ANIES JADI TARGET?
Sumber: kbk
ANIES JADI TARGET?
Sumber: kbk
Wartawan Senior: Mengapa Orang PDIP Ramai-ramai Menyerang Habib?
10
Kader Syiah Tukang Fitnah
Oleh:M. Rizal Fadillah
YA benar saya Syiah, any problem with that?” ujar Denny Siregar.
Ya tidak ada problem sih jika tidak macem-macem, fitnah fitnah misalnya. Justru yang menjadi problem adalah perilakunya. Apakah doktrin Syiah melekat dan terimplementasi pada perilaku yang menyakiti umat Islam?
Denny Siregar seenaknya memfitnah bahwa massa penjemput HRS ke bandara bukan karena cinta, tetapi karena dana. Uang yang menggerakkannya. Ini adalah fitnah kubro dari orang yang gatel jika tidak omong kosong, nyinyir, dan menyakiti umat. Watak Syiah.
Betapa bodohnya pandangan itu. Berapa miliar atau triliun rupiah yang dibutuhkan untuk membayar 3 juta orang yang datang menjemput ke bandara? Siapa yang mau membiayai sekedar untuk jemput menjemput seperti itu. Ah ada-ada saja ini pembual ini.
Denny tidak pernah tahu bahwa dalam ajaran Islam berkorban untuk satu keyakinan di jalan Allah itu berpahala. Umat Islam sangat gembira dan bahagia mengeluarkan dana dari kantong sendiri atau kantong bersama untuk kontribusi perjuangan.
Pak Denny, menurut ajaran Islam berjuang dengan tenaga dan harta itu perintah Allah. Balasannya surga. Nah sebaliknya, berjuang untuk sekedar cari duit maka itu bakal terancam neraka.
Denny Siregar tidak pernah membuat umat menjadi segar. Fitnah jadi mainan harian. Kasus di Tasikmalaya ngumpet setelah lempar ejekan pada santri yang disebutnya sebagai calon teroris.
Umat Islam di Tasikmalaya marah karena agama dimainkan dan santri dihinakan. Tantangan hukum untuk pembuktian disikapi dengan jiwa pengecut. Tak berani ia hadapi. Lari-lari dari panggilan Polisi.
Sebelumnya Denny menangis curhat atas efek dari perbuatan diri yang menimpa keluarganya.
"Media sosial anak-anak saya dibanjiri makian oleh banyak orang yang selama ini membenci saya, kehidupan pribadi mereka dibongkar dan diintimidasi di media sosial,” kata Denny.
Sadar juga rupanya dia dibenci banyak orang akibat ulahnya. Tokoh masyarakat Papua Christ Wamea saat itu menyatakan :
"Kalau sayang nyawa keluarga, jangan tekuni pekerjaan sebagai tukang fitnah dan tukang bohong. Masak ngasih makan keluarga dengan cara seperti itu".
Jadi memang payah kader Syiah ini. Nuduh dan memfitnah massa penjemput dibayar segala. Padahal dia mungkin saja yang dengan fitnah dan bohong nya itu dibayar. Jika demikian maka uang haram yang dimakan sehari-hari. "Masak ngasih makan keluarga dengan cara seperti itu".
Tuh Denny, Pak Christ Wamea saja tahu.
(Pemerhati politik dan kebangsaan)
BIDEN & ISLAM
10
Jakarta, Sepeda dan Perubahan Hidup Anda
10
Sumber: konten islam
Jam 2 Malam Trump Umumkan Menang Pilpres
10
“Frankly, we did win this election.”
— TRT World (@trtworld) November 4, 2020
Trump says he will go to the US Supreme Court to dispute the counting of votes just moments after claiming victory pic.twitter.com/Zy18C1sb0R
Wartawan Senior: Trump Bisa Menang Kalau Minta Bantuan KPU dan LSI Denny JA Cs
10
KADRUN CABANG AMERIKA
10
BOIKOT PRANCIS !!!
Jika ibumu direndahkan, kehormatannya dijatuhkan, apakah kalian bersedia membelanjakan harta kalian di toko milik...
Dikirim oleh Mohammad Fauzil Adhim pada Selasa, 27 Oktober 2020
Wartawan Senior: Sudah Saatnya Dibentuk Kementerian Penangkapan Aktivis
Berhentilah Memborgol Teman-Teman Saya
Sampah Demokrasi, Kata Ngabalin
Catatan M Rizal Fadillah*
10Berita,“Sampah demokrasi”. Itu adalah ucapan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Mochtar Ngabalin untuk menyebut peserta aksi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Ngabalin melontarkan kalimat itu saat Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI, meliputi FPI, Persaudaraan Alumni (PA) 212, hingga Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menggelar demo tolak Omnibus Law, Selasa (13/10/20).
Sampah demokrasi satu ungkapan cukup menyentak. Aksi unjuk rasa di masa Covid dinilai Ngabalin sebagai sampah demokrasi.
Sampah adalah barang sisa, bekas pakai, busuk dan tak berguna. Dikumpulkan dan dibuang di tempat sampah. Agar tidak berbau busuk biasanya sampah tersebut dibakar. Ungkapan sampah demokrasi tentu tidak layak terlontar dari orang berpendidikan. Hanya pantas diucapkan oleh “bukan anak sekolahan”.
Unjuk rasa bukan saja Hak Asasi Manusia, tetapi juga kegiatan mulia dan berani. Nilai universal memberi penghargaan atas hak berunjuk rasa. Hanya negara dan pemimpin pengecut anti demokrasi yang menumpas unjuk rasa.
Tidak ada sampah dalam hal yang baik meskipun itu dalam situasi berat. Ketika Covid-19 menghalangi, terobosan seperti unjuk rasa untuk suatu tujuan yang mulia adalah bentuk rela berkorban dan heroisme.
Ngabalin dengan sinis menekankan opsi Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai satu-satunya jalan hukum. Sepertinya langkah logis. Tetapi di samping adanya hak untuk meragukan integritas Hakim, juga MK kini sudah terkebiri untuk pasal eksekutorialnya.
Unjuk rasa tidak lain merupakan upaya politik yang dilindungi hukum untuk keluarnya sebuah produk politik atau hukum, Perppu misalnya. Atau mungkin saja Dewan menyadari bahwa putusan yang diambilnya itu cacat hukum sehingga terjadi perdebatan politik baru.
Omnibus Law adalah aturan yang berbahaya dan dapat merusak banyak aspek sosial kemasyarakatan. Karenanya wajar jika buruh, mahasiswa, ulama dan aktivis lainnya mereaksi hebat untuk mendesak pembatalan.
Yang dirasakan aneh Pemerintah ini bebal dan cenderung menafikan aspirasi rakyat. Bahkan melakukan banyak penangkapan. Akibatnya kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat menjadi terusik.
Janganlah seenaknya Tuan Ngabalin mengatakan bahwa unjuk rasa itu sampah demokrasi. Jangan-jangan kita sendiri yang sok apik itu sebenarnya adalah sampah.
Siapapun orangnya yang bergelantungan di pagar istana atau menjadi penonton semata maka bisa jadi ia adalah “sampah tirani” atau “sampah oligarkhi”. Dan yang lebih mendekati ya “sampah fulusi”.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 26 Safar 1442 H/14 Oktober 2020
Sumber: Salam Online.
Rizal Ramli: UU Omni-Cilaka Akan Membuat Kekayaan Oligarki Naik 100 Kali Lipat!
10
10Berita - Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur, Dr. Rizal Ramli secara gamblang menyebut UU Cipta Kerja yang baru disahkan DPR dan Pemerintah itu hanya akan menguntungkan oligarki.Sumber: