Rocky Gerung Menyerah, Mulai Hari Ini Saya Bergabung dengan 2019TetapJokowi
Rocky Gerung dan Presiden Jokowi. (Kolase/ TribunWow.com)
Rocky Gerung bukan cuma dipersekusi, diancam kekerasan fisik, dihalangi haknya bicara dan berpergian. Mereka juga mengintai hidup pribadinya.
10Berita - Aktivis dan pengamat Rocky Gerung memberikan komentar terkait dirinya yang sering mendapatkan caci maki.
Hal ini diungkapkan Rocky melaluiTwittermiliknya,@RockyGerung,Rabu (5/9/2018).
Rocky mengatakan jika dirinya menyerah dengan cacian, fitnah yang ia terima.
Ia pun menuliskan jika akan bergabung dengan pasukan 2019 Tetap Jokowi.
Namun, entah apa yang dimaksud oleh Rocky ini, karena diketahui ia merupakan aktivis dari gerakan 2019 Ganti Presiden yang dikenal sering mengkritisi pemerintahan Jokowi.
"Buset makin mendidih.
Ok, saya nyerah. Jangan maki saya lagi, jangan fitnah, jangan ngeroyok.
Mulai hari ini saya bergabung dengan #Bong200 demi #2019TetapJokowi
*Masuk akal gak ya?,"tulis Rocky Gerung.
Tweet Rocky Gerung
Sebelumnya, ia juga pernah menuliskan terkait dirinya yang banyak dimusuhi.
"Elektabilitas gue 0%. Ngapain musuhin gue.
Jogging aja yuk...
Selamat sore,"tulis Rocky.
Namun, ia tidak menyebutkan siapa pihak yang memusuhinya tersebut.
Sementara itu, pembelaan terhadap Rocky Gerung yang sering mendapatkan cacian hingga permusuhan pernah diungkapkan oleh Wasekjen Partai Demokrat, Rachland Nashidik.
DilansirTribunWow.com,hal tersebut ia sampaikan melalui laman Twitter@RachlanNashidikyang diunggah pada Minggu (2/9/2018).
Awalnya, Rachland Nashidik membahas mengenai pengadangan terkait deklarasi#2019GantiPresiden.
Rachland sempat menyinggung soal Jokowi yang dianggapnya membenarkan pengadangan tersebut.
"Hak saya atas kebebasan demokratik tidak dibatasi hak orang lain. Justru, hak saya dijamin oleh hak orang lain.
Fungsi hukum: melindungi hak, misalnya hak kebebasan berpendapat -- bukan pendapat itu sendiri.
Saat ini hukum melindungi pendapat #2019GantiPresiden adalah makar.
Pak @jokowi, Anda hanya bisa membenarkan pengadangan atau persekusi aktivis gerakan #2019GantiPresiden atas nama otoritarianisme -- bukan demokrasi.
Dulu, saya tumbuh dalam politik otoritarian yang mengajarkan "demokrasi ada batasnya" dan kebebasan demokratik bisa "digebuk". Presidennya Soeharto.
Saya tak pernah kira anak-anak saya harus tumbuh dalam keadaan serupa, saat ini, saat @jokowi berkuasa
Sejarah sedang berulang?,"tulisnya.
Postingan Rachland Nashidik
Rachland Nashidik kemudian mengatakan jika Rocky Gerung bukan hanya dipersekusi, tetapi juga mendapat ancaman fisik hingga diintai kehidupan pribadinya.
"Rocky Gerung bukan cuma dipersekusi, diancam kekerasan fisik, dihalangi haknya bicara dan berpergian. Mereka juga mengintai hidup pribadinya.
Apa sih sebenarnya dalam pandangan mereka dilakukan RG pada Jokowi? Kritiknya terlalu tajam. Dan bicara gak sopan.
Cuma karena itu?,"ungkap Rachland.
Hal yang dikatakan Rachland ini terlihat dari banyaknya diskusi yang dilakukan oleh Rocky Gerung harus dibatalkan.
Seperti yang diberitakan dariKompas.com, diskusi yang menghadirkan Rocky Gerung, Marwan Batubara dan Ratna Sarumpaet yang akan digelar organisasi Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) Kepulauan Bangka Belitung akhirnya ditunda.
Diskusi rencananya akan digelar di Warung Umah Ubi Atok Kulop, Pangkal Pinang, pada Sabtu (25/8/2018) siang.
Ketua GSI Babel Muhammad Amin mengatakan, kegiatan diskusi sebenarnya bagian dari acara pengukuhan jajaran pengurus GSI Babel dan diskusi.
“Yang jadi pertanyaan saya, kok teman-teman kayak merasa ketakutan dengan kedatangan Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung ke Babel. Padahal mereka datang (hanya) sebagai pembicara dalam diskusi,” kata Amin saat dikonfirmasiKompas.com,Sabtu.
Dia memastikan bahwa diskusi yang digelar terbuka pada Sabtu siang bukan kegiatan kampanye dan bukan kegiatan terlarang yang harus dihebohkan.
“Pemberitahuan (kegiatan) sudah kami sampaikan ke Polres Pangkal Pinang,” ujarnya.
Sebelumnya, diskusi yang diinisiasi GSI Babel menuai penolakan sekelompok ormas karena mengusung tagar “Selamatkan Indonesia” dan “2019 Ganti Presiden”.
Kepolisian menyebut tidak akan mengeluarkan izin diskusi, menyusul adanya penolakan sekelompok ormas.
Kegiatan itu dikhawatirkan bisa menimbulkan perpecahan serta mengganggu situasi Kambtibmas di Kepulauan Bangka Belitung yang sudah kondusif.
Salah satu pembicara Ahmadi Sofyan membenarkan bahwa dirinya diminta GSI untuk hadir dalam diskusi.
Namun untuk lokasi kegiatan di Umah Ubi Atok Kulop tidak pernah diberitahukan panitia sebelumnya.
“Tahunya sudah beredar di media sosial berupa brosur kalau kegiatan di Umah Ubi Atok Kulop. Orang beranggapan saya yang berinisiasi terhadap kegiatan ini. Padahal tidak. Panitia datang untuk meminta saya sebagai pembicara,” tutur Ahmadi.
Ahmadi menegaskan, dirinya tidak mempersoalkan anggapan sebagai inisiator atau bukan.
"Bagi saya pribadi, tidak pantas sesama anak negeri dalam satu kesatuan anak bangsa (NKRI) saling menuduh provokator. Babel adalah negeri damai dan sangat toleran menerima siapa saja yang datang," ucap calon anggota legislatif dari Partai Gerindra itu.
(TribunWow.com/Tiffany Marantika)
Sumber : TRIBUN-MEDAN.com