.

Soal angka-angka ini memang benar menggiurkan. Saat ini harga beras medium asal Thailand dan Vietnam hanya Rp4.500/kg. Setelah sampai di Indonesia, harga beras impor itu berkisar Rp5.000/kg. Padahal, harga jenis medium di pasar sudah di atas Rp9.000-11.000/kg. Bayangkan, minimal ada selisih harga Rp4.000/kg.

Sekarang, kalikan keuntungan yang minimal Rp4.000/kg tadi dengan volume impor yang 500.000 ton. Hasilnya, Rp2 triliun. Yang Rp2 triliun itu minimal, lho. Kalau selisih harganya Rp5.000, Rp6.000? Hmmm… Jadi, kalau para pengusaha harus menggelontorkan duit Rp150 miliar-Rp200 miliar buat para pejabat. Itu mah keciiiilll… Terjawab sudah mengapa pengusaha dan penguasa getol mengimpor beras. Tidak terkecuali JK. Selain jadi Wapres, dia kan juga pengusaha, lho.

Orang boleh tidak suka dengan Presiden Soeharto. Tapi, fakta menunjukkan selama 32 tahun berkuasa, nyaris tidak pernah sekali pun terjadi gejolak beras. Rakyat selalu happy, karena bisa membeli beras pada harga terjangkau. Petani pun demikian. Menjadi petani padi memang tidak bisa membuat mereka kaya-raya. Namun kebijakan harga padi yang ditetapkan Pak Harto bisa membuat petani tersenyum.

Pada masa Soeharto pula Indonesia pernah swasembada beras dan menyabet penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO). Di masa Penguasa Orde Baru itu, Indonesia bahkan bisa mengekspor beras ke Vientam. Sebaliknya kini, 500.000 ton impor itu didatangkan dari Vietnam dan Thailand.

Anehnya, untuk urusan segenting ini, Enggar justru dengan mantap menegaskan bahwa kebijakan impor beras merupakan diskresi dirinya. Itulah sebabnya dia merasa tidak perlu dilaporkan kebijakan tersebut kepada Presiden Joko Widodo. Korselet lagi?

Keberpihakan

Kunci politik perberasan nasional bermula dari keberpihakan kepada petani. Kalau Pemerintah tidak berpihak kepada petani, maka kebijakan korselet semacam ini akan selalu berulang dan berulang. Apesnya, pasca reformasi boleh disebut Bulog tidak berperan sebagai bufferstock dan stabilisator harga beras sebagai seharusnya.

“Biasanya stok cadangan Bulog sekitar 2 juta sampai 2,5 juta ton. Ini penting. Kalau harganya naik terlalu tinggi, Bulog segera operasi pasar, menjual ke pasar-pasar supaya harga turun lagi. Dengan stok 2 juta ton, Bulog bisa menstabilkan harga 30 juta ton beras di seluruh Indonesia. Tapi syaratnya Bulog harus aktif. Nah ini celakanya, Bulog tidak aktif,” ujarnya.

Sebagai Kepala Bulog, lelaki yang juga pernah menjadi Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan di era Gus Dur itu banyak melakukan terobosan. Di kantornya ada sistem yang memantau pergerakan harian harga di pusat-pusat perdagangan beras. Kalau di Pasar Induk Cipinang harganya sudah naik Rp50/kg, artinya sudah  lampu kuning yang harus diwaspadai. Bila naik hingga Rp100/kg, maka menjadi semacam alarm. Rizal Ramli segera memerintahkan Bulog membanjiri pasar. Harga pun turun kembali ke titik normal.

Keberpihakan kepada petani itulah yang ditunjukkannya. Dia perintahkan para Kepala Depot Logistik (Dolog) meningkatkan pembelian gabah, bukan beras, dari petani. Perintah  khusus ini untuk mencegah pat-gulipat pejabat Dolog dengan tengkulak. Pada praktiknya, para tengkulak membeli beras petani, kemudian dioplos dengan beras impor, lalu dijual ke Bulog. Akibatnya, beras yang dihasilkan petani cuma sebagian kecil yang diserap Bulog.

Rizal Ramli juga kerap turun ke lapangan, ke desa-desa untuk bertemu dengan para petani. Kebijakan yang mengharuskan Dolog membeli padi petani terbukti sangat efektif dan menguntungkan rakyat kecil. Efektif karena gabah lebih tahan lama disimpan di gudang-gudang Bulog ketimbang beras. Menguntungkan petani di desa-desa, ketika harga gabah cenderung turun saat panen, Bulog terjun menyerap dengan patokan harga dasar yang optimal.

Sebaliknya, pada masa paceklik, gabah simpanan itu langsung digiling di desa-desa. Kenaikan harga bisa diredam. Pada saat yang sama, ekonomi desa jadi menggeliat, hidup. Penggilingan padi milik pengusaha kecil desa dapat job. Ada buruh yang bekerja. Ada penghasilan yang dibawa pulang untuk anak istri.

Jadi, pertanyaannya, kenapa impor beras terjadi saat menjelang panen raya? Motif mengeruk untung segede-gedenya, sudah pasti. Motif politik? Bisa jadi.

Jangan lupa, saat kampanye Capres 2014 silam Jokowi menyatakan, petani harus dimuliakan. Harus stop impor. Bukan cuma impor beras. Dia juga berjanji, kalau terpilih menjadi Presiden, akan menyetop impor daging, stop impor kedelai, sayur, buah, dan ikan. Alasannya, Indonesia punya semua itu, dan berlimpah-ruah.

Mungkinkah para pemburu rente ekonomi dan politik itu tengah memainkan jurus untuk mengeruk keuntungan instan sekaligus menjatuhkan elektabilitas Jokowi? Sangat mungkin. Dengan isu ini, Jokowi akan lebih mudah dihempaskan pada laga Capres 2019. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Cerdik, memang. Tapi serakah dan sadis! [syahid]

*Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)

Sumber :Voa-islam.com

Ust Felix Siauw: Mengapa Ulama Dibidik

Ust Felix Siauw: Mengapa Ulama Dibidik


Mengapa Ulama Dibidik

Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mencabut ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, maka manusia akan mengangkat pemimpin dari orang-orang yang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.” – HR Bukhari

Hadits ini setidaknya memberikan kita sebuah keterangan. Bahwa tugas ulama adalah mendidik dan membina ummat, dengan ilmu yang Allah titipkan kepada mereka

Maka saat Allah ingin mencabut ilmu itu dari manusia, Allah mewafatkan para ulama, hingga tak ada lagi yang menuntun manusia dengan ilmu dan adab yang baik

Meskipun masih tersisa buku, sebab buku tak bisa mencontohkan adab dan akhlak yang baik, hanya ulama yang mampu, sebab itulah pendidikan karakter hanya bisa dilakukan lewat ulama salih

Dan apa yang terjadi ketika ilmu itu sudah tak lagi ada sebab wafatnya ulama? Rasul menyatakan dengan tegas, “akan diangkat pemimpin dari kaum yang bodoh”, begitu adanya jika ilmu sudah tak ada

Lalu pemimpin yang jahil yang lahir dari kaum yang bodoh ini dijadikan rujukan oleh manusia, fatwanya sesat dan menyesatkan. Dan ini semua diawali hilangnya ulama

Hal ini sangat dipahami oleh musuh-musuh Islam. Karenanya mereka berusaha “menghilangkan” ulama dengan berbagai cara. Dari kriminalisasi, stigmatisasi, sampai orang gila yang jelas targetnya

Sebab saat ummat tak lagi percaya pada ulamanya, mereka akan mudah dikendalikan untuk syahwat dan kepentingan mereka yang munafik dan kafir, sebab mereka tak lagi punya ilmu dan iman

Tanda-tandanya sudah terlihat, perbuatan keji dan nista dicoba untuk dianggap wajar. Perbuatan kaum Nabi Luth, perzinaan, dianggap biasa, tanda-tanda jelas

Maka saat masih mampu, pelajari ilmu dari ulama-ulama kita. Hari ini kita masih bisa mengakses dengan berbagai cara, termasuk media sosial, besok bisa jadi belum tentu dibiarkan oleh musuh-musuh Islam

Maka selagi bisa, selagi ada masa, jangan buang waktu lagi, bina diri kita dengan Islam, dekati para ulama, sebab hanya adab dan ilmu agama, yang akan jadi tuntunan

Sumber : Dakwah media 

SAAT PENGUASA TERUSIK KRITIK, DEMOKRASI TAK BERKUTIK

SAAT PENGUASA TERUSIK KRITIK, DEMOKRASI TAK BERKUTIK



Oleh: Hafshah Damayanti,SPd.
(Women Movement Institute)

Kontroversi pengesahan UU MD3 oleh DPR menuai keresahan di tengah-tengah masyarakat. Beberapa pengamat politik pun menyatakan kegundahannya bahwa hal ini mencerminkan DPR anti kritik. Bahkan dibeberapa pasalnya menujukkan mental feodal di kalangan DPR untuk mendapatkan keistimewaan. Diantaranya pasal 122 huruf(k). Pasal itu berbunyi, MKD bertugas mengambil langkah hukum dan atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan DPR dan anggota DPR. http://nasional.kompas.com/read/2018/02/17/11493051/pengamat-uu-md3-memang-seperti-zaman-feodal.

Seolah tak mau kalah, lembaga eksekutif di negara ini pun ingin menghidupkan pasal penghinaan presiden dan wakil presiden dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana(RKUHP) saat ini sedang digodok oleh Panja RUU KUHP. Pemerintah beranggapan pasal ini harus ada karena praktik demokrasi sudah kebablasan dan terlalu liberal. Menurut mereka sudah seharusnya simbol negara harus dihormati. meski pasal penghinaan presiden ini pernah dibatalkan oleh MK.

Demokrasi Tak Berkutik

Kekhawatiran masyarakat ketika UU MD3 dan pasal Penghinaan Presiden dalam KUHP berlaku, tidaklah berlebihan. Adalah hak dan kewajibannya rakyat untuk menilai dan mengoreksi kinerja pemerintah dan wakil rakyat sebagai pejabat publik. Apa jadinya jika hak dan kewajiban ini dihantui pasal karet yang multi tafsir sesuai dengan kepentingan rezim yang berkuasa. Tentu, rakyat pun berpikir seribu kali untuk mengoreksi penguasa, jika penguasa tak berkenan pidana pun jadi ancaman. Rakyat dipaksa memaklumi ketidakbecusan penguasa mengayomi. Cukuplah rakyat dipuaskan dengan kinerja sarat pencitraan yang tak berkorelasi pada kesejahteraan. Kondisi ini tentu bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Inilah ironi di negara yang konon sebagai negara percontohan demokrasi bagi negeri-negeri muslim lainnya. Dalam ilusi demokrasi, fungsi kritik dari publik sangat dibutuhkan oleh pemerintah sebagai check and balance. Kekuasaan negara harus diimbangi dengan pengawasan dan kritik masyarakat sipil. Termasuk DPR yang tidak boleh imun dari kritik tersebut. Namun, sekali lagi itu adalah ilusi. Rakyat tak bebas berpendapat jika tak disenangi penguasa dan pejabat. Kebebasan berpendapat menjadi slogan kosong jika menyangkut Islam dan umatnya. Sungguh! Demokrasi lah yang menjadikan penguasa dan kroninya sebagai berhala yang tak boleh dicela.

Muhasabah Penguasa Wajib!

Islam sebagai agama yang paripurna telah menjadikan penguasa (khalifah) atau pemimpin negaranya tidak alergi terhadap kritik dan muhasabah dari seluruh rakyatnya. Bahkan mengawasi jalannya pemerintahan merupakan hak dan kewajiban seluruh warga negara, baik muslim maupun non muslim. Meski suara dan aspirasi rakyat terwakili di dalam Majelis al-Ummah, rakyat tetap dipersilahkan mengoreksi penguasa dan pejabat negara lainnya. Kerena kewajiban untuk menegakkan yang makruf dan mencegah yang munkar bukan hanya tugas partai politik namun juga tugas semua rakyat. Bahkan Islam menjadikan keutamaan orang yang berdiri tegak mengoreksi dihadapan penguasa zalim sebagai penghulu syuhada. Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin para syuhada ialah Hamzah bin Abdul Mutthalib dan seseorang yang berdiri menentang penguasa yang zalim dan ia terbunuh karenanya.”(HR.Abu Dawud). Umat Islam dalam kehidupannya tidak takut kepada apapun selain kepada Allah Swt. Keimanan saja yang menjadi motivasi mereka untuk meluruskan kesewenangan penguasa.

