OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Juli 2019

Saat Didatangi Peminta Sumbangan, Pengusaha Nyentrik Cuma Kasih Segini. Alasannya Menohok!

Saat Didatangi Peminta Sumbangan, Pengusaha Nyentrik Cuma Kasih Segini. Alasannya Menohok!


10Berita, Di pojok café Kemchicks di kawasan Kemang, tempat kami biasa duduk-duduk dan berdiskusi …
Seorang perempuan tua datang menghampiri. Dengan sopan beliau meminta waktu kepada kami untuk bicara. Di tangannya ada sebuah map lusuh berwarna hijau yang sudah pudar. Sang Maestro, Bob Sadino memersilahkan duduk, dan perempuan tua itu pun bicara. Saya hanya mengamati adegan demi adegan, sambil menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
Referensi pihak ketiga
Map hijau pudar itu berisi lembaran-lembaran proposal sebuah panti yang tidak kalah lusuhnya, dan entah dimana alamatnya. Belum selesai perempuan tua itu bicara, oom lsegera menyudahinya. Dengan gerakan tangan, beliau memanggil seorang karyawan kafe berseragam biru muda. 'Ambilin duit ya,' katanya sambil mengacungkan lima jarinya.
Referensi pihak ketiga
Seperti sudah terbiasa, sang karyawan pergi dan kemudian kembali lalu menyerahkan selembar uang lima ribuan. Ya. Go-ceng. Tak menunggu waktu lama, uang itu pun berpindah-tangan. Saya pun terkaget-kaget. Saya pikir, isyarat lima jari tadi, artinya paling tidak lima puluh ribu (atau bisa jadi lima ratus ribu atau bahkan lima juta). Bisa jadi perempuan tua itu menduga hal yang sama. ‘Sekedar ongkos buat pulang ya …,’ kata oom. Dan benar saja, perempuan tua itu pun pamit. Saya langsung bertanya, kenapa ‘goceng’?
Referensi pihak ketiga
“Gue tahu isi kepala lu. Lu pikir gue pelit kan? Terserah orang lain mau bilang apa. Yang menjadi keyakinanku, memberi dengan cara seperti ini bukan membantu yang sebenarnya. Lebih dari itu, bisa mencipta banyak orang malas, karena hanya dengan meminta-minta, ia bisa dapat uang. Dalam jumlah yang banyak pula,' oom menghela nafas tuanya. 'Ini filosofiku. Berilah sekedarnya kepada orang yang meminta, tapi berilah lebih banyak kepada orang yang bekerja,’ tegasnya. Kelak, sebagai pegiat sebuah lembaga amil zakat, saya semakin menyadari filosofi ini.

Sumber artikel :
Buku 'Mereka Bilang Saya Gila' tulisan Eddy Zaqeus, Kintamani Press
  

Minggu, 30 Juni 2019

Perang Salib dan 8 Periodenya dalam Catatan Sejarah

Perang Salib dan 8 Periodenya dalam Catatan Sejarah



10Berita, Kebanyakan orang tahu tentang Perang Salib, tetapi sedikit yang tahu tentang sebab dan akibat dari perang itu. Terdapat delapan perang salib utama, walau ada perang salib tambahan setelahnya yang jauh lebih kecil dan tidak banyak berpengaruh dalam sejarah.
Perang Salib merupakan salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah. Perang ini tak hanya ditujukan untuk memperebutkan kota suci, Yerusalem, namun secara tersirat dianggap sebagai perang suci antara dua agama besar, yaitu Islam dan Kristen. Berikut 8 periode perang salib dalam catatan sejarah dan penjelasannya.

Awal mula terjadinya Perang Salib

Terjadinya Perang Salib antara Timur-Islam melawan Barat-Kristen disebabkan oleh banyak faktor utama, seperti agama, politik, dan sosial ekomomi. Semua bermula pada tahun 1070, ketika Yerusalem diambil oleh bani Saljuk dari Turki, dan pada 1071 Diogenes, kaisar Yunani, dikalahkan dan ditawan di Mantzikert.
Asia Kecil dan seluruh Suriah menjadi milik bani Saljuk. Antiokhia menyerah pada tahun 1084, dan pada tahun 1092 tidak ada satu pun kota besar di Asia yang dikuasai oleh Kristen.
Hal ini diperparah dengan aturan dari bani Saljuk yang membatasi dan memperketat ziarah umat Kristen ke Yerusalem. Hal ini mendorong umat Kristen untuk mendapatkan kebebasannya kembali dengan berusaha merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslim.
Pada tahun 1095, Kaisar Alexius Komnenus meminta Paus Urbanus II untuk mengobarkan semangat perang salib kepada umat Kristen di Eropa. Untuk menyatukan kekuatan, ia menyerukan peperangan dengan tujuan menundukkan gereja-gereja di Timur yang dikuasai oleh umat Islam.

1. Perang Salib Pertama (1095-1101)

Pada bulan Maret 1095 di Konsili Piacenza, duta besar yang dikirim oleh kaisar Bizantium, Alexius Komnenus (Alexius I), meminta bantuan untuk mempertahankan kerajaannya melawan Turki Seljuk. Sedangkan di Konsili Clermont, Paus Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dalam perang melawan Turki Seljuk.
Paus Urbanus II memberikan jaminan kepada siapa pun yang ikut serta dan mati saat perang salib, bahwa mereka akan masuk surga walaupun mempunyai banyak dosa pada masa lalunya.
Setelah turun ke medan perang, tentara salib berhasil mengalahkan dua pasukan besar Turki di Dorylaeum dan di Antiokhia. Mereka akhirnya berbaris ke Yerusalem dengan sebagian kecil pasukan yang tersisa. Pada 1099, mereka berhasil merebut Yerusalem dan menciptakan negara-negara tentara salib kecil yang menjadi bagian dari Kerajaan Yerusalem.

2. Perang Salib Kedua (1145-1150)

Setelah masa damai, di mana umat Kristen dan Muslim hidup berdampingan di Tanah Suci Yerusalem, tentara Islam yang dipimpin oleh Imad ad-Din Zengi merebut Aleppo dan Edessa.
Kekalahan-kekalahan ini menyebabkan Paus Eugenius III menyerukan perang salib lainnya pada tanggal 1 Maret 1145. Perang salib baru ini didukung oleh berbagai pengkhotbah, yang paling terkenal adalah Bernardus dari Clairvaux.
Tentara Prancis dan Jerman, di bawah pimpinan Raja Louis VII dan Konrad III, berbaris ke Yerusalem pada tahun 1147 tetapi gagal mencapai keberhasilan besar. Pada 1150, kedua pemimpin besar itu kembali ke negaranya dengan tangan kosong.

3. Perang Salib Ketiga (1188-1192)

Pada tahun 1187 Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) berhasil merebut Yerusalem setelah meraih kemenangan atas pasukan salib di Pertempuran Hattin.
Paus Gregorius VIII pun menyerukan perang salib ketiga, yang langsung disambut oleh Raja Richard I dari Inggris (Richard the Lionheart), Kaisar Romawi Suci Frederick I dan Raja Philip II dari Perancis.
Tentara salib berhasil mengalahkan kaum Muslim di dekat Arsuf, dan berhasil mendekat ke Yerusalem. Namun, karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai, perang salib ketiga berakhir dengan kegagalan pasukan Kristen untuk merebut Yerusalem.
Richard pun meninggalkan perang salib setelah mengadakan gencatan senjata dengan Salahuddin. Perang Salib ini terkadang disebut sebagai Perang Salib Raja. Paus Gregorius VIII mati sebelum melihat akhir dari perang salib ini.

4. Perang Salib Keempat (1202-1204)

Perang Salib Keempat dimulai pada tahun 1202 oleh Paus Innosensius III, dengan maksud untuk menginvasi Tanah Suci melalui Mesir. Perang ini juga menjadi kendaraan bagi ambisi politik Doge Enrico Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat dan melepaskan diri dari Bizantium.
Tentara Salib pun membuat kontrak dengannya, namun tidak memiliki dana untuk membayar armada dan ketentuan yang telah mereka kontrak. Dandolo pun meminta mereka untuk mengalihkan perang salib ke Bizantium, dengan kota Zara sebagai jaminan awalnya.
Paus Innosensius III yang terkejut karena peristiwa itu, langsung mengekskomunikasi mereka semua. Walau begitu, mereka kembali melakukan pengepungan pada bulan April 1204. Kali ini Konstantinopel berhasil dijarah, gereja-gereja dirampok, dan banyak penduduk yang dibunuh.
Para tentara salib membagi kekaisaran ini menjadi berbagai fief Latin dan koloni Venesia. Perang Salib Keempat berakhir setelah Bizantium terbagi menjadi dua bagian besar.

5. Perang Salib Kelima (1217)

Melalui prosesi, doa, dan khotbah, Gereja berusaha untuk kembali mengadakan perang salib. Pada tahun 1215, Dewan Keempat Lateran merumuskan sebuah rencana untuk pemulihan Tanah Suci.
Pada fase pertama, pasukan perang salib dari Hongaria, Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem di tahun 1217.
Pada fase kedua, pasukan perang salib mencapai prestasi luar biasa setelah berhasil mengepung Damietta di Mesir pada tahun 1219. Namun di bawah desakan seorang legatus kepausan, Pelagius, mereka melanjutkan serangan bodoh ke Kairo, dan blokade pasukan Sultan Ayyubiyyah Al-Kamil memaksa mereka untuk menyerah dan mengadakan gencatan senjata.

6. Perang Salib Keenam (1228-1229, 1239)

Setelah berulang kali melanggar sumpahnya dalam perang salib, Kaisar Friedrich II diekskomunikasi oleh Paus Gregorius IX pada tahun 1228. Namun ia berlayar dari Brindisi, mendarat di Palestina, dan melalui diplomasi ia mencapai kesuksesan yang tak terduga. Al-Kamil memberikan Yerusalem, Nazareth, dan Betlehem kepada tentara salib dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Sebagai imbalannya, Friedrich berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh, sekalipun mereka umat Kristen. Setelah masa tenang ini, Perang Salib Para Baron pun terjadi.
Perang ini adalahi suatu upaya oleh Raja Thibaut I dari Navarre pada tahun 1239 dan 1240, yang berawal dari panggilan Paus Gregorius IX untuk kembali menghimpun tentara salib pada bulan Juli 1239 setelah gencatan senjata berakhir.
Selain Thibaut, Peter dari Dreux, Hugues IV dari Bourgogne dan bangsawan Prancis lainnya juga ikut berpartisipasi di dalamnya. Mereka tiba di Akko pada bulan September 1239.
Setelah kekalahan pada bulan November di Gaza, Thibaut mengatur dua perjanjian, satu perjanjian dengan kaum Ayyubiyyah dari Damaskus dan perjanjian lainnya dengan kaum Ayyubiyyah dari Mesir. Perjanjian ini membuat sebagian bangsawan tidak senang, dan Thibaut kembali ke Eropa setelahnya.

7. Perang Salib Ketujuh (1249-1254)

Kepentingan kepausan yang diwakili oleh templar (ksatria salib) membawa konflik dengan Mesir pada 1243. Pada tahun berikutnya, pasukan Khwarezm yang dipanggil oleh anak Al-Kamil, Al-Adil, menyerbu Yerusalem.
Tentara salib, dengan gabungan kaum Franka dan tentara bayaran Badui tetap kalah telak oleh pasukan Baibars dari suku Khwarezmian dalam kurun waktu empat puluh delapan jam.
Pertempuran ini dianggap oleh banyak sejarawan sebagai lonceng kematian bagi negara-negara Kristen. Sebagai bagian dari Perang Salib ini, Louis IX dari Prancis tetap mengorganisasi perang salib melawan Mesir hingga 1254.

8. Perang Salib Kedelapan (1270)

Perang Salib kedelapan diorganisasi oleh Louis IX pada tahun 1270, yang berlayar dari Aigues-Mortes untuk membantu sisa-sisa negara-negara tentara salib di Suriah.
Namun, perang salib tersebut malah dialihkan ke Tunis, tempat Louis menghabiskan dua bulan terakhirnya sebelum mati. Atas usahanya, Louis kemudian menjadi seorang Santo (kota St. Louis, Missouri, AS dinamai untuknya). Perang Salib ini terkadang dipecah menjadi perang salib kedelapan dan kesembilan.
Hasil dari perang salib ini adalah hilangnya kekuasaan Kristen di Suriah, meskipun umat Kristen diizinkan untuk hidup damai di wilayah tersebut.
Nah, itu tadi 8 periode perang salib dan penjelasannya. Perang Salib memiliki pengaruh besar pada Abad Pertengahan Eropa, terutama persentuhan antara umat Islam dan Kristen di berbagai bidang pengetahuan seperti sains, kedokteran, dan arsitektur.
Sumber: UCnews

Jumat, 28 Juni 2019

Enggan Minta Maaf Pada Orang Miskin, Raja Ini Memilih Murtad. Akhirnya

Enggan Minta Maaf Pada Orang Miskin, Raja Ini Memilih Murtad. Akhirnya


10Berita, Di masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, tersebutlah seorang penguasa Ghassan, Jabalah bin Aiham. Ia merasa tertarik dengan Islam, dan berkirim surat kepada sang khalifah, meminta izin untuk datang ke Madinah untuk memeluk Islam. Tentu saja Umar dan kaum muslimin merasa senang dengan hal tersebut.
Maka datanglah Jabalah bersama sekitar 500 pasukannya, ketika iring-iringan ini memasuki Madinah, penduduk Madinah dibuat terbelalak takjub. Sang Raja memakai baju yang dipintal dengan emas, juga mahkota yang dihiasai banyak permata. Sementara pasukan pengiringnya pun memakai baju yang sangat indah.
Umar pun menyambutnya, dan sang Raja Ghassan akhirnya memeluk Islam.
Referensi pihak ketiga
Pada musim haji, Umar melaksanakan haji, demikian pula Jabalah yang telah memeluk Islam. Pada saat thawaf, seorang fakir dari suku Fazarah tanpa sengaja menginjak kain ihram yang dipakai Jabalah. Raja Ghassan itu seketika marah besar dan langsung menampar si fakir hingga hidungnya mengeluarkan darah.
Pria Fakir ini tak menerima perlakuan kasar tersebut, ia mendatangi Umar, Khalifah yang sangat adil lagi bijaksana. Ia mengadukan peristiwa tersebut hingga Jabalah pun dipanggil.
Pada penguasa Ghassan itu Umar bertanya apa yang menyebabkannya menampar saudara seimannya hingga hidungnya berdarah.
Namun rupanya Jabalah masih marah, dengan berapi-api ia menjawab, “Dia menginjak kain ihramku. Andaikan bukan karena menghormati Ka’bah, ingin kupenggal kepalanya.”
Mendengar pengakuan itu, Umar memutuskan, "Ada dua pilihan, bayar denda kepadanya yang membuat dia merelakan kesalahanmu atau qishas, dan aku akan menampar wajahmu.”
Jabalah keheranan dengan keputusan itu,"Saya diqishas? Padahal saya adalah Raja sementara dia hanyalah seorang fakir?"
“Wahai Jabalah, Sesungguhnya islam menyamakan statusmu dengan dia. Tidak ada yang membuat lebih mulia selain taqwa.”Jawab Umar.
Mendengar jawaban Umar, Jabalah dengan segala kesombongan dan egonya berkata lantang, “Kalau begitu, saya akan balik nasrani.”
“Siapa yang murtad maka dia dibunuh, jika kamu kembali jadi nasrani, aku akan penggal kepalamu.” Jawab Umar tegas.
“Berikan aku waktu sampai besok, wahai amirul mukminin.” Pinta Jabalah
Siapa yang menduga, saat malam harinya, Jabalah bersama pengiringnya pergi meninggalkan Makkah dan menuju konstantinopel dengan keadaan sudah kembali pada agama lamanya.
Ketimbang meminta maaf atau diqishas, Jabalah memilih murtad. Dan untuk menghindari hukuman Umar, ia memilih berlari di malam hari seperti layaknya pengecut.

Lama setelahnya, seiring bertambahnya usia, Jabalah pun menua dan kemampuan indera manusia untuk menikmati dunia juga berkurang. Jabalah mulai merasakan kehampaan dan penyesalan. Ia terngiang-ngiang kenangan Indah semasa menjadi muslim. Ia mengingat manisnya iman ketika sholat dan berpuasa.
Namun, Jabalah tak kuasa kembali menjadi muslim. Kesombongan, keangkuhan dan segala kebanggaan yang dimilikinya telah menghalanginya untuk tunduk pada aturan Tuhan semesta alam. Ia pun bersyair dalam derai air mata penyesalan, dan mati di atas kekufuran.
Na'udzubillah min dzalik
Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
kisahmuslim.com/3395-kisah-murtad-dari-islam-karena-sombong.html


Minggu, 23 Juni 2019

Perpecahan Katolik dan Protestant memicu perang berdarah Eropa



Perpecahan Katolik dan Protestant memicu perang berdarah Eropa

Penjualan indulgensi ditampilkan dalam Satu Pertanyaan kepada Seorang Penghasil Uang, cukil kayu karya Jörg Breu Tua dari Augsburg, kr. 1530.(sumber: historia. id)
10Berita,S agama adalah sejarah umat manusia, begitu pernyataan joachim Wach dalam bukunya The comparative of study Religion. Dalam sejarah panjang ini gejolak konflik, perang, damai keretakan dalam agama lahir bermacam sekte-sekte dan seterunya. Perjalanan agama Kristen dari periode klasik hingga modern penuh dinamika.
Di daratan Eropa sejak abad ke-5 Gereja Katolik roma merupakan basis politik dan kebudayaan kekristenan yang amat dominan. Namun pada abad 15, gereja harus menerima kemajuan peradaban yang begitu pesat.
Selama periode abad pertengahan sampai era Renaissance dominasi gereja harus pupus di telan zaman. Banyak karya-karya ilmiah kaum intelektual yang merubah padangan hidup masyarakat benua biru tersebut. Dulu laut dianggap monster pemangsa di tepi dunia-kini pelayaran dan perdagangan di samudera sudah lazim bagi masyarakat.
Menjelang akhir abad pertengahan tragedi black death atau wabah pes menghantui penduduk eropa. Sekitar tahun 1347-1351,jumlah korban mencapai 75 juta jiwa. Sementara itu, aliansi politik tradisional antara pemimpin tertinggi gereja paus dengan raja-raja eropa mulai retak.
Runtuh peradaban abad pertengahan lahirlah era Renaissance diawali di italia. Pada periode ini otoritas gereja mulai goyang akibat ulah luther menentang praktik penjualan indulengsi yang dilakukan Paus dengan dewan kardinalnya.
Luther dengan nama asli Martin Luther dia seorang kristolog asal jerman berbekalan pendidikan magister hukum di universitas Erfurt, sejak usia 21 memutuskan hijrah menjadi biarawan ia berperilaku asketik rajin berdoa, puasa, bertapa menahan diri dari dingin tanpa selimut dan ritual sakramen lainnya.
Praktik indulengsi sendiri muncul ketika perang salib berkobar abad ke 11 dan 12. Gereja menjelaskan prinsip Indulengsi sebagai “ proses penghapusan siksa-siksa temporal di depan tuhan untuk dosa-dosa yang sudah diampuni”. Aturan ini, sudah tercantum dalam Katekismus gereja katolik 1471.
Seiring perjalanan waktu, para pemimpin Gereja memutuskan bahwa membayar sejumlah uang untuk proses indulgensi bisa dilakukan setiap orang, tidak hanya mereka yang terjun ke Perang Salib.
Selama beberapa abad berikutnya, penjualan indulgensi menyebar luas dan mencakup pengampunan dosa atas orang-orang yang sudah meninggal. Hal ini terutama diserukan dalam khotbah-khotbah biarawan Ordo Dominikan, John Tetzel.
Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther memaku 95 dalil berisi kritik terhadap otoritas Katolik pada pintu gereja di Wittenberg. (sumber: historia. id)
Praktik jual beli indulgensi pun jadi jamak. Di bawah kepemimpinan Paus Leo X, Gereja meraup pemasukan besar dari umat yang kemudian dialokasikan untuk membangun kembali Basilika Santo Petrus di Roma. Luther memandang praktik tersebut sebagai perilaku korup. Dari sanalah 95 dalil Luther bermula.
Dalam sebuah debat publik di Leipzig pada 1519, Luther menyatakan bahwa “orang awam yang dipersenjatai kitab suci lebih unggul dari Paus beserta dewan kardinalnya.” Akibatnya, Luther langsung mendapat ancaman ekskomunikasi; tak boleh ikut sakramen.
Pada 1520, Luther menjawab ancaman tersebut dengan menerbitkan tiga risalah terpentingnya, yaitu "Seruan kepada Bangsawan Kristen" yang berpendapat bahwa semua orang Kristen adalah imam dan mendesak para penguasa untuk mengambil jalan Reformasi gereja. Kedua, "Tawanan Babilonia Gereja", yang mengurangi tujuh sakramen menjadi hanya dua berupa pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Ketiga, "Tentang Kebebasan Seorang Kristen" yang mengatakan kepada orang-orang Kristen bahwa mereka sudah terbebas dari hukum Taurat yang kini telah digantikan ikatan cinta pada hukum tersebut.
Dewan Gereja pun terus memanggil Martin Luther, yang segera terlibat perdebatan sengit dengan para pemuka Gereja Katolik hingga dicap bidah dan sesat. Luther sempat melarikan diri ke Kastil Wartburg dan bersembunyi selama sepuluh bulan.
Gerakan Reformasi Luther menuntut menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke bahasa Jerman. Dampaknya luas, karena orang tidak lagi perlu bergantung pada seorang imam untuk membaca dan menafsirkan Alkitab. Walhasil, legitimasi para padri Katolik pun terancam tergerus.
Selain itu, Luther mengkampanyekan pendidikan universal untuk anak perempuan dan laki-laki di zaman ketika pendidikan hanya bisa diakses oleh orang kaya. Ia juga banyak menulis nyanyian rohani, traktat, berkhotbah tentang pandangan Reformasi dan melakukan serangkaian perjalanan hingga kematiannya pada 1546.
Pertarungan kavaleri, antara tahun 1626 dan 1628. (sumber: historia. id)
Namun, gerakan Reformasi yang melahirkan pecahan Kristen Protestan ternyata harus dibayar mahal. Serangkaian perang antara kubu Katolik Roma dan Reformis Protestan meletus pada 1524-1648.
Puncak dari konflik berdarah tersebut adalah Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman antara 1618- 1648 yang menewaskan sekitar 7,5 juta jiwa. Konflik kedua kubu berakhir dengan perjanjian damai Westfalen. Tiga aliran Kristen akhirnya diakui: Katolik Roma, Lutheran, dan Calvinis.
Sumber : tirto.id/500-tahun-setelah-martin-luther-mengkritik-gereja-czj9

Jumat, 21 Juni 2019

Perang Karansebes, Ketika Turki Usmani Menghabisi 10 Ribu Musuh Tanpa Satu pun Peluru Ditembakkan

Perang Karansebes, Ketika Turki Usmani Menghabisi 10 Ribu Musuh Tanpa Satu pun Peluru Ditembakkan

10Berita, Perang pada lazimnya pasti akan membawa korban. Terlepas apakah pihak yang menang korbannya sedikit dan yang kalah sebaliknya, namun yang pasti dalam setiap pertempuran kematian pasti akan selalu jadi bayang-bayang. Namun, sejarah mencatat pernah ada sebuah perang di mana pihak yang menang sama sekali tak mengalami kehilangan. Bahkan seorang prajurit tergores pun tidak. dilansir dari boombastis.com(18/6/19).

Gagahnya Persiapan Austria Melawan Turki


https://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2017/01/Persiapan-Austria-sangat-matang.jpg
Kejadian perang Karansebes ini tercatat terjadi di tahun 1788. Ketika itu Austria yang bersekutu dengan Jerman serta bangsa-bangsa lainnya sepakat untuk melawan Turki bersama-sama. Persiapan mereka pun tak karuan. Austria dan bala bantuannya membawa semua yang mereka punya. Alutsistanya pun terbaik dan kelas berat. Turki akan sangat kesulitan seumpama benar-benar berhadapan dengan Austria dan sekutunya ini.

Prajurit Mabuk Jadi Awal Petaka


https://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2017/01/Ilustrasi-minum-dan-mabuk-1.jpg
Sembari melakukan persiapan dan pemantapan, para prajurit Austria dan teman-temannya ini pun bersantai. Beberapa dari mereka sempat mampir di sebuah tempat lalu minum-minum di sana. Tak lama, banyak prajurit yang bergabung dengan pesta kecil ini. Singkat cerita, kemudian beberapa pasukan dari divisi lain melihat pesta tersebut dan berniat untuk bergabung. Sialnya, para prajurit yang tiba lebih dulu itu ogah berbagi. Mereka pun juga bicara ngelantur gara-gara mabuk.

Perang Terjadi Lantaran Mabuk


https://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2017/01/Konflik-antar-sesama-pun-terjadi.jpg
Entah bagaimana ceritanya, akhirnya konflik kecil ini memanas. Hingga seorang prajurit menembakkan senjatanya yang jadi semacam ikrar kalau konflik ini menuju ranah yang lebih serius. Dipicu dengan keras semacam ini, akhirnya para prajurit yang harusnya masih satu sekutu itu pun perang. Lalu, para prajurit yang mabuk itu semakin membuat suasana kacau ketika berteriak “Turki..Turki..” padahal saat itu tidak ada satu pun batang hidung tentara Turki di sana. Tak pelak, teriakan tersebut membuat pertempuran ini bubar dan masing-masing kabur ke posnya masing-masing.

Tewasnya 10 Ribu Orang Gara-Gara Prajurit Mabuk


https://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2017/01/Perang-Karansebes-menewaskan-10-ribu-orang.jpg
Kembalinya para pasukan ini ke posnya ternyata tak membuat konflik kecil itu berhenti. Yang terjadi kemudian adalah makin membesar. Kejadian ini dipicu oleh sebab lain yakni salah paham bahasa antara tentara Austria dan Jerman. Alhasil mereka pun saling serang secara membabi buta. Para prajurit yang mabuk tadi juga makin sinting. Dikiranya orang-orang yang dihadapinya itu adalah Turki. Pertempuran ini pun akhirnya membuat sekitar 10 ribu orang tewas mengenaskan.

Ketika Pasukan Turki Tiba


https://cdn2.boombastis.com/wp-content/uploads/2017/01/Ilustrasi-Turki-Usmani.jpg
Pasukan Turki yang sejak awal memang sudah niat perang dengan Austria dkk, akhirnya sampai ke Karansebes. Tapi, ketika melihat apa yang terjadi, mereka pun garuk-garuk kepala. Bagaimana tidak, yang terhampar di depan adalah ribuan mayat-mayat bergeletakan serta para pasukan musuh yang terluka. Singkat cerita, Turki yang sedianya ingin menguasai Karansebes akhirnya bisa melakukan hal itu dengan sangat mudah. Bahkan tak satu pun peluru mereka keluarkan.


Pemilik hak cipta: SEMUT COKLAT
Sumber : boombastis.com/perang-karansebes/86320


Rabu, 12 Juni 2019

Serahkan Uang Berhaji Pada Tetangga yang Kelaparan, Pria Ini Alami Keajaiban

Serahkan Uang Berhaji Pada Tetangga yang Kelaparan, Pria Ini Alami Keajaiban


Sumber: bandung.bisnis.com/ilustrasi
10Berita, Pada suatu malam, Abdullah bin Mubarak tertidur begitu lelap. Lalu dia bermimpi melihat dua malaikat sedang berbincang bincang tentang orang haji.
Salah satu dari mereka bertanya pada yang lainnya, "Berapa orang yang berhaji tahun ini?”
“Enam ratus ribu orang,” jawab malaikat satunya.
“Lalu berapa yang diterima oleh Allah?”
“Tidak satu pun dari mereka yang diterima hajinya. Hanya ada seorang laki-laki bernama Muwaffaq. Ia seorang tukang sepatu dari Damsyik. Ia tidak jadi berhaji, tapi hajinya telah diterima oleh Allah, sehingga orang yang berhaji tahun ini mendapat berkah. Haji mereka akhirnya diterima karena kebaikan Muwaffaq.”
Abdullah bin Mubarak lalu terbangun. Ia bergegas pergi mencari dan menemui Muwaffaq. Tanpa basi, dia mengisahkan perihal mimpinya.
Muwaffaq lalu mengisahkan pada Abdullah bahwa dulu ia mempunyai uang tiga ratus dirham dan ia ingin naik haji.
Namu sebelum berangkat, tetangganya mengatakan bahwa anak-anaknya yang yatim belum makan selama tiga hari.
Mendengar kesulitan tetangganya, Muwaffaq segera kembali ke rumah untuk mengambil uang, lalu menyerahkan pada si tetangga. Kemudian dia menyuruhnya untuk membeli makanan.
Tetangganya sangat berterima kasih pada Muwaffaq. Sementara Muwaffaq tidak jadi melaksanakan haji. Namun demikian, ia telah dijanjikan oleh Allah mendapatkan pahala seperti pahala haji.

Sumber: moeraruqiya.site/tak jadi berhaji

Rela Gagal Tes Tugas Akhir demi Sholat. Gak Nyangka Balasan Tuhan Malah Begini

Rela Gagal Tes Tugas Akhir demi Sholat. Gak Nyangka Balasan Tuhan Malah Begini


10Berita, Hari itu amat menegangkan. Sejak siang aku dan beberapa orang teman antri di kursi panjang depan ruang sidang. Menunggu giliran tes presentasi Tugas Akhir. Dalam hati aku berhitung, hasilnya kurang enak dan mengkhawatirkan. Pasalnya urutanku di posisi terakhir. Dan kemungkinan besar saat giliranku tiba berbarengan dengan waktunya sholat Maghrib.
Perhitunganku benar, tepat ketika azan berkumandang namaku disebut. Jantungku berdetak kencang. Asisten dosen sampai memanggil namaku dua kali. "Loh kok bengong, jadi maju tes gak?!" Tanyanya karena melihat wajahku yang kebingungan.
Aku pun memohon izin untuk sholat Maghrib lebih dulu. "Duh yang benar saja. Kamu itu yg terakhir. Nyuruh dosen nungguin kamu gitu? Mereka sudah capek nguji dari siang." Balas asisten dosen keberatan mengabulkan permohonanku.
"Ya sudah. Ikut semester depan aja. Gitu aja repot. Kami juga sudah capek. Yuk pulang! " Celetuk seorang dosen dari dalam.
Aku tanpa pikir nyerobot masuk ke ruangan dan meminta maaf langsung kepada 4 orang dosen penguji. "OK ok. Sholatlah sana. Itu pilihan. Sampai jumpai di semester depan." Kata seorang dosen dengan nada santai.
Aku mantap dengan keyakinan bahwa Tuhan yang paling utama di atas segala kepentingan. Aku rela gagal di tes tugas akhir ini. Sehingga aku izin pamit dan bersegera ke Musholla.
Jujur ada sedikit rasa sedih. Mengenang perjuangan selama mengerjakan tugas akhir dan biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Seketika terbayang wajah kedua orang tuaku yang sudah susah payah membiayai kuliah. Itu yang membuat aku sedih. Tapi lagi-lagi aku berusaha menguatkan iman. Mempercepat langkah ke Musholla.
Setelah sholat aku melihat ada ketua jurusan yang juga bertugas jadi penguji Tugas Akhir. Tak berani aku menyapa. Mencoba sebisa mungkin menghindari kontak mata. Tapi jauh dari dalam hati aku bersyukur masih ada dosenku yang sholat berjamaah.
Saat memasang tali sepatu aku kaget ada yang menepuk pundak dan berbisik. "