OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label ISLAMOPHOBIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ISLAMOPHOBIA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Maret 2018

BERULAH LAGI! Buat Karikatur Sindir Habib Rizieq, TEMPO Minta Maaf

BERULAH LAGI! Buat Karikatur Sindir Habib Rizieq, TEMPO Minta Maaf


10Berita,   Sebuah karikatur yang diunggah Majalah TEMPO beberapa minggu yang lalu tiba-tiba menjadi viral di media sosial.

Dalam karikatur tersebut nampak seorang pria bersorban dan berjubah putih sedang duduk berhadapan dengan perempuan berbaju merah.

"Maaf saya tidak jadi pulang," ujar pria bersorban dalam karikatur itu.

"Yang kamu lakukan itu JAHAT," jawab perempuan memakai baju merah.

Setelah diselidiki, tanggal unggahan karikatur tersebut ternyata bertepatan dengan batalnya kepulangan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.

Tak terima dengan kelakuan TEMPO, hari ini, Jumat 16 Maret 2018, ratusan massa FPI dan Alumni 212 menggeruduk  kantor Majalah TEMPO di Jalan Palmerah Barat, Grogol Utara.

Setelah beberapa orang delegasi FPI masuk ke redaksi Majalah Tempo untuk menyampaikan keberatannya atas dugaan pelecehan dan penghinaan terhadap Rizieq Shihab, akhirnya pemimpin redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli menemui massa FPI.

"Persoalan ini seharusnya diselesaikan di dewan pers. Namun, karena akan memakan waktu berminggu-minggu maka kami akan berikan hak jawab dalam edisi Majalah Tempo berikutnya, pada Senin pekan depan." Demikian kata Arif Zulkifli dari atas mobil komando.

Akan tetapi, tindakan Arif Zulkifli yang tidak meminta maaf kepada massa yang beraksi, hal tersebut memancing emosi dan tuntutan dari massa yang hadir.

Massa FPI meminta agar Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli untuk segera menyampaikan permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi pelecehan dan penghinaan ulama.

Setelah sempat terjadi keributan kecil antara massa FPI dan redaksi Majalah Tempo, akhirnya Arif Zulkifli dengan berat hati menyampaikan permintaan maaf.

"Kerja jurnalistik menyimpan dhoif-nya. Kalau kartun majalah Tempo menimbulkan ketersinggungan kami meminta maaf," kata Arif dari atas mobil komando FPI.

Juru Bicara FPI, Novel Bamukmin menyampaikan bahwa FPIdan umat Islam menunggu permintaan maaf Majalah Tempo secara tertulis dalam edisi berikutnya.

"Jika hari ini kita dengar secara lisan maka Senin pekan depan kita lihat secara tulisan," jelasnya.

FPI berjanji akan mengawasi dan mengawal janji atau kesepakatan permintaan maaf Majalah Tempo secara tertulis.

"Jika diulang jangan salahkan kita karena kita akan tempur sampai titik darah penghabisan," teriak Novel Bamukmin dari atas mobil komando.

Sekitar pukul 16.17 WIB, massa FPI mulai meninggalkan kantor Majalah Tempo.

Sumber :Portal Islam 

Jumat, 16 Maret 2018

FPI: Karikatur Tempo Hina Ulama dan Cucu Rasulullah

FPI: Karikatur Tempo Hina Ulama dan Cucu Rasulullah

10Berita, Massa dari organisasi masyarakat Front Pembela Islam, akhirnya tiba di Kantor Tempo di Jalan Palmerah Barat, Nomor 8, Jakarta Selatan, untuk berunjuk rasa atas kemunculan kartun yang dinilai telah melecehkan imam besar FPI, Habib Rizieq Shihab.

Pantauan VIVA, massa FPI tiba di depan Kantor Tempo, sejak pukul 14.05 WIB, Jumat, 16 Maret 2018. Mereka datang dengan berbagai jenis kendaraan. Dari atas mobil komando, seorang orator tak henti-henti meneriakkan kalimat-kalimat yang intinya menuntut Tempo untuk meminta maaf atas penerbitan kartun tersebut.

“Hari ini siang ini tuntutan kita adalah mereka minta maaf atas karikatur yang melecehkan ulama, melecehkan cucu rasulullah,” kata orator.

Masa FPI meminta redaksi majalah Tempo untuk segera mengakui kesalahannya. Masa berjanji akan menyelesaikan aksi ini dengan segera setelah Tempo meminta maaf

“Kalau mereka sudah minta maaf, mereka berjanji enggak ulangi lagi, kita semua akan selesaikan aksi ini,” ujarnya.

Meski nantinya Tempo meminta maaf, FPI mengaku tetap akan memantau semua konten berita yang diterbitkan Tempo.

“Kita pantau mereka ke depannya. Kita awasi mereka ke depan. Mengulangi lagi atau tidak, menghina ulama lagi atau tidak, kalau mengulangi lagi, kita tak akan segan-segan menghancurkan gedung di depan,” ujarnya.

Sebelumnya Pemimpin Redaksi Tempo Arif Zulkifli yakin, karikatur yang dimuat di majalah Tempo adalah benar dan tidak menyinggung siapa pun. Sebab, menurut Arif, tidak ada satu atribut pun yang menyinggung atau membawa-bawa nama pimpinan FPI Muhammad Rizieq Shihab.

“Kami tidak menampilkan muka, atau tulisan apa pun sama sekali. Itu hanya gambar saja,” ujar Arif.

Sebelumnya diberitakan, ormas Front Pembela Islam (FPI) akan mendatangi kantor Tempo di Jalan Palmerah Barat Nomor 8 Jakarta Selatan. Aksi ini dilakukan menuntut klarifikasi dari Tempo terkait karikatur yang dianggap menyinggung ulama FPI.

Kartun karya Tempo yang membuat FPI tersinggung itu adalah kartun yang terbit di majalah Tempo, edisi 26 Februari 2018.

Berdasarkan penelusuran VIVA, kartun itu juga pernah di unggah Tempo melalui akun Twitter, pada 28 Februari 2018. Pada kartun tertulis bahwa kartun ini hasil karya karyawan Tempo, bernama Yuyun Nurrachman.

Jika dilihat secara seksama, sebenarnya tak ada satu kata pun yang tertulis di kartun menyinggung nama Habib Rizieq dan juga FPI.

Pada kartun hanya terlihat gambar seorang pria berjubah putih sedang berbincang dengan seorang wanita berambut panjang yang memakai baju tanpa lengan.

Digambarkan, keduanya sedang duduk berdua di kursi dengan meja kotak di tengah mereka berdua.

Memang wajah pria di kartun tak terlihat jelas. Sebab digambarkan pria itu duduk dalam posisi membelakangi layar depan kartun. Wajah wanita di kartun juga tidak memiliki kemiripan dengan orang tertentu di FPI.

Kartun itu bergambar seorang pria berjubah putih sedang duduk berdua dengan seorang wanita. Pada kartun itu, pria berjubah itu dituliskan mengucapkan ‘Maaf… Saya tidak jadi PULANG’. Dan wanita itu menjawabnya, ‘yang kamu lakukan itu JAHAT’.

Sumber: Viva


Rabu, 14 Maret 2018

Pawai Anti Muslim di Amsterdam Belanda Sepi Peminat

Pawai Anti Muslim di Amsterdam Belanda Sepi Peminat



10Berita, AMSTERDAM, BELANDA  -Sebuah pawai yang diselenggarakan pada hari Ahad lalu oleh kelompok sayap kanan, anti-Muslim dan anti-imigran di Amsterdam tidak berhasil mengumpulkan massa yang banyak.

Hanya 50 orang yang berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut oleh kelompok yang sedikit diketahui, Masyarakat Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA).

Para peserta bergerak di bawah pengawalan polisi sambil memegang spanduk yang bernuansa rasis.

Sekelompok pemrotes anti-Fasis (AFA) berusaha untuk menghalangi demonstrasi tersebut, yang mengakibatkan penangkapan tiga anggota mereka, kata pihak kepolisian.

Pada hari Sabtu sebelumnya, anggota PEGIDA memasang 23 salib di sebuah lokasi konstruksi untuk sebuah masjid.[fq/worldbulletin]

Sumber :Voa-islam.com 

Selasa, 13 Maret 2018

Kartika Putri: Ya Allah Mengapa Aku Merasa di "intimidasi" Dengan Niqab ini

Kartika Putri: Ya Allah Mengapa Aku Merasa di "intimidasi" Dengan Niqab ini



10Berita,

Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Pengalaman aku hari Ini sangat berharga untuk aku dan mungkin kita semua..

Jadi hari Ini aku dpt kirim an endorse yaitu berupa syari dan niqab.. setelah foto aku buru karena pagi Ini aku harus ke bandara dan pakai taxi online (krn tdk ada yang bisa antar) jadi aku pake deh niqabnya biar nyaman dan aman aja..

smp dibandara aku tetap pake karena nyaman aja tp Sedih dan miris sekali karena sampai dibandara saya masuk di security check (Lolos karena tidak ada bunyi) tp koper saya diperiksa secara random ( FYI: sy selalu bawa koper kecil yang kosong untuk bawa buku saja) lalu sy bertanya knp random cuma sy pdhl koper saya kosong..

saya bilang apa krna saya pakai cadar (masih tenang)dan mereka cuma bilang random aja.. dan saya buka tetapi pandangan mereka sangat tidak “nice”😭 dan tidak sampai disitu.. dipemeriksaan ke dua terjadi hal yang sama bahkan di diperiksa tubuhnya(oleh petugas wanita memang) pdhl sy lolos sensor 😭😭 lagi dan lagi koper dan mereka meminta boarding pass pdhl sudah diperiksa 1x didepan😭😭 yaAllah mengapa aku merasa di “intimidasi” dengan niqab ini..

apa salah nya jika muslimah menggunakan niqab.. demiallah memang lebih nyaman (tdk menjadi pusat perhatian laki laki) dan merasa aman.. tp kenapa disini yang notabennya kebnykan orang muslim tp tdk bisa berlaku adil dan menerima dgn baik kepada muslimah yg menggunakan niqab..

Saya Jadi makin tertantang tuk menggunakan niqab ditempat umum lainnya tuk lbh tau bgmn reaksi sekeliling.. hmm Ingat ya kami muslimah yang menggunakan niqab juga mempunyai hati dan perasaan jd perlalukan lah sbgmn mestinya..🙏🏻🙏🏻 tnp di intimidasi.. 😭😭😭 Masih syock dan sedih😭😭😭


Sumber : Konten Islam 





Apa yang Mendorong Kekerasan Anti-Muslim di Sri Lanka?

Apa yang Mendorong Kekerasan Anti-Muslim di Sri Lanka?

10Berita, Sehari sebelum massa anti-Muslim menyerang sebuah kota yang damai di pusat Sri Lanka, seorang pemimpin kelompok nasionalis Sinhala berjalan-jalan melalui pusat kota.

“Kami telah membagikan selebaran dan sekarang telah mencapai Digana,” Amith Weerasinghe mengatakan di depan kamera handphonenya. ”Tetapi masalahnya ialah kita bahkan belum menemukan 20 toko yang dimiliki oleh etnis Sinhala,” kutip Aljazeera.

Kemudian dia melanjutkan: ”Kota ini menjadi hanya milik orang Muslim. Kita seharusnya sudah mulai mengatasi masalah ini sejak lama.”

“Kita, sebagai orang Sinhala, yang harus disalahkan. Jika ada orang Sinhala di Digana atau dekatnya, silahkan datang.”

Video itu, yang diposting di Facebook, YouTube dan Twitter, telah disebarkan secara luas.


Video itu merupakan awal dari kampanye vandalisme dan serangan pembakaran di distrik Kandy pusat, di mana Digana berlokasi, mendorong pemerintah mengerahkan tentara, mendeklarasikan keadaan darurat dan memblokir akses internet.

Kekerasan tersebut, yang dipicu oleh kematian seorang pria Sinhala setelah dipukuli oleh sekelompok pria Muslim karena permasalahan lalu lintas, menyebabkan setidaknya dua orang tewas, dan masjid-masjid, serta lusinan rumah dan toko, dibakar atau dihancurkan.

Insiden itu menimbulkan kekhawatiran akan instabilitas di Sri Lanka, sebuah negara Asia Selatan yang masih berjuang untuk pulih dari perang etnis sipil selama hampir tiga dekade.

Konflik – dengan separatis Tamil – berakhir pada tahun 2009, tetapi sebuah garis patahan telah muncul sekali lagi di Sri Lanka. Kali ini, dalam perbedaan agama, antara Sinhala Buddha yang merupakan 75 persen dari 21 juta populasi negara Samudera Hindia itu, dan minoritas Muslim, yang hanya 9 persen dari populasi.

Minoritas yang terancam

Dua komunitas telah hidup secara harmonis selama beberapa generasi, namun keresahan masih ada diantara komunitas Sinhala, serta perubahan ekonomi dan budaya yang baru-baru ini terjadi di masyarakat Sri Lanka telah melahirkan benang beracun nasionalisme Sinhala Buddha, menurut para analis.

Jehan Perera, direktur eksekutif Dewan Perdamaian Nasional berbasis di Colombo, mengatakan meningkatnya sentimen anti-Muslim sangat berkaitan dengan”kegelisahan historis etnis Sinhala yang menganggap diri mereka sebagai sebuah minoritas yang terancam”.

Separatis Tamil yang dianggap sebagai bagian dari populasi Tamil yang lebih besar Tamil Nadu India, sementara Muslim dianggap sebagai ”bagian dari kolektivitas yang lebih besar – komunitas global Islam – yang suatu hari nanti akan mengambil alih Sri Lanka,” katanya.

Anggapan itu telah menyebabkan kekhawatiran akan peningkatan populasi Muslim dan menimbulkan rumor palsu tentang rencana Muslim untuk mengurangi populasi Sinhala, termasuk memberi mereka alat kontrasepsi.

Nama ormas Bodu Bala Sena (BBS) mencuat sebagai aktor penting dalam kekerasan sektarian di Sri Lanka selama beberapa tahun terakhir


Rumor semacam itu menyebabkan massa membakar toko-toko Muslim pada Februari di wilayah timur negara itu. Di sana, seorang koki Muslim dituduh memasukkan”pil sterilisasi” ke makanan yang dijual pada pembeli etnis Sinhala.

“Ini benar-benar palsu dan karangan,” kata Perera.

Faktor lain yang memicu sentimen anti-Muslim ialah kecemburuan kota kecil karena persepsi bahwa Muslim lebih memiliki kekuatan ekonomi yang lebih, kata Nizamuddeen Mohamed Ameen, presiden Dewan Muslim Sri Lanka.

“Ini mitos,” katanya.”Di banyak kota, banyak toko-toko kecil milik Muslim. Mereka memang orang bisnis, tetapi bisnis mereka kecil, menjual kebutuhan sehari-hari.

Sumber ketidakpercayaan lainnya termasuk meningkatkan pengaruh Arab dalam budaya Muslim Sri Lanka pada beberapa tahun ini, kata Ameen dan Perera.

Muslim secara tidak proporsional mewakili lebih dari satu juta orang Sri Lanka yang pergi keluar negeri untuk bekerja, terutama di Timur Tengah. Ketika mereka kembali, mereka”membawa pulang uang dan kembali dengan pola pikir Arab yang lebih banyak daripada saat mereka pergi,” kata Perera.

“Di satu sisi, banyak uang datang dari negara-negara Arab ke dalam Sri Lanka, banyak masjid dibangun. Dan banyak wanita Muslim berpakaian berbeda – tidak seperti sebelumnya, mereka menggunakan niqab,” katanya.

Ameen menyetujui:”Ibu-ibu kami menutupi rambu mereka, tetapi mereka tidak menggenakan niqab. Cara berpakaian orang Muslim telah berubah, dan [Sinhala] mengira [Muslim] sedang mengikuti model Arab Saudi dan negara Arab lain.”

Kekebalan

Anggapan dan rumor seperti ini menyebar dan diperjelas di media sosial melalui postingan, meme, dan video, khususnya di laman Facebook milik kelompok-kelompok nasionalis Sinhala, kata para analis.

Kelompo nasionalis paling terkenal ialah Mahason Balakaya dan Bodu Bala Sena (BBS) yang dipimpin biksu Buddha Galagoda Atte Gnanasara, yang terakhir ini memiliki hubungan dengan kelompok Buddha garis keras Ma Ba Tha di Myanmar.

Karena sikap mereka, BBS dan Mahason Balakaya tidak menerima dukungan rayat, sehingga beberapa sentimen anti-Muslim mereka disebarkan oleh etnis mayoritas Sinhala.

Keberanian mereka didorong oleh kegagalan pemerintahan Presiden Maithiripala Sirisena dalam mengambil sikap terhadap penghasutan dan ujaran kebencian, aktivis lain mengatakan.

Contohnya, sebuah pidato Juni 2014 oleh Gnansara secara luas dianggap memicu kerusuhan anti-Muslim di Aluthgama, di mana empat orang terbunuh dan sekitar 80 orang lainnya terluka. Tetapi dia tidak ditangkap pada saat itu.

Kemudian, pada 2017, kepolisian mengumumkan dia masuk daftar buronan setelah tidak menjawab panggilan pengadilan untuk kasus ujaran kebencian.

Tidak lama setelah itu dia menyerahkan diri, hanya untuk dilepaskan dengan jaminan. Kasus tersebut masih berjalan.

Dalam kerusuhan Kandy, otoritas berwenang Sri Lanka telah menangkap Weerasinghe dan sembilan rekannya, tetapi banyak kritik mengatakan tindakan tersebut terlalu sedikit, terlambat.

Thyagi Ruwanpathira, seorang aktivis HAM Sri Lanka, mengatakan penangkapan Weerasinghe”sama sekali tidak cukup”.

Penangkapan telah dilakukan setelah serangan lainnya di masa lalu, tetapi”kita jarang melihat hukuman”, katanya.

“Jika pemerintah dan aparat penegak hukum dapat mematahkan putaran kekebalan dan  kelambatan ini dalam menghadapi kekerasan terhadap etnis dan agama minoritas, para pelaku tidak akan merasa berani,” katanya.

Para pemimpin politik dan agama harus menyampaikan pada publik bahwa”kekerasan terhadap minoritas tidak akan ditoleransi dan bahwa tidak ada etnis atau komunitas agama yang berhak pada negara ini di atas yang lain,” katanya.*/Nashirul Haq AR

Sumber :Hidayatullah.com 

Kamis, 08 Maret 2018

Komnas Perempuan: Larangan Cadar Bagian dari Diskriminasi

Komnas Perempuan: Larangan Cadar Bagian dari Diskriminasi

Hak perempuan bercadar untuk menikmati pendidikan di kampus menjadi hilang.

10Berita ,JAKARTA -- Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta berencana untuk mengeluarkan kebijakan yang melarang mahasiswinya mengenakan cadar (penutup muka) dalam aktivitas belajar mengajar di dalam kampus. Bahkan, pihak kampus juga akan memecat mahasiswi tersebut jika tidak bersedia melepas cadar setelah melalui beberapa proses tahapan pembinaan.

Menanggapi ini, Ketua Komnas Perempuan, Azriana, mengatakan Komnas Perempuan melihat pengaturan cara berbusana sebagai bagian dari kontrol atas tubuh. Selama ini, menurutnya, pihaknya memang melihat pengaturan berpakaian lebih banyak ditujukan kepada perempuan.

Dalam hal ini, Azriana mengatakan Komnas Perempuan meletakkan pengaturan busana tersebut di dalam salah satu bentuk kekerasan seksual dan diskriminasi terhadap perempuan. Dikatakan diskriminatif, menurutnya, jika itu mengurangi dan mengabaikan kesempatan perempuan untuk menikmati hak-haknya. 

Misalnya, dalam kasus pelarangan cadar jika memang diterapkan, ia mengatakan hak perempuan bercadar untuk bisa menikmati pendidikan di kampus tersebut menjadi hilang. Karena salah bentuk tindak kekerasan seksual dan diskriminasi itulah, ia mengatakan melarang perempuan menggunakan atau mewajibkan perempuan berbusana tertentu sama-sama tidak bisa dibenarkan.

"Sikap Komnas Perempuan terhadap pemberitaan tentang adanya rencana larangan penggunaan cadar di UIN-Suka, kami menolak segala bentuk pengaturan berbusana terhadap perempuan. Apalagi, jika itu bagian dari politisasi agama atau identitas," kata Azriana, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (7/3).

Azriana mengatakan, bahwa pihaknya telah melakukan konfirmasi ke pihak kampus. Sejauh ini, pihak kampus memang hanya baru tahap rencana dan belum memberlakukan itu sebagai kebijakan. Namun demikian, upaya yang tengah dilakukan UIN-Suka saat ini adalah penangkalan radikalisasi di kalangan kampus. Dikatakannya, pihak kampus masih melakukan tahap dialog.

Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa Komnas Perempuan memandang inisiatif UIN-Suka untuk melakukan penangkalan radikalisasi ke kampus adalah hal yang perlu diapresiasi. Kendati demikian, ia berharap hal itu dilakukan melalui pengintegrasian penangkalan faham radikalisasi ke dalam materi pendidikan.

"Upaya penangkalan tidak harus selalu dilakukan melalui pengaturan busana. Kita jangan hanya di tataran simbol saja. Jangan menilai atau menghakimi seseorang yang bercadar itu sudah pasti terkena faham radikal," lanjutnya,

Apalagi, ia mengatakan institusi pendidikan harus membebaskan diri dari sesuatu yang bisa memperkeruh kebhinekaan. Azriana menegaskan bahwa berbusana adalah bagian dari hak konstitusional untuk berekspresi yang dilindungi oleh undang-undang. Karenanya, ia mengatakan bahwa para mahasiswi bercadar tersebut bisa mencoba berdialog dengan memakai kerangka hak konstitusional, agar pihak kampus tidak perlu mengeluarkan kebijakan pelarangan cadar tersebut.

Ia juga mengatakan, pihaknya percaya jika pihak kampus tidak sepenuhnya mengatur soal pakaian. Namun, lebih pada pengendalian faham radikalisme. 

Dari data per Agustus 2016, dari 421 kebijakan diskriminatif di Indonesia yang didokumentasikan Komnas Perempuan, sebanyak 333 kebijakan itu menyasar langsung kepada perempuan dan sebagiannya tentang aturan berbusana perempuan. Kebijakan itu, kata dia, terjadi baik di instansi pemerintah maupun ruang publik. Umumnya, dari kebijakan itu ada keharusan bagi perempuan mengenakan jilbab.

Kini, kalaupun ada pelarangan mengenakan jilbab ataupun cadar, ia mengatakan bahwa hal itu harus diletakkan dalam diskusi soal hak konstitusional perempuan. Pasalnya, busana biasa digunakan karena dasar keyakinan dan kenyamanan.

"Jadi itu ruang yang tidak bisa diintervensi seharusnya. Kita harus mencegah ada kebijakan yang mengatur soal busana perempuan," tambahnya.

Terkait rencana kebijakan ini, Azriana menambahkan bahwa pihaknya akan mengupayakan untuk berkomunikasi lebih lanjut dengan pihak UIN-Suka, supaya tidak ada kebijakan yang melarang atau mewajibkan busana tertentu kepada mahasiswa.

Sumber : Republika.co.id 

CIIA: Pelarangan Cadar Indikasi Sikap Islamphobia

CIIA: Pelarangan Cadar Indikasi Sikap Islamphobia


10Berita, BANDUNG  - Pelarangan penggunaan cadar bagi Mahasiswi di UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta mendapat penentangan dari berbagai elemen umat Islam dan kalangan lainnya.

"Analisa saya fenomena pelarangan cadar ini salah satu indikasi sikap islamphobia dari seorang oknum muslim," kata Direktur Community of Ideological Islamic Analyst Harits Abu Ulya kepada voa-islam.com, Rabu (07/03).

"Dan ini resonansi dari proyek masif tawaran narasi dari elemen-elemen tertentu tentang kontra radikalisme yang di gelar diberbagai instansi pendidikan termasuk kampus," lanjutnya.

Narasi kontra radikalisme lanjut Harits, bak topeng dari sikap sesungguhnya yaitu islamphobia. Dan targetnya adalah penguatan liberalisme dan moderatisme dalam kehidupan beragama seorang muslim.

"Naif kalau cadar itu menjadi masalah keamanan bagi sebuah institusi pendidikan, alibi yang sangat tendensius, mendiskriditkan pemakai cadar identik dengan fenomena radikalisme dan terorisme," ungkapnya.

"Ini oversimplikasi memaknai cadar bagi seorang muslimah. Mungkin istri-istri Nabi Muhammad SAW yang wajib bagi mereka hijab (cadar) jika hadir di tengah-tengah kita hari ini akan di sematkan label yang lebih menyakitkan lagi," jelasnya lagi.

Menurut Haris dikaji dari beragam sudut pandang soal cadar, pelarangan terhadapnya bagi seorang muslimah tidak memiliki pijakan teologis, normatif, hukum positif bahkan salah satu bentuk pelanggaran terhadap HAM.

"Semoga 'kegenitan intelektual' yang tidak pada tempatnya segera di hentikan. Dan hari ini umat Islam makin cerdas dan semoga tidak terpengaruh oleh 'akrobat' para intelektual yang menjadi agen liberalisasi pemikiran dan budaya di Indonesia," pungkasnya. [syahid/]

Sumber : voa-islam.com

Minggu, 04 Maret 2018

'Jangan Kaitkan Pelaku Kriminal Beragama Islam dengan Islam'

'Jangan Kaitkan Pelaku Kriminal Beragama Islam dengan Islam'

Manajemen pengelolaan kasus agar masalah yang ada tidak meluas.

10Berita , JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Anwar Abbas berharap kepolisian dan media saat menangani atau menyampaikan kasus kriminal, radikalisme dan terorisme agar jangan cepat-cepat mengaitkan para pelakunya dengan agama Islam. Hal tersebut termasuk ketika pelakunya beragama Islam.

"Ini bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dilakukan karena saya lihat pihak kepolisian dan media juga bisa tidak mengaitkan masalah yang ditimbulkan oleh orang Kristen, misalnya, dengan agama Kristen atau oleh orang Hindu dengan agama Hindu yang dianut oleh pelakunya," kata Anwar melalui keterangan tertulis kepada Republika, Ahad (4/3).

Anwar menerangkan, manajemen pengelolaan kasus seperti ini penting untuk dipikirkan dan dilakukan agar masalah yang ada tidak meluas dan tidak merebak ke mana-mana. Alasan lainnya, dia menerangkan, tidak akan menyakiti hati dari para pemeluk agama yang sama dengan agama para pelaku.

Ia melanjutkan, kalau nama Islam yang mereka pakai saat melakukan gerakan meresahkan, kepolisian saat menyelesaikan masalah tersebut tidak menonjolkan agama atau kata Islam. Kepolisian bisa lebih menekankan kepada kasus, masalah, dan pelanggaran yang mereka lakukan saja.

"Sehingga persoalan menjadi terlokalisir hanya kepada para pelaku, dan orang yang seagama dengannya tidak tersinggung dan tidak merasa terbawa-bawa sehingga kegaduhan seperti yang banyak terjadi selama ini bisa dihindari," ujarnya.

Anwar yang juga ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjelaskan, cara penanganan kasus seperti ini perlu menjadi perhatian para penegak hukum dan media. Dengan demikian, dia menambahkan, umat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak merasa disudutkan seperti yang banyak terlihat dan dirasakan selama ini.

Kalau cara-cara menonjolkan agama dalam kasus kriminal, radikalisme, dan terorisme terus berlangsung, dia mengatakan, akan terjadi sebuah kegaduhan. Alhasil, masalah yang sebenarnya kecil menjadi melebar sehingga menjadi persoalan yang menguras energi dan menghabiskan waktu sehingga menjadi tidak produktif.

"Padahal kita yang hidup di negeri yang kita cintai ini ingin hidup tenang, dengan penuh rasa aman, tenteram dan damai tanpa ada rasa curiga terhadap yang lainnya, terutama kepada pihak pemerintah dan para penegak hukum agar kita bisa bekerja dengan tenang sehingga produktivitas kita sebagai bangsa bisa meningkat dan kemajuan bangsa bisa kita akselerasi," kata dia menegaskan.

 Sumber : Republika.co.id

Kamis, 01 Maret 2018

Di Negeri Ini Ada Yang Ketakutan Dengan Gerakan Sholat Subuh Berjamaah

Di Negeri Ini Ada Yang Ketakutan Dengan Gerakan Sholat Subuh Berjamaah


10Berita -Tudingan yang menyebut gerakan “sholat subuh berjamaah” sebagai upaya politisasi jelang Pilkada 2018, justru mengarah pada upaya memperburuk citra Islam.

Penegasan itu disampaikan pemikir Islam Muhammad Ibnu Masduki (28/02). “Gerakan subuh berjamaah itu baik dan tidak perlu dikaitkan dengan isu politisasi. Kalau ‘pihak sebelah’ menuding politisasi, buat juga gerakan subuh berjamaah,” tegas Ibnu Masduki.

Menurut Ibnu Masduki, gerakan subuh berjamaah justru menguatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan. “Indonesia makin bagus dengan adanya gerakan subuh berjamaah,” papar Ibnu Masduki.

Ibnu Masduki menilai, tudingan politisasi shalat subuh berjamaah juga terkait dengan kekhawatiran penguasa menghadapi persaingan Pilkada 2018. “Walaupun penguasa tidak mengungkapkan, tetapi melalui kelompok yang saat ini dekat dengan penguasa,” beber Ibnu Masduki.

Tak hanya itu, Ibnu Masduki mengungkapkan, pendukung penguasa yang justru melakukan politisasi agama dengan menyebarkan foto shalat berjamaah. “Tidak perlu asal menuduh biar rakyat yang menilai sendiri terlebih mendekati Pemilu dan Pilpres,” pungkas Ibnu Masduki.

Sebelumnya, Ketua Forum Silaturahmi Bangsa (FSB) Jawa Barat, Muhidin, mengatakan ada gerakan salat subuh berjamaah yang selanjutnya diisi ceramah keagamaan dengan materi berisi ujaran kebencian demi mendukung salah satu kandidat.

“Kami menolak politik praktis masuk masjid dengan bungkus apa pun. Misalnya salat subuh berjemaah, tapi ujung-ujung dipakai untuk mengajak pilih si A atau si B,” kata Muhidin dalam pengajian kebangsaan bertema ‘Fungsi Masjid Sesuai Syariat Islam” di Masjid Sabilus Salam, Bandung (26/2).(kl/ito)

Sumber : Eramuslim

Sabtu, 24 Februari 2018

Politik Kebencian Negara Terhadap Umat Islam, dari Amerika Sampai Indonesia

Politik Kebencian Negara Terhadap Umat Islam, dari Amerika Sampai Indonesia

10Berita, Keamanan Nasional dan bukti yang tidak sehat. Bukti itu termasuk dari pengakuan yang diperoleh dari siksaan selama di penjara. Warga sipil juga terus menghadapi hukum yang tidak adil di pengadilan militer. Setidaknya 384 orang diajukan ke pengadilan militer sepanjang tahun.

Tragisnya, pada bulan Februari seorang anggota parlemen mengusulkan amandemen konstitusi untuk memperpanjang masa jabatan presiden dari empat tahun menjadi enam tahun. Pada bulan April, Presiden al-Sisi mengeluarkan sebuah amandemen undang-undang baru yang melemahkan jaminan pengadilan yang adil dan memfasilitasi penangkapan sewenang-wenang, masa penahanan praperadilan yang tidak pasti, dan penculikan paksa. Perubahan tersebut juga memungkinkan pengadilan pidana mencantumkan orang dan entitas tertentu dalam daftar “terorisme” hanya berdasarkan informasi kepolisian.

3. India

Untuk kondisi HAM di India, Amnesty International mengawali laporannya dengan menyebut kelompok minoritas agama, khususnya Muslim, menghadapi meningkatnya sikap permusuhan oleh kelompok garis keras Hindu, media pro-pemerintah dan beberapa pejabat negara. Puluhan kejahatan kebencian terhadap Muslim terjadi di seluruh negeri.

Sedikitnya 10 pria Muslim dihukum gantung dan banyak orang yang terluka oleh akibat perlakuan anarkis kelompok perlindungan sapi. Kelompok itu kebanyakan melakukan aksinya dengan didukung oleh anggota partai penguasa yang dipimpin perdana menteri Narendra Modi, Partai Bharatiya Janata (BJP).

 Sumber : Kiblat


Rabu, 21 Februari 2018

Muslim di Inggris jadi Target Serangan Islamophobia Media Cetak

Muslim di Inggris jadi Target Serangan Islamophobia Media Cetak

10Berita, LONDON – Beberapa media Inggris menggambarkan Islam dan Muslim secara negatif jauh lebih buruk daripada pada tahun 2011, mantan ketua dewan Tory dan anggota House of LordsSayeeda Warsi mengatakan pada hari Selasa (20/02/2018).

Memberikan bukti kepada House of Commons Komite Urusan Dalam Negeri (the House of Commons’ Home Affairs Committee) tentang “kejahatan kebencian dan konsekuensi kekerasannya,” Warsi mengatakan bahwa Muslim Inggris terus-menerus ditargetkan oleh media cetak tertentu.

“Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam membahas penggambaran negatif oleh media cetak,” katanya.

Warsi mengatakan meracuni tingkat rendah melalui cerita negatif tertulis sekarang merupakan “kejadian sehari-hari.”

Chris Frost, ketua National Union of Journalists, mengatakan masalah tersebut “adalah masalah berskala besar” sekarang, lansir Anadolu Agency.

Frost mengatakan kepada panitia bahwa beberapa bukti yang dia kumpulkan sangat mengerikan, yaitu bagaimana beberapa editor menginstruksikan reporter mereka untuk menulis cerita dengan cara tertentu.

“Salah satu cara terbaik menjual koran adalah membuat orang percaya bahwa ada kejahatan. Karena ulah IS (Islamic State) , umat Islam menjadi kelompok yang ditargetkan,” katanya.

Frost menggarisbawahi bahwa sebanyak 64 persen publik Inggris menerima informasi tentang Islam dan Muslim melalui media, sebagian besar tidak mencari informasi lebih lanjut.

“Sangat penting bagi surat kabar untuk mengetahui apa yang dibicarakan publik,” katanya.

Baik Warsi maupun Frost juga menarik perhatian pada fakta bahwa Independent Press Standards Organization (IPSO) “tidak sesuai harapan” dalam menangani keluhan tentang cerita anti-Muslim palsu.

Warsi mengatakan bahwa wartawan tidak dapat lolos dengan laporan homofobia, rasis dan anti-Semit namun situasi mengenai pelaporan anti-Muslim “jauh lebih buruk daripada sebelumnya di tahun 2011.”

“IPSO mengizinkan diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Peran mereka harus dipikirkan ulang,” katanya.

Warsi mengatakan kepada panitia bahwa gadis-gadis Muslim muda mengenakan jilbab dan mudah dikenali sehingga warga Muslim sekarang berdiri di dekat dinding di stasiun kereta karena takut didorong ke rel.

“Saya tidak berpikir kita masih akan berdebat tentang jilbab di tahun 2018,” katanya.

Frost juga menunjukkan bahwa liputan Muslim yang negatif oleh media cetak nasional mendorong penulis blog individu untuk melakukan hal yang sama.

“Tabloid terutama memilih cerita tersebut dengan sengaja karena mereka tahu cerita itu akan laku,” katanya.

Panitia juga mendengar bahwa beberapa cerita anti-Muslim yang muncul di versi online dari gerai-gerai tertentu, seperti Daily Mail, dengan cepat diangkat oleh tokoh-tokoh kanan-jauh dan menjadi viral.

Baroness Warsi mendesak perdana menteri dan pemimpin partai oposisi untuk memberikan pidato utama tentang kontribusi umat Islam ke Inggris Raya.

Serangan anti-Muslim di Inggris melonjak setelah serangan teror mematikan di Manchester dan London Bridge tahun lalu, menurut data resmi.

Sumber : Jurnalislam.com

Sabtu, 17 Februari 2018

Trump Kembali Larang Imigran Muslim Memasuki AS

Trump Kembali Larang Imigran Muslim Memasuki AS

10Berita, WASHINGTON  – Upaya terakhir Presiden AS, Donald Trump, untuk membatasi imigrasi menghadapi kemunduran yudisial lain pada hari Kamis (15/2/2018) oleh sebuah pengadilan banding federal di Virginia, lansir Anadolu Agency Jumat (16/2/2018).

Dalam sebuah keputusan 9-4, pengadilan memutuskan bahwa larangan perjalanan yang ditetapkan Trump tidak konstitusional karena mendiskriminasikan Muslim.

Keputusan mayoritas tersebut mengutip berita Twitter Trump dan pernyataan publik lainnya sebagai bukti bahwa maksud “keamanan nasional” yang dinyatakan di balik alasan perintah eksekutif tersebut hanyalah semata-mata menutupi niat sebenarnya.

“Memeriksa pernyataan resmi Presiden Trump dan pejabat eksekutif lainnya, bersamaan dengan Proklamasi itu sendiri, kami menyimpulkan bahwa Proklamasi secara tidak konstitusional tercemar dengan animus terhadap Islam,” Hakim Ketua Roger Gregory menulis.

Mereka yang mengajukan tuntutan eksekutif “menyodorkan bukti yang tak terbantahkan bahwa Presiden Amerika Serikat secara terbuka dan sering kali mengungkapkan keinginannya untuk melarang orang-orang yang beragama Islam memasuki Amerika Serikat,” Gregory menulis.

Versi larangan perjalanan terbaru melarang warga dari delapan negara – enam di antaranya mayoritas Muslim – memasuki AS. Larangan ini melarang imigrasi dari Chad, Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman serta Korea Utara dan Venezuela.

Mahkamah Agung diperkirakan akan mendengar argumen dalam kasus tersebut pada bulan April.

Cecillia Wang, wakil direktur hukum the American Civil Liberties Union, menyambut baik keputusan the Fourth Circuit Courttersebut.

“Upaya ilegal ketiga Presiden Trump untuk merendahkan dan mendiskriminasi kaum Muslimin melalui sebuah larangan imigrasi telah gagal lagi di pengadilan. Tidak mengherankan, Konstitusi melarang tindakan pemerintah memusuhi agama,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Sebagai kandidat yang mencalonkan diri untuk jabatan tertinggi di Amerika, Trump berjanji untuk memberlakukan “penghentian total dan menyeluruh terhadap Muslim yang memasuki Amerika Serikat sampai perwakilan negara kita dapat mengetahui apa yang sedang terjadi.”

Sementara di kantor, dia mengeluarkan tiga upaya terpisah untuk memenuhi janji tersebut namun menghadapi kemunduran hukum berturut-turut.

Mahkamah Agung mengizinkan versi ketiga diberlakukan saat proses hukum masih berlanjut.

Sumber :Jurnal Islam 

Jumat, 16 Februari 2018

IRONI, Thailand Anugerahkan Penghargaan ke Panglima Myanmar Pembantai Muslim Rohingya 

IRONI, Thailand Anugerahkan Penghargaan ke Panglima Myanmar Pembantai Muslim Rohingya 

Tentara Myanmar (Ilustrasi)

Hampir 700 ribi orang Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine.

10Berita , BANGKOK  -- Thailand menganugerahi Panglima Tentara Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing bintang kerajaan pada Jumat. Penghargaan diberikan di tengah-tengah tuduhan kejahatan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar terhadap Muslim Rohingya yang telah memicu kecaman internasional.

Hampir 700 ribi orang Rohingya telah meninggalkan negara bagian Rakhine di Myanmar dan melintas ke Bangladesh sejak Agustus lalu,

"Jenderal Hlaing diberikan bintang kelas pertama dalam upacara di Bangkok," menurut laman resmi jenderal itu. Laman tersebut juga menunjukkan sebuah gambar panglima itu berjabat tangan dengan mitranya dari Thailand Jenderal Tarnchaiyan Srisuwan.

Thailand yang mayoritas berpenduduk pemeluk Buddha sering memberikan bintang jasa kerajaan kepada para panglima tentara dari negara-negara lain yang mendukung tentara Thailand.

"Dia menerima tanda kehormatan atas dedikasinya untuk membina hubungan baik antarmiliter. Kami mendukung misi masing-masing dan melakukan pertukaran kunjungan. Tentara kami mengadakan banyak kegiatan bersama," kata juru bicara tentara Thailand Letnan Jenderal Nothapol Boonngam.kepada Reuters,

Sumber: Antara , Republika.co.id

Rabu, 14 Februari 2018

Kaca Masjid Tuban Dirusak, Polisi: Pelaku Diduga Orang Gila, Warganet: Bukan Teroris, Pak?

Kaca Masjid Tuban Dirusak, Polisi: Pelaku Diduga Orang Gila, Warganet: Bukan Teroris, Pak?


10Berita, Masjid Baiturrahim Jl Sumurgempol No 77 Karangsari Tuban Jawa Timur dirusak oleh orang yang tidak dikenal pada Selasa 12 Februari dini hari. Menurut informasi tertulis yang diterima dari Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, pelaku diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Pelaku terdiri atas satu orang laki-laki yang diduga mengalami gangguan kejiwaan. Satu orang laki-laki yang diakui sebagai saudara bertindak sebagai pengemudi serta tiga anak yang terdiri atas satu perempuan usia SMP dan dua laki-laki balita. Mereka mampir ke masjid menggunakan kendaraan Toyota Inova H-8697-JQ. Seorang pelaku mengamuk dengan melakukan pemecahan sebagian kaca masjid.

“Hasil interograsi dan pemeriksaan sementara bahwa keluarga pelaku tersebut mengalami gangguan kejiwaan yang mengakibatkan perilaku menyimpang,” kata Frans dalam keterangan tertulisnya, Selasa 13 Februari 2018.

Berdasarkan keterangan sementara, pada Senin 11 Februari 2018 sore, pelaku dan keluarga datang dan melakukan shalat Ashar kemudian berdialog dengan masyarakat. Lalu pada pukul 17.30 WIB, yang bersangkutan beserta rombongan keluar meninggalkan masjid. Menjelang waktu Isya pelaku datang kembali serta mengikuti salat berjamaah. Namun pelaku membuat barisan saf sendiri.

Setelah mengerjakan shalat Isya, pelaku melaksanakan istirahat dan tidak beranjak dari Masjid. Selasa dini hari, warga menanyakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan pelaku di Masjid Baiturrahim. “Namun yang bersangkutan melakukan pemukulan kepada korban sehingga korban lari keluar masjid untuk memberitahukan kepada warga lainnya,” jelas Frans.

Sekitar pukul 01.30 WIB, pelaku melakukan pengrusakan terhadap kaca Masjid Baiturrahim dengan menendang menggunakan kaki. Mendengar adanya suara pecahan kaca tersebut warga sekitar Masjid mulai berdatangan dan meneriaki pelaku untuk menghentikan perbuatannya tersebut. Namun dijawab oleh pelaku bahwa dia siap untuk mati.

Polisi pun mengamankan sejumlah pelaku tersebut. Frans masih enggan menjelaskan secara rinci berapa jumlah pelaku yang diamankan maupun siapa pelaku pengrusakan tersebut. Namun, satu pelaku berhasil diidentifikasi atas nama Zaenudin (40 tahun), asal Rembang Jawa Tengah.

“Kondisi pelaku satu orang mengalami luka-luka pada tangan dan kaki akibat terkena pecahan kaca serta pada saat diamankan pelaku teriak-teriak,” kata Frans.

Sejumlah barang bukti, termasuk mobil pun masih diamankan kepolisian setempat. “Sampai saat ini masih belum diketahui motif dari pelaku dan masih dalam pemeriksaan Satreskrim Polres Tuban,” ujar Frans.

Sumber: Republika.co.id

Selasa, 13 Februari 2018

Framing Itu Berlanjut, Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

Framing Itu Berlanjut, Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

10Berita – Minggu (11/2), Gereja Katolik Santa Lidwina Bedog, Kecamatan Gamping, Sleman, diserang pelaku yang bernama Suliyono (23), Minggu (11/2). Suliono yang merupakan warga Banyuwangi itu menyerang dengan menyabetkan pedang saat ratusan orang tengah menjalankan misa.

Sejumlah orang mengalami luka-luka akibat sabetan pedang Suliyono. Para korban kemudian dilarikan ke rumah sakit, termasuk Romo Prier, yang tengah memimpin jalannya misa.

Terkait dengan penyerangan gereja tersebut, banyak media yang mem-blow up-nya. Beda sekali perlakuannya saat ulama-ulama diserang bahkan ada yang dibunuh.

Berikut adalah tulisan yang akan mengulas begitu tidak adilnya framing yang dibuat atas kasus-kasus penyerangan terhadap tokoh agama.

FRAMING ITU BERLANJUT
(Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam)

Oleh: Nasrudin Joha

Setelah berhasil menghingar bingarkan kabar insiden penyerangan Gereja Lidwina, menutup pemberitaan kematian MJ ditangan Densus 88, melupakan kasus pembunuhan dan penganiayaan ustadz dan kiyai, kini media mainstream melanjutkan misinya.

Suliyono terduga penyerang gereja digambarkan menelepon orang tua, ingin menikahi bidadari di surga setelah khatamkan Al Quran. Sekali lagi, pelaku penyerang gereja diarahkan seorang muslim yang terikat dengan Al Quran. Ia tidak mau menikah, ia ingin menikahi bidadari di surga.

Lebih lanjut, framing akan sampai pada perbuatan pelaku adalah dalam rangka jihad suci untuk menggapai kompensasi bidadari di surga, sebagaimana diajarkan dalam doktrin Islam.

Luar biasa ! Umat Islam menjadi korban pembunuhan, umat Islam juga yang dituduh sebagai pelaku kejahatan. Tidak saja pada umatnya, ajaran dan simbol Islam akan diseret sebagai bukti kejahatan. Ini melanggar batas merah ! Marahlah wahai umat Islam !

Gereja diserang, panglima, ketua DPR, kabareskrim, kakek tua yang tak dianggap Buya, sampai Densus 88 ikut turu gunung. Mereka koor menyanyikan lagi keprihatinan, mengumandangkan lagu kekecewaan, kesedihan, padahal belum ada nyawa melayang.

Bagaimana jika serangan itu terhadap umat Islam? Nyawa sudah melayang, tidak ada ujaran simpati apalagi empati. Kakek tua yang sudah bau tanah juga tidak cuap-cuap kecewa, mungkin saja dia malah bersyukur.

Tidak ada panglima, tidak ada DPR, tidak ada media, hanya seruan sosmed yang Istiqomah mengabarkan keprihatinan dan derita umat. Prawoto meninggal, dimana mereka semua ? MJ tewas setelah ditangkap Densus 88, kemana mereka ? Penganiayaan kiyai, percobaan pembunuhan, penyerangan masjid saat subuh, kemana mereka semua ?

Apakah mulut mereka telah dijahit jika ingin membela umat Islam ? Apakah kekuasaan yang ada ini memang terstruktur dan masif untuk mendzalimi Umat Islam ?

Wahai umat Islam, bangkitlah ! Bela saudaramu ! Darah mereka haram ditumpahkan, jiwa mereka melayang disebabkan kedzaliman, tuntutlah para penguasa dzalim itu yang membiarkan semua ini terjadi !

Mereka sibuk dengan citra diri, bermain sepeda atau membagi buntelan kehinaan, yang membiarkan rakyat berlarian memperebutkan. Penguasa dungu itu, terus saja sibuk bersolek dengan citra survey, mengabarkan kepalsuan dan menutup onggokan dusta dan pengkhianatan.

Wahai umat, Siyono meminta pertanggungjawaban ! Prawoto menuntut pembelaan Anda ! Semua Syuhada Densus 88 akan menuntut Anda jika Anda semua diam !

Ya Allah, aku telah kabarkan kewajibanku. Ringankanlah hisabku, jadikan ikhtiarku menjadi penghalang murka-Mu. Hasbunallah Wani’mal Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir.

Sumber : Ngelmu.co

Senin, 12 Februari 2018

Masjid di Kota Drachten Belanda Dibakar Teroris Islamofobia 

Masjid di Kota Drachten Belanda Dibakar Teroris Islamofobia


Sebuah kamera keamanan merekam seseorang menumpahkan cairan yang mudah terbakar setelah memecahkan kaca di belakang masjid

10Berita Masjid milik Yayasan Islamic Centre Drachten di utara Belanda,  tempat mana sebagian besar orang Maroko beribadah dibakar oleh orang asing yang tidak dikenal dan melaporkan kerusakan pada masjid tersebut.

Manajer Yayasan Drachten Islamic Center Khalid Bennaceur menjelaskan,   warga yang datang untuk sholat subuh mengaku mencium bau turpentin di dalam masjid.

“Kemudian, ketika kami datang untuk sholat dhuhur, kami menyadari bahwa ada bekas terbakar di dinding, dan jendelanya telah rusak di sisi belakang masjid,” kata Khalid dikutip Anadolu Agency.


”Para jamaah yang datang untuk shalat fajar mengatakan bahwa mereka mencium bau terpetin. Kemudian saat kami sampai di shalat dzuhur, kami melihat tanda api di balik masjid dan pecahan kaca. ”

Bennaceur mengatakan, “Sebuah kamera keamanan merekam seseorang menumpahkan cairan yang mudah terbakar setelah memecahkan kaca di belakang masjid dan kemudian melarikan diri.”

Bennaceur mengatakan mereka telah melaporkannya ke polisi dan penyelidikan telah dimulai.*

Sumber : Hidayatullah.com

Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

Kejahatan Kolektif Media Terhadap Umat Islam

Oleh: Nasrudin Joha

10Berita, Setelah berhasil menghingar bingarkan kabar insiden penyerangan Gereja Lidwina, menutup pemberitaan kematian MJ ditangan Densus 88, melupakan kasus pembunuhan dan penganiayaan ustadz dan kiyai, kini media mainstream melanjutkan misinya.

Suliyono terduga penyerang gereja digambarkan menelepon orang tua, ingin menikahi bidadari di surga setelah khatamkan Al Quran. Sekali lagi, pelaku penyerang gereja diarahkan seorang muslim yang terikat dengan Al Quran. Ia tidak mau menikah, ia ingin menikahi bidadari di surga.

Lebih lanjut, framing akan sampai pada perbuatan pelaku adalah dalam rangka jihad suci untuk menggapai kompensasi bidadari di surga, sebagaimana diajarkan dalam doktrin Islam.

Luar biasa ! Umat Islam menjadi korban pembunuhan, umat Islam juga yang dituduh sebagai pelaku kejahatan. Tidak saja pada umatnya, ajaran dan simbol Islam akan diseret sebagai bukti kejahatan. Ini melanggar batas merah ! Marahlah wahai umat Islam !

Gereja diserang, panglima, ketua DPR, kabareskrim, kakek tua yang tak dianggap Buya, sampai Densus 88 ikut turu gunung. Mereka koor menyanyikan lagi keprihatinan, mengumandangkan lagu kekecewaan, kesedihan, padahal belum ada nyawa melayang.

Bagaimana jika serangan itu terhadap umat Islam? Nyawa sudah melayang, tidak ada ujaran simpati apalagi empati. Kakek tua yang sudah bau tanah juga tidak cuap-cuap kecewa, mungkin saja dia malah bersyukur.

Tidak ada panglima, tidak ada DPR, tidak ada media, hanya seruan sosmed yang Istiqomah mengabarkan keprihatinan dan derita umat. Prawoto meninggal, dimana mereka semua ? MJ tewas setelah ditangkap Densus 88, kemana mereka ? Penganiayaan kiyai, percobaan pembunuhan, penyerangan masjid saat subuh, kemana mereka semua ?

Apakah mulut mereka telah dijahit jika ingin membela umat Islam ? Apakah kekuasaan yang ada ini memang terstruktur dan masif untuk mendzalimi Umat Islam ?

Wahai umat Islam, bangkitlah ! Bela saudaramu ! Darah mereka haram ditumpahkan, jiwa mereka melayang disebabkan kedzaliman, tuntutlah para penguasa dzalim itu yang membiarkan semua ini terjadi !

Mereka sibuk dengan citra diri, bermain sepeda atau membagi buntelan kehinaan, yang membiarkan rakyat berlarian memperebutkan. Penguasa dungu itu, terus saja sibuk bersolek dengan citra survey, mengabarkan kepalsuan dan menutup onggokan dusta dan pengkhianatan.

Wahai umat, Siyono meminta pertanggungjawaban ! Prawoto menuntut pembelaan Anda ! Semua Syuhada Densus 88 akan menuntut Anda jika Anda semua diam !

Ya Allah, aku telah kabarkan kewajibanku. Ringankanlah hisabku, jadikan ikhtiarku menjadi penghalang murka-Mu. Hasbunallah Wani’mal Wakil, Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir.

Sumber : Dakwah Media

Masjid di Belanda Diserang dan Hendak Dibakar

Masjid di Belanda Diserang dan Hendak Dibakar

Jamaah shalat Subuh mencium bau aneh di dalam masjid.

10Berita , DRACHTEN -- Sebuah masjid di Kota Drachten, Belanda diserang. Menurut manajer Yayasan Drachten Islamic Center penyerang yang tidak dikenal mencoba membakar masjid tersebut.

Seperti dilansir Anadolu, Ahad (11/2), masjid yang dikunjungi kebanyakan orang asal Maroko ini dioperasikan oleh sebuah yayasan.

Manajer yayasan Khalid Bennaceur mengatakan anggota masyarakat yang datang untuk shalat subuh mengaku mencium bau aneh di dalam masjid.

"Kemudian, ketika kami datang untuk shalat siang, kami menyadari bahwa ada bekas luka bakar di dinding dan jendelanya telah rusak di sisi belakang masjid," katanya.

Serangan tersebut terjadi sekitar pukul empat pagi waktu setempat. Dia menambahkan bahwa seseorang terlihat merusak jendela belakang masjid dan melarikan diri setelah kebakaran. Polisi telah memulai penyelidikan atas insiden tersebut.

Sumber : Republika.co.id

Kekerasan Pemuka Agama, Kebencian Atas Dasar Sentimen Agama

Kekerasan Pemuka Agama, Kebencian Atas Dasar Sentimen Agama

Itu berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

10Berita , JAKARTA -- Ketua PBNU Bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan menilai, kekerasan yang menimpa pemuka sejumlah tokoh agama menyiratkan adanya kebencian atas dasar sentimen agama. "Peristiwa-peristiwa itu menyiratkan adanya kebencian atas dasar sentimen keagamaan," kata Ketua PBNU Bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan Robikin Emhas dalam keterangan tertulis, Ahad (11/2).

Dia menegaskan, kekerasan terhadap pemuka agama manapun harus dihentikan dan dijauhi. Pasalnya, kekerasan, apalagi teror, radikal dan ekstrim, bertentangan dengan ajaran Islam dan perilaku Nabi Muhammad SAW.

Robikin menegaskan, Radulullah SAW tak pernah melakukan atau mentolerir sikap ekstrim dan radikal. Rasulullah SAW selalu menekankan tidak boleh ada kekerasan dalam agama. Sebaliknya, tidak ada agama di dalam kekerasan. "Artinya, kalau ada kekerasan berarti itu bukan agama," ujar dia.

Dia berhadap, pihak berwajib dapat mencegah dan menghentikan kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama, apalagi didasari kebencian atas dasar sentimen keagamaan. Hal itu berpotensi melahirkan saling curiga dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa yang berujung pada gangguan keamanan serius.

"Dalam momentum tahun politik 2018 dan 2019, mari kita buktikan Indonesia mampu melakukan sirkulasi kekuasaan dengan cara-cara beradab," tutur Robikin.

Belum genap sebulan, terjadi empat kekerasan beruntun terhadap tokoh dan pemuka agama. Kekerasan pertama menyasar KH Umar Basri, tokoh NU dan Pengasuh Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Bandung, Jawa Barat pada 27 Januari 2018. Serta, HR. Prawoto, Komandan Brigade PP PERSIS di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat pada 1 Februari 2018.

Pagi ini (11/2), terjadi lagi serangan terhadap Romo Edmund Prier beserta jemaatnya dan petugas polisi di Gereja St. Lidwina Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kekerasan juga terjadi terhadap Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di Desa Caringin, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten pada 7 Februari 2018. "Apapun alasannya, kekerasan tak bisa dibenarkan," ujar dia.

Sumber : Republika.co.id

Rabu, 07 Februari 2018

PBB Ajak Perangi Islamofobia

PBB Ajak Perangi Islamofobia

Kepala urusan Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein

Kekerasan atas nama agama tidak sesuai dengan dasar ajaran agama.

10Berita , JAKARTA -- Islamofobia telah menjadi masalah di berbagai belahan dunia. Melihat hal itu, Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Zeid Ra'ad Al Hussein mengajak untuk bersama-sama memerangi hal tersebut.

"Islamofobia jelas salah. Diskriminasi atas dasar keyakinan dan warna kulit juga salah," kata Zeid Ra'ad Al Hussein di Jakarta, Rabu (7/2).

Zeid mengatakan, diskirminasi merupakan hal yang harus dilawan. Namun, dia menegaskan, untuk memerangi diskriminasi, sebuah negara harus siap untuk mengakhiri diskriminasi di kawasannya sendiri.

Dia mengatakan, kekerasan atas nama agama tidak sesuai dengan dasar ajaran agama, belas kasih dan cinta. Dia mengaku sempat mengundang para pemuka agama dan tokoh masyarakat berbasis agama lainnya di Beirut. Pertemuan itu kemudian menghasilkan Faith for Right untuk menetapkan peran agama dan keyakinan dalam membela hak.

Dia mengatakan, deklarasi tersebut mengacu pada komitmen bersama dalam semua agama dan kepercayaan untuk menegakan martabat dan nilai yang setara untuk semua manusia. Hal itu, dia mengatakan, juga sesuai dengan pasal 1 dalam deklarasi HAM universal.

Sementara, kedatangan Zeid ke Indonesia sekaligus memperingati 70 tahun deklarasi HAM universal. Dia mengatakan, sejak tahun 1998 lalu, Indonesia telah berhasil melakukan transisi demokrasi dan memperkuatnya dengan pertumbuhan ekonomi. Indonesia, dia melanjutkan, merupakan salah satu negara paling progresif di kawasan dalam bidang HAM.

Sumber : Republika.co.id