Cukuplah sepenggal kisah dibawah ini menjadi bukti keagungan Islam dan penerapannya. Dituliskan dalam kitab Tarikh al-Khulafa’ karangan Imam Jalaluddin as-Suyuti. Suatu hari, Jariyah bin Qudama as-Sa’adi mengunjungi dan menasehati sang Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra. Ketika itu, tiga menteri Romawi juga sedang mengunjunginya.

“Wahai Mu”awiyah (dia tidak memanggil Mu’awiyah dengan sebutan Amirul Mukminin), ini pedangku menghadapimu. Aku pernah memberikan bai’at padamu, untuk mendengar dan mematuhimu, selama engkau memerintah kami dengan dasar firman Allah. Jadi, bila engkau penuhi janjimu, aku akan tetap setia padamu, dan bila engkau langgar janjimu, ingatlah bahwa di luar sana banyak ksatria bersenjata yang tidak akan tinggal diam melihat penyimpanganmu. Sesungguhnya tempat untuk penguasa yang buruk adalah di neraka.”

Sepeninggal Jariyah, salah satu menteri Romawi itu berkata: “Bagaimana bisa seorang Arab gurun yang kasar dengan perilakunya yang buruk bisa datang begitu saja dan memperlakukanmu seperti tadi, seakan-akan ia sejajar denganmu?” Mu’awiyah tersenyum dan menjawab: “Aku memerintah orang-orang yang tak kenal rasa takut dalam menegakkan kebenaran, dan semua rakyatku memiliki sifat seperti orang Arab gurun tadi. Tidak satu pun diantara mereka yang lemah dalam menegakkan kalimat Allah Swt, tidak ada di antara mereka yang diam melihat ketidakadilan, dan aku pun tidak berada diatas mereka, selain dalam masalah keimanan.”

Sungguh! Demokrasi tak akan mampu menorehkan kisah agung seperti di atas. Semua kebaikan yang dijanjikan Demokrasi adalah ilusi membawa kehancuran tak terperi bagi kehidupan. Sudah saatnya Islam menggantikan, memimpin peradaban yang agung nan gemilang.

Wallahualam bi ash shawwab.

Sumber : Dakwah media 

Agar Usaha Mendapat Berkah

Agar Usaha Mendapat Berkah

Niat yang utama ialah sebagai media untuk beribadah kepada Allah.

10Berita , JAKARTA — Agar kegiatan berwiraswasta tetap mendapat berkah, ada beberapa hal yang penting diperhatikan. Pertama, bagi seorang Muslim, mencari rezeki apa pun caranya, tak boleh tergelincir niatnya.

Niat yang utama ialah sebagai media untuk beribadah kepada Allah. Pentingnya niat, ditekankan dalam hadis riwayat Umar bin Khatab. “Se sungguhnya setiap amal perbuatan bergantung pada niatnya.”

Kedua, tidak menunda- nunda pekerjaan dan menyia-nyiakan pe luang. Bila peluang baik datang di pagi hari, hendaknya kesempatan itu di jemput tepat waktu. Apa lagi, sebagian keber kahan datang di pagi hari. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Turmudzi, Ibnu Ma jah, dan Abu Dawud.

Ketiga, mengedepan kan profesionalisme ker ja. Tiap-tiap pekerjaan yang ada di hadap an- nya dikerjakan dengan totalitas dan kesungguhan. Dengan demikian, akan mem buahkan hasil yang maksimal.

Hadis riwayat Al Baihaqi menyatakan demikian. Rasulullah pernah bersabda bahwa sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bersungguh-sungguh mengerjakan pekerjaannya.

Dan keempat, tetap proporsional. Bekerja boleh, tetapi tidak menghilangkan porsi ber ibadah kepada Allah. Kesibukan berusaha men cari nafkah, bukan berarti lantas mela laikan perintah agama.

Termasuk, dalam kategori ini, berbisnis di sektor yang dilarang oleh agama. “Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan, hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) di bang kitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15). 

Sumber : Republika.co.id