Ratusan Payung Canggih Naungi Jamaah di Nabawi
10Berita, MADINAH -- Masjid Nabawi tak pernah melewati suatu masa tanpa ada bagian terasnya yang terbuka tak beratap. Pada zaman Rasulullah SAW, teras tersebut berada di bagian belakang.
Bagian depan masjid diberi atap dan bagian belakangnya dibiarkan dalam bentuk tanah lapang yang terbuka. Ketika kiblat berpindah ke arah Ka'bah, bagian sekitar kiblat diberi atap.
Sedangkan bagian tengah masjid tetap dalam bentuk teras terbuka tanpa atap. Demikian pula saat zaman khulafa'rasyidin. Seperti tertuang dalam Madinah Al-Munawwarah: Sejarah dan Tempat-Tempat Istimewa, teras tersebut meluas seiring dengan perluasan-perluasan yang terjadi di Masjid Nabawi sepanjang sejarah. Teras tersebut terkenal dengan nama Haswah atau Bahsah karena dialasi dengan kerikil.
Pada perluasan pertama Kerajaan Arab Saudi (1370 H/1950 M), terasnya terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh tiga koridor. Pada perluasan Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Fahad bin Abdul Aziz pada 1405 H/1985 M, dua teras tersebut dilapisi ubin dari marmer putih yang bisa meredam panas.
Di teras ini pula dipasang 12 payung modern yang dapat dibuka dan ditutup dengan listrik untuk melindungi jamaah dari matahari dan hujan. Tahukah Anda berapa jumlah payung yang dipasang di Masjid Nabawi?
Sebanyak 250 payung besar dipasang disana. Masing-masing payung memiliki tinggi 20 meter. Dilansir dari Green Prophet, payung tersebut diciptakan desainer asal Jerman.
Bak bunga yang mekar, payung-payung diprogram agar menutup dan membuka dengan jeda untuk menghondari tumbukan dengan bagian yang bergerak. Payung ini beroperasi nyaris tanpa suara dan disesuaikan dengan perubahan temperatur harian.
Payung membuka setiap pagi, menciptakan sebuah langit-langit transparan di halaman masjid. Payung menutup tiap petang dalam waktu kurang dari tiga menit.
Selain itu, terdapat kipas angin yang dikombinasi dengan semprotan air yang mampu melembabkan udara. Pemasangan payung tersebut merupakan implementasi perintah Pelayan Dua Tanah Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz pada 1426 H/2005 M untuk melengkapi apa saja yang dibutuhkan dalam perluasan masjid.
Bayangkan, pada puncak musim panas seperti tahun ini, suhu di Madinah bisa mencapai 48 hingga 50 derajat Celsius. Berkat naungan 'hutan' payung canggih ini jamaah bisa dengan khusyuk beribadah.
Sumber: Republika