OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 10 Maret 2018

BKSAP DPR: Stop Kekerasan terhadap Muslim di Srilangka, Jangan Sampai Terulang Tragedi Rohingya Kedua

BKSAP DPR: Stop Kekerasan terhadap Muslim di Srilangka, Jangan Sampai Terulang Tragedi Rohingya Kedua


Kekerasan terhadap Muslim kembali terjadi di Srilanka, sedikitnya dua orang tewas sementara itu 150 rumah, toko, maupun kendaraan bermotor dirusak atau dibakar di Kandy. Foto: BBC.

10Berita, JAKARTA—Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi’ Munawar meminta Pemerintah Srilangka segera menghentikan kekerasan yang terjadi terhadap komunitas muslim di negara tersebut. Jika ini tidak dicegah sejak awal, dirinya mengkhawatirkan akan terjadi tragedi kemanusiaan seperti di Rohingya, Myanmar.

“Pola kekerasan yang terjadi di Srilangka memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Rohingya Myanmar. Adanya pembiaran kekerasan terhadap kalangan minoritas muslim oleh otoritas resmi dan penanganan konflik yang tidak tuntas,” ujar Wakil Ketua BKSAP Rofi Munawar kepada Islampos.com melalui keterangan persnya, Jumat (9/3/2018).

Merujuk laporan Amnesty International, sejak 5 Maret lalu, permukiman yang terdiri dari rumah-rumah, toko-toko, dan sebuah masjid milik komunitas Muslim lokal terbakar hebat di daerah Digana di Kandy.

Rofi menganalisis bawa konflik ini seperti ‘bara dalam sekam’, karena pemicu konflik jika ditelusuri sangat riskan dan kelihatan terlampau sederhana. Ada akar masalah yang lebih besar terkait relasi sosial dan ekonomi.

“Kemampuan mengelola dan meredam konflik akan sangat menentukan pemulihan kondisi di Srilangka saat ini, dan pada saat yang sama harus di dorong munculnya dialog yang konstruktif,” ujarnya.

Legislator asal Jawa Timur ini juga meminta Pemerintah Indonesia untuk memastikan keselamatan warga indonesia di daerah konflik, membuka komunikasi yang intensif dengan Pemerintah Srilangka dan sekaligus mendorong di hentikannya kekerasan yang terjadi di sana, sebagaimana hal ini telah dilakukan Indonesia di Palestina, Myanmar dan negara-negara konflik lainnya.

“Begitu pula lembaga-lembaga Internasional, khususnya PBB harus terus memantau perkembangan dan mendorong desakan penghentian kekerasan di Srilangka,” tegasnya.

Selama setahun terakhir ketegangan antara sejumlah kelompok Buddhis garis keras dengan komunitas minoritas Muslim meningkat. Kelompok-kelompok Buddhis ekstremis menyebarkan tuduhan bahwa warga Muslim telah memaksa orang untuk masuk Islam dan merusak situs arkeologis agama Buddha.

Antara 17 April dan Juni 2017, tercatat ada lebih dari 20 serangan terhadap umat Islam berupa pembakaran di ruko-ruko milik warga Muslim dan serangan bom molotov di beberapa masjid. Lima orang ditangkap. Polisi menduga para pelakunya berafiliasi dengan ormas ultra-nasionalis bernama Bodu Bala Sena (BBS) yang beranggotakan warga Buddha dari etnis Singhala. []

Sumber :Islampos 

Menguak Kedustaan Sang Profesor (Tanggapan Atas Pernyataan Prof. Yudian Wahyudi di PTUN Jakarta Pada Kamis, 8 Maret 2018)

Menguak Kedustaan Sang Profesor (Tanggapan Atas Pernyataan Prof. Yudian Wahyudi di PTUN Jakarta Pada Kamis, 8 Maret 2018)


Oleh : Achmad Fathoni
(Direktur el-Harokah Research Center)

10Berita, Bukan hanya memfitnah Muslimah yang memakai cadar dengan tuduhan sesat dan akan dikeluarkan dari kampus, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D, yang hadir sebagai ahli dari pemerintah, juga malah menyamakan para ulama’ yang mewajibkan khilafah dengan PNS/ASN di zaman sekarang yang berpendapat bukan berdasar dalil syara’.

Jadi kata dia PNS-PNS zaman Soeharto akan mengatakan loyal kepada Soeharto, pada sistem yang ada, pada pemerintahan yang ada, semua juga Golkar karena sistemnya mengharuskan begitu. “Kemudian rezimnya berubah seperti sekarang, ASN/PNS tidak harus memilih Golkar, sekarang bebas-bebas saja, berubah sikap,” Ujarnya (https://mediaumat.news/bukan-hanya-cadar-rektor-uin-jogja-pun-salah-besar-dan-lancang-soal-kewajiban-khilafah/)

Selain itu, saksi ahli tersebut juga menyatakan pada pokoknya bahwa Khilafah mengganggu eksistensi negara karena ujung-ujungnya dakwah HTI adalah menegakkan Khilafah. Dan Khilafah tidak ada di dalam rukun Islam dan rukun Iman. Pemberontakan terhadap Pancasila merupakan pemberontakan terhadap Allah SWT (dikutip dari Pernyataan Candra Purna Irawan, M.H., Ketua Eksekutif Nasional BHP KSHUMI di Jakarta, 8 Maret 2018).

Tentu saja pernyataan Sang Profesor tersebut sangat tendensius dan insinuatif, yang seharusnya tidak keluar dari lisan seorang yang bergelar “Guru Besar” dan merepresentasikan seorang cendekiawan Muslim, yang berasal dari Perguruan Tinggi Islam ternama di negeri ini.

Dari pernyataan Sang Professor tersebut patutlah publik mengkritisi secara seksama. Pernyataan yang menyamakan para ulama’ yang mewajibkan khilafah dengan PNS/ASN di zaman sekarang yang berpendapat bukan berdasar dalil syara’ atau dengan istilah lain hanya menggunakan hawa nafsu, jelas itu pernyataan yang amat dangkal, tendensius, dan catat secara intelektual. Pasalnya para ulama’ yang mewajibkan menegakkan khilafah itu berdasarkan wahyu, dan tidak ada sama sekali yang mendasarkan semuanya itu dengan hawa nafsu.

Bahkan pendapat ulama’ yang mewajibkan tegaknya khilafah itu telah terdokumentasi secara lengkap dan turun-temurun dalam khasanah kitab-kitab ulama’ salaf (klasik) maupun ulama’ khalaf (kontemporer).

Bahkan secara tegas ulama’ terkemuka dari Mazhab Syafi’i, Imam An-Nawawi menyatakan bahwa mereka (para ulama’) bersepakat atas wajibnya kaum Muslimin mengangkat seorang khalifah, dan kewajibanya berdasarkan syara’ bukan akal. Pendapat Imam An-Nawawi Asy-Syafi’I tersebut diperkuat oleh pandangan ulama’ muta’akhirin yang terkemuka, Syaikh Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, yang menjelaskan bahwa mayoritas umat Islam dari kalangan ahlus sunnah, syiah, murji’ah, dan mu’tazilah berpendapat bahwa al-khilafah atau al-Imamah adalah perkara wajib, suatu kefardhuan yang pasti (sumber: kitab al-Fiqhu al-Islamiy wa ‘adilatuhu juz VIII halaman 273). Dan tentunya masih banyak ribuan kitab mu’tabar lain yang menyatakan wajibnya menegakkan khilafah bagi kaum Muslimin.

Jadi jelaslah, pernyataan Prof. Yudian Wahyudi tersebut bathil alias rusak secara keilmuan dan intelektual, serta tidak layak diperhatikan, karena jelas-jelas bertentangan dengan pendapat ulama’ yang mu’tabar di kalangan ahli ilmu.

Selanjutnya, terkait dengan tuduhan bahwa khilafah mengganggu eksistensi negara karena ujung-ujungnya dakwah HTI adalah menegakkan khilafah. Ini juga terkategori pernyataan yang keji dan sangat gegabah.

Bagaimana bisa dia menuduh khilafah mengganggu eksistensi negara, padahal khilafah itulah yang pernah berjasa dan punya andil besar dalam proses kemerdekaan negeri ini dari penjajahan fisik negara-negara Imperealis Barat. Banyak bukti sejarah yang tidak dilihat dan dinegasikan oleh Prof. Yudian Wahyudi. Berikut data sejarah yang bisa publik ketahui, dengan ditemukannya sebuah arsip Khilafah Utsmani yang berisi sebuah petisi dari Sultan Alaudin Riayat Syah kepada Sultan Sulaiman al-Qanuni yang dibawa oleh Husein Effendi. Dalam surat ini, Aceh mengakui penguasa Utsmani sebagai Khalifah Islam. Selain itu, surat ini juga berisi laporan tentang aktivitas militer Portugis yang menimbulkan masalah besar terhadap para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam perjalanan ke Mekkah.

Karena itu, bantuan Khilafah Utsmani sangat mendesak untuk menyelamatkan kaum Muslim yang terus dibantai Farangi (Portugis) (Sumber: Farooqi, “Protecting the Routhers to Mecca”, hal. 215). Sultan Sulaiman al-Qonuni wafat tahun 974 H / 1566 M, akan tetapi petisi Aceh mendapat dukungan Sultan Salim II (974-982 H / 1566-1574 M), yang mengeluarkan perintah kesultanan untuk melakukan ekspedisi besar militer ke Aceh.

Sekitar September 975 H / 1567 M, Laksamana Turki di Suez, Kurtoglu Hizir Reis, diperintahkan berlayar menuju Aceh dengan sejumlah ahli senapan api, tentara, dan artileri. Pasukan ini diperintahkan berada di Aceh selama masih dibutuhkan Sultan. Namun dalam perjalanan, armada besar ini hanya sebagian yang sampai ke Aceh karena dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman yang berakhir tahun 979 H / 1571. Menurut catatan sejarah, pasukan Khilafah Turki Utsmani yang tiba di Aceh pada tahun 1566 – 1577 M sebanyak 500 orang tentara, termasuk ahli-ahli senjata api, penembak, dan ahli-ahli teknik. Dengan bantuan ini, Aceh menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1568 M (Sumber: Marwati Djuned Pusponegoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, Jakarta: Balai Pustaka, 1984 hal. 54).

Khilafah Turki Utsmani bersifat pro-aktif dalam memberikan perhatian kepada penderitaan kaum muslimin di Indonesia dengan cara membuka perwakilan pemerintahannya (Konsulat) di Batavia pada akhir abad ke-19. Kepada kaum muslimin yang ada di Batavia para konsul Turki berjanji akan memperjuangkan hak-hak orang-orang Arab sederajat dengan orang-orang Eropa. Selain itu, Turki juga akan mengusahakan agar seluruh kaum Muslimin di Hindia Belanda terbebas dari penindasan Belanda (Sumber: Snouck Hurgronje, 1994, Nasehat-nasehat C. Snouck Hurgronje semasa kepegawaiannya kepada pemerintah Hindia Belanda; 1889-1936, Jakarta: INIS, hal. 1631). Itulah data otentik dalam sejarah yang ditutup-tutupi oleh para pendengki khilafah, termasuk di dalamnya Prof. Yudian Wahyudi.

Di samping itu, tuduhan bahwa Khilafah mengganggu eksistensi negara, merupakan tuduhan yang tidak fair dan tidak objektif. Mengapa Sang Profesor kita ini, tidak pernah mengkritisi dan menggugat sepak terjang kelompok separatis, semisal: OPM (Organisasi Papua Merdeka) dan RMS (Republik Maluku Selatan).

Padahal kelompok separatis itu telah jelas-jelas secara faktual telah melakukan tindakan makar dan telah merongrong kedaulatan negeri ini. Dan tentunya telah mengganggu eksistensi negara ini. Bahkan telah mengangkat senjata untuk melawan pemerintah Indonesia dan telah membunuh aparat TNI-Polri yang bertugas di sana dan melenyapkan ribuan nyawa rakyat yang tidak berdosa di Papua dan Maluku lebih dari lima dekade terakhir.

Namun, mengapa OPM dan RMS tidak dipersoalkan eksistensi dan sepak terjangnya? Itu artinya pernyataan yang dituduhkan secara serampangan oleh Prof. Yudian Wahyudi kepada khilafah dan HTI adalah salah alamat dan melenceng dari logika berpikir yang rasional.

Apalagi tuduhan “ngawur” bahwa Khilafah tidak ada di dalam rukun Islam dan rukun Iman. Sekiranya Prof. Yudian Wahyudi mau sedikit berpikir objektif maka dia akan menutup lisannya rapat-rapat dalam sidang di PTUN itu. Pasalnya, ada banyak pertanyaan mendasar yang harusnya dijawab sejara jujur oleh dia, yaitu sistem demokrasi-sekuler yang dia bela mati-matian, adakah dalam rukun Islam dan rukun Iman?.

Juga, apakah ada dalam rukun Islam dan rukun Iman tentang paham liberalisme, yang dia agung-agungkan itu?. Juga kebijakan dia yang akan memperkarakan mahasiswinya yang bercadar, apakah tindakan itu ada dasarnya dari rukun Islam dan rukun Iman? Tentu jawabanya jelas tidak ada, justru sistem demokrasi-sekuler, paham liberalisme, kebijakan melarang cadar itulah yang bertentangan secara diametral dengan akidah dan syariah Islam. Namun, mengapa dia tidak mempersoalkan paham liberalisme dan sekulerisme yang dia bangga-banggakan, padahal paham menyimpang itu tidak ada rujukannya dalam rukun Islam dan rukun Iman.

Sejatinya, banyak hukum Islam yang wajib untuk dilaksanakan oleh umat Islam, namun tidak termaktub dalam point-point rukun Islam dan rukun Iman. Misalnya, kewajiban menutup aurat, kewajiban berbakti kepada kedua orang tua, kewajiban menuntut ilmu, kewajiban jihad fii sabilillah, kewajiban berbuat jujur, kewajiban menolong saudaranya yang tertimpa musibah, kewajiban menjawab salam, dan masih banyak kewajiban yang lain yang tidak terdapat secara tekstual dalam rukun Islam dan rukun Iman.

Namun demikian, semuanya itu merupakan perkara yang wajib dilaksanakan oleh kaum Muslimin, termasuk di dalamnya kewajiban menegakkan sistem Islam, yaitu khilafah Islamiyah. Jadi, semakin jelas bahwa pernyataan dan kesaksian Prof. Yudian Wahyudi di PTUN pada Kamis, 8 Maret 2018 tidak layak dijadikan rujukan, karena hanya berisi ujaran profokatif, tendensius, dan rendah secara intelektual. Maka waspadalah!. Wallahu a’lam.

Sumber :Dakwah media 

MEME HOAX MENYESATKAN, Karim Jovian BUKTIKAN dengan Video Eksperiman Langsung "HIJAB vs TERBUKA"

MEME HOAX MENYESATKAN, Karim Jovian BUKTIKAN dengan Video Eksperiman Langsung "HIJAB vs TERBUKA"


10Berita,   Ada meme yang beredar tentang HIJAB dan TERBUKA. Dalam meme itu digambarkan "pandangan laki-laki" tidak dipengaruhi oleh "pakaian" yang dikenakan oleh wanita. Tapi dipengaruhi oleh "mentalitas" si laki-laki itu sendiri.

Gambar pertama: Wanita yang "terbuka pakaiannya" tak berhijab berjalan, sementara banyak laki-laki yang cuek tak mempedulikan. Mata tidak jelalatan.

Sementara gambar kedua: Ada wanita yang berhijab rapat lewat, dan laki-laki yang berada disitu matanya melotot, memandangainya.

MEME itu dibuat dan dipakai mereka yang menolak hijab untuk memberi argumen atau alasan bahwa masalah "pelecehan" terhadap wanita bukan karena soal pakaian, tapi soal si laki-laki.

Benarkah demikian?

Ternyata meme itu penyesatan dan hoax belaka.

Seorang aktivis Karim Jovian membuktikan dengan eksperimen sosial di New York, bagaimana respon pandangan laki-laki terhadap wanita yang membuka aurat dan yang menutup aurat.

Jadi, jangan lagi mau dikibulin oleh meme-meme menyesatkan seperti itu, karena ini sudah banyak jawaban eksperimenya seperti dalam video Karim Jovian berikut...

[Video - Eksperimen Sosial "10 Hours of Walking in NYC as a Woman in Hijab"]

Sumber :Portal Islam 

Ngobrol Inggris dengan Dubes Denmark, Warganet: Pak Anies, Plis jangan pake Inggris ntar ada yang tersinggung

Ngobrol Inggris dengan Dubes Denmark, Warganet: Pak Anies, Plis jangan pake Inggris ntar ada yang tersinggung


10Berita, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Denmark untuk RI, Rasmus Abildgaard Kristensen di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (8/3/2018) kemarin.

Dalam pertemuan itu dilakukan pembahasan terkait upaya penanganan masalah sampah di Jakarta.

Anies mangatakan, Dubes Denmark menyerahkan dokumen usulan masterplan manajemen persampahan di Jakarta yang merupakan hasil studi dari Danish International Development Agency.

Di media sosial, melalui akun twitternya, Dubes Denmark menyampaikan pertemuannya dengan Gubernur Anies.

‏"Great meeting w/ #Jakarta Governor @aniesbaswedan on cooperation related to #sustainability & #urbanplanning, incl #waste #energy #water #smartcities & #healthcare Happy to hear the Governor is prioritising #sustainabledevelopment & increasing Jakarta’s role in the World 🇩🇰🇮🇩," kata Dubes Denmark Rasmus A. Kristensen.

— Rasmus A. Kristensen (@DubesDenmark) 8 Maret 2018

Yang kemudian dibalas "Gubernur Indonesia" Anies Baswedan dengan bahasa Inggris juga.

"We're honored and grateful for HE @DubesDenmark's visit. Always happy to have Denmark's support for Jakarta, and we're looking forward to further cooperation with Denmark and Copenhagen on many salient issues," balas Gubernur Anies.

Obrolan bahasa Inggris ini ditanggapi seru warganet.

"Pak gubernur indonesia pliss jgn pake bahasa inggris entar ada yg tersinggung loh.. #erisiji,"komen akun @albimaquinsha.

"Pak nanti ada yg minder 😁," timpal akun @maspiyuuu.

"Ngomong apa sih ni pak anies?
Pak joko bantuin translate donk... 😜," komen @hicka_zap.

Akun @jaqchrome kemudian menimpali:

"Translate :

Tadi saya melihat dubes ini... @DubesDenmark  ini sebuah kesederhanaan, yg diambil sudutnya dgn... sudut pandang yg... dgn kamera yg pas.

Jadinya... eeu... semuanya... apa... eeu... kaget dan menjadi sebuah booming. Ini udah lebih berapa, 7 juta 'khan...?" 😂😂

Pak gubernur indonesia pliss jgn pake bahasa inggris entar ada yg tersinggung loh.. #erisiji

— nama tidak boleh kosong (@albimaquinsha) 8 Maret 2018

— Mas Piyu (@maspiyuuu) 8 Maret 2018

Ngomong apa sih ni pak anis? Pak joko bantuin translate donk... 😜

— sayyed al irfan (@hicka_zap) 8 Maret 2018

Translate :

Tadi saya melihat dubes ini... @DubesDenmark ini sebuah kesederhanaan, yg diambil sudutnya dgn... sudut pandang yg... dgn kamera yg pas.

Jadinya... eeu... semuanya... apa... eeu... kaget dan menjadi sebuah booming. Ini udah lebih berapa, 7 juta 'khan...?

— Rajaq Aqrom ❄️ (@jaqchrome) 8 Maret 2018

Finally, the best candidate for the next RI I has revealed.....

— Sarkoro DeBe (@SardosoB) 9 Maret 2018

Cocok kalo jadi presiden...👍👍

— Sofyan (@iyus30_70) 8 Maret 2018


Sumber :Portal Islam 

Kebangkitan Islam di Bumi Amerika

Kebangkitan Islam di Bumi Amerika

Warga Amerika masih percaya Islam sumber terorisme.

10Berita , JAKARTA -- Imam Shamsi Ali, dalam ceramahnya di Islamic Center New York pada 4 Maret lalu mengibaratkan kehidupan sebagai samudra luas yang dipenuhi gelombang ombak. Dalam menjalani kehidupan, tak jarang manusia tergulung ombak kebimbangan, bahkan keputusasaan. Masalah yang begitu besar tak sedikit membuat manumbuhkan perasaan pesimistis dan rendah diri yang akibatnya akan membuat manusia terpuruk tanpa adanya solusi pasti.

Masih terbayang di hadapan mata, terngiang di telinga suara-suara pesimisme dan kekerdilan itu ketika terjadi 9/11 beberapa tahun silam. Banyak yang beranggapan bahwa peristiwa itu akan menjadi kuburan bagi dakwah dan Islam di Amerika dan dunia Barat umumnya. Bahwa Islam telah mati dan tidak mungkin lagi akan diterima di belahan bumi Allah yang bernama Amerika, kata Ustaz Shamsi Ali.

Menurut Ustaz Shamsi, saat itu manusia belum dapat memaknai kebesaran kuasa Sang Pencipta langit dan bumi. Mereka saat itu juga belum memahami bahwa perputaran alam semesta bahkan perasaan manusia berada di bawah kontrol jemari yang Mahaqadir.Maka, tak mustahil jika persangkaan pesimistis itu dibalik oleh Yang Mahakuasa menjadi bangunan optimisme dan harapan setinggi langit.

Akhirnya peristiwa yang disebut- sebut sebagai kuburan Islam, justru berbalik menjadi momentum awal kebangkitan dakwah di bumi Amerika dan menjadi awal kebangkitan warga Amerika untuk memahami Islam yang sesungguhnya, kata dia.

Dia melanjutkan, saat itu warga Amerika berbondong-bondong mencari tahu apa sesungguhnya Islam itu.Alquran dan buku-buku menjadi bacaan terlaris saat itu. Masjid-masjid dan pusat-pusat agama Islam (Islamic Centers)menjadi destinasi kunjungan yang laris.Pemimpin Muslim (Imam) menjadi objek undangan ke mana-mana, termasuk kantor-kantor pemerintahan, rumah- rumah ibadah agama lain, hingga media massa menjelaskan Islam yang sejati.

Mereka mencari, mendalami, memahami dan menghayati, dan akhirnya menemukan Islam yang sejati, kata dia.

Salah satu dari warga Amerika yang mendalami Islam saat itu adalah Suzan, mahasiswa S-2 (Master Degree) di Oxford University Inggris bidang International Security beberapa tahun silam, di mana subjek di bawah departemen itu adalah studi agama-agama dalam hubungannya dengan international terrorism(terorisme internasional).

Suzan saat itu memiliki pemahaman yang sangat buruk mengenai Islam.Bahkan, dia benar-benar yakin jika Islam adalah sumber terorisme dunia modern.Maka, di kelas agama-agama dunia dan terorisme internasional itu, dia betul- betul menaruh perhatian secara khusus tentang di mana dasar dan arah Islam dalam menyebarkan terorisme dunia.

Diam-diam dia membeli Alquran dan membacanya untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang relasi antara terorisme dan Islam. Ternyata di luar bayangan dia, semakin dia mencari keburukan Alquran, tanpa dia sadari hatinya semakin tersentuh dan tertarik untuk mendalaminya, ujar Ustaz Shamsi.

Kurang dari dua tahun Suzan membaca Alquran, bahkan sekembalinya ke US dan kerja di kota New York, Suzan masih melanjurkan mencari hakikat Alquran. Hingga Suzan akhirnya memeluk Islam di Islamic Center New York, lalu bekerja sebagai sebagai executive director di sebuah organisasi nirlaba MCN (Muslim Community Networking) di Kota New York.

Sumber :Republika.co.id 

Syingith, Sentra Peradaban Islam

Syingith, Sentra Peradaban Islam

Kota ini titik transit di jalur perniagaan Gurun Sahara.

10Berita , JAKARTA -- Kafilah-kafilah Arab juga aktif mengembangkan dakwah Islam di Awkar. Sejarawan dari Andalusia, al- Bakri (1014-1094), memuji para Ghana dalam karyanya, Kitabul Masalik wal Mamalik. Walaupun tak beragama Islam, mereka menjalin persahabatan dengan kaum Muslimin.

Penguasa berkulit hitam ini senang dengan kehadiran orang-orang Arab. Sebab, mereka memperkenalkan alat transpor tasi yang terbilang baru bagi masyarakat Teluk Guinea: unta. Seperti diketahui, unta sangat efisien untuk menjadi kendaraan di medan yang tandus.

Seiring dengan perluasan wilayah Muslim di Afrika utara pada abad ketujuh, Kera jaan Awkar makin makmur berkat perdagang an dengan bangsa Arab. Para Ghana me nerima budaya Arab dengan tangan terbuka.

Ibu kota mereka pun dinamakan sesuai dengan bahasa Arab, Kumbi Sholih (kini de kat perbatasan Mauritania-Mali). Belasan mas jid berdiri di sana. Bahkan, mereka meng gaji para imam, kadi, dan intelektual Mus lim yang bekerja atas nama negara. Awkar telah memberi ruang bagi tumbuh nya pusat-pusat keunggulan Islam di Afrika barat.

Dominasi Awkar yang kental dengan nuansa Islam terasa sampai ke Syingith. Beberapa sejarawan juga menyertakan kota ini ketika membahas kebudayaan Awkar. Satu hal yang pasti, pengaruh Kerajaan Awkar mulai melemah dan tergantikan Berber menjelang abad ke-11.

Anggota persekutuan Iznagen dari Sous (kini Maroko), Jazulah, diketahui sudah taat dalam Islam. Pemimpin Jazulah, Abdullah bin Yasin, kemudian mendirikan aliansi al- Murabithun bersama dengan suku-suku Berber lain di Afrika utara. Mereka mengem bangkan wilayah hingga Afrika barat.

Pada 1076, al-Murabithun berhasil menaklukkan Syingith dan sekitarnya. Sejak saat itu, Syingith tidak semata-mata kota transit di jalur perniagaan Gurun Sahara, melainkan juga sentra peradaban Islam. Dinasti al-Murabithun terus bertahan sampai datangnya serangan dari Dinasti al- Muwahhidun pada 1147. Sama seperti mereka, al-Muwahhidun memusatkan kekuasannya di Maroko dan sekitarnya.

Adapun dataran tinggi Adrar dibiarkan tanpa dominasi politik yang berarti. Dengan demikian, pada masa itu, Kota Syingith "terjepit" di antara kedaulatan al-Muwahid dun di utara dan Kerajaan Awkar di selatan. Bagaimanapun, peran penting kota ini belum luruh.

Sumber:Republika.co.id 

Gerindra Tak ِِِِAkan Koalisi dengan PDIP di Pilpres 2019?

Gerindra Tak ِِِِAkan Koalisi dengan PDIP di Pilpres 2019?


10Berita, JAKARTA - Partai Gerindra misalnya melalui beberapa politisinya mengatakan dengan lantang dan jelas bahwa Prabowo Subianto akan dicalonkan sebagai Capres 2019. Itu artinya rumor yang beredar belakangan ini bisa jadi sudah menutup rapat-rapat bahwa Prabowo mau dijadikan Cawapres Joko Widodo.

Namun demikian, ada sejarah yang dahulu disebutkan oleh politisi Demokrat, bahwa Prabowo pernah disandingkan dengan Megawati. Prabowo bersedia jadi wakilnya.

?Tahun 2009 Pak Prabowo bersedia menjadi wakil Megawati, suatu yang sepertinya tidak mungkin saat itu. Tapi kan sekarang bukan 2009,? tulis Andi Arief, di akun Twitter pribadi miliknya, Jum?at (9/3/2018).


Ia pun berpendapat bahwa kemungkinan itu bisa saja terjadi, walau saat itu (2009) juga terlihat tidak mungkin. ?Kalau rumor Pak Prabowo benar akan menjadi cawapres Jokowi, dugaan saya akan bersama PKS.

Lalu tinggal Partai demokrat sendirian. Di sinilah menariknya. Lalu PAN dan PKB? Dua partai sahabat ini pemegang komitmen kuat dalam berkoalisi, dugaan tidak akan keluar dari koalisi pendukung Jokowi. Keuali ada perubahan radikal atau pertimbangan tertentu, maka poros bersama demokrat sangat mungkin.? (Robi/)

Sumber : voa-islam.com

Meninggalkan Sunnah Itu Lebih Baik Daripada Ribut-ribut, Ini Haditsnya

Meninggalkan Sunnah Itu Lebih Baik Daripada Ribut-ribut, Ini Haditsnya


10Berita, Adalah Imam Ahmad meriwayatkan hadits tentang shalat sunnah qabliyah Maghrib dan menyatakan keshahihannya. Tetapi sungguh aneh, belum pernah para muridnya menyaksikan beliau mengamalkan ibadah tersebut.

“Mengapa?”, tanya mereka.

“Sebab penduduk Baghdad telanjur mengambil pendapat Imam Abu Hanifah”, ujar beliau, “Yang menyatakan tiadanya shalat qabliyah Maghrib. Kalau aku mengamalkan hal yang berbeda, niscaya akan menimbulkan keributan di antara mereka.”

Meninggalkan suatu sunnah yang diyakini keutamaannya demi terjaganya harmoni masyarakat ternyata adalah ‘amal utama.

“Karena itu para Aimmah seperti Imam Ahmad atau yang lainnya”, demikian ditulis Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, “Menganggap sunnah apabila seorang imam meninggalkan hal-hal yang menurutnya lebih utama, jika hal itu dapat menyatukan makmum.”

“Demikian juga orang-orang yang menganggap melirihkan suara ketika membaca basmalah (dalam shalat jamaah) adalah lebih utama atau sebaliknya”, sambungnya

“Sedangkan makmum berbeda dengan pendapat atau madzhabnya, maka dia boleh mengerjakan yang kurang afdhal demi menjaga kemashlahatan persatuan. Hal ini lebih kuat dibandingkan permasalahan mana yang afdhal dari kedua perkara tersebut, dan ini adalah baik.”

Jalan sunnah adalah jalan tak suka ribut tentang khilafiyah furu’iyyah. Jalan sunnah adalah jalan yang meminta kita tak perlu tampil mencolok dan terlihat berbeda.

Imam Ahmad menekankan hal ini sampai soal berpakaian. Beliau menegur seorang yang ditemuinya di Baghdad memakai pakaian penduduk Makkah.

“Tidak cukupkah bagimu pakaian yang biasa dikenakan orang ‘Iraq?”
.
“Bukankah ini pakaian yang baik, pakaian dari tempat bermulanya Islam?”

“Ya”, jawab beliau, “Akan tetapi aku khawatir pakaian itu menghinggapkan rasa sombong dan aku khawatir ia adalah pakaian kebanggaan (libasusy syuhrah) yang dilarang oleh Rasulullah, karena dikenakan agar pemakainya tampak menonjol di tengah khalayak.”

___________
Bergamis dan bersurban, sebenarnya amat saya cintai dalam rangka menyukai apa yang Rasulullah sukai. Tapi hanya di Haramain ia tak mengundang tatapan bermacam. Di Indonesia, batik dan produk @fullheart.corp lebih OKE-OCE kan?

Oleh: Salim A. Fillah

Sumber :Islamidia 

NYATA BEDANYA! Dikuliti di Rosi, Ganjar Sibuk Dengan Kartu, Pak Dirman Tampil Cemerlang Bela Petani Miskin

NYATA BEDANYA! Dikuliti di Rosi, Ganjar Sibuk Dengan Kartu, Pak Dirman Tampil Cemerlang Bela Petani Miskin


10Berita,   Acara Rosi & Kandidat Jateng dibuka dengan top of mind publik. Tanpa rekayasa. Ganjar identik dengan suka marah, pembangunan stadion Jatidiri molor, nggak sanggup atasi banjir rob dan rambut putih.

Di masalah Kartu Tani, stressing Ganjar di soal "data". Seolah Kartu Tani itu has nothing to do dengan kesejahteraan petani.

Memang, "data" itu penting. Malaikat juga tau. Alih-alih maksimalkan BPS, Ganjar menciptakan Kartu Tani.

Menurut Sudirman Said, Kartu Tani niatnya bagus. Tapi eksekusinya perlu penataan. Itu eufimisme. Dia tidak hendak menyerang Ganjar. Kesimpulan Pak Dirman: Kartu Tani harus dihapus.

Sumber dari rencana "eliminasi kartu" adalah aspirasi kaum tani di semua kabupaten. Mereka ngeluh Kartu Tani bikin puyeng. Petani trauma dengan kartu-kartu macam ini.

Ganjar sebut itu hanya persepsi. Dia tetep mau paksakan keinginan. Ora sudi mendengar aspirasi dari bawah.

Dari sepotong Kartu Tani, Ganjar ngelantur ke banyak pointer. Soal distribusi pupuk, harga bawang, polemik impor beras dan data.

Pak Dirman menyatakan petani banyak ngeluh soal syarat-syarat Kartu Tani, cara penggunaan dan batas-batasannya. Intinya, Kartu Tani bukannya memudahkan tapi malah menyulitkan petani. Misalnya, syarat menabung dulu untuk dapet subsidi. Padahal, jangankan nabung, 30% petani harus ngutang kanan-kiri saat mau menanam.

Kalo begini, pihak bank yang untung. Tampaknya Ganjar tetep merasa Kartu Tani sukses. Dia tuding yang kritik adalah free-rider pilkada.

Setelah ngeles sana-sini, akhirnya Ganjar mengakui bahwa keluhan petani memang ada. Yaitu masalah RDKK dan bukan anggota kelompok tani. Pointer ini yang dimaksud Pak Dirman mengenai problem di prasyarat Kartu Tani. Jadi jelas, Kartu Tani memang bermasalah.

Hal ini dikonfirmasi Ganjar dengan memberlakukan affirmative policy bagi petani yang nggak punya rekening bank.

Sederhananya, bila nggak bermasalah, ngapain juga Ganjar menerapkan affirmative action. As simple as that.

Penulis: Zeng Wei Jian

Sumber : PORTAL ISLAM

Liga Arab Sepakat Yerusalem Harus Jadi Ibu Kota Palestina

Liga Arab Sepakat Yerusalem Harus Jadi Ibu Kota Palestina

10Berita, Kairo - Pertemuan menteri luar negeri negara-negara Arab menekankan bahwa Yerusalem harus menjadi ibu kota negara Palestina. Mereka juga mendukung rencana perdamaian yang dipresentasikan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Dewan Keamanan PBB.

Para menteri luar negeri negara-negara Arab juga mendukung seruan Abbas untuk sebuah konferensi perdamaian internasional pada pertengahan 2018 dengan tujuan utama keanggotaan penuh PBB untuk negara Palestina dan kerangka waktu untuk sebuah solusi dua negara.

Rencana tersebut meminta pengakuan bersama oleh negara-negara Israel dan Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967. Selain itu rencana itu termasuk pembentukan "mekanisme multilateral internasional" untuk membantu kedua pihak dalam menyelesaikan semua masalah status akhir dan menerapkannya dalam kerangka waktu yang ditetapkan.

Pertemuan Kairo dihadiri oleh menteri luar negeri untuk negara-negara anggota Liga Arab.

"Liga Arab telah memutuskan untuk melawan konsekuensi negatif dari keputusan berbahaya dan ilegal Amerika untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui kota yang diduduki tersebut sebagai ibukota Israel," kata pemimpin Liga Arab Ahmed Abul Gheit di sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Asharq al-Aqwsat, Jumat (9/3/2018).

Pernyataan Trump mematahkan kebijakan Amerika Serikat (AS) selama puluhan tahun dan membalikkan jaminan internasional yang telah berlangsung lama bahwa nasib kota itu akan ditentukan dalam negosiasi.

Sebagian besar negara di seluruh dunia belum mengakui aneksasi Israel terhadap Yerusalem Timur pada 1967. Dalam konsensus internasional yang sudah berlangsung lama, nasib kota harus ditentukan dalam negosiasi.

Status Jerusalem adalah inti dari konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade dan pengumuman 6 Desember Trump secara luas dianggap memihak Israel. Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran akan pertumpahan darah lebih banyak karena krisis masa lalu di Yerusalem telah memicu kekerasan.

Sumber: sindonews.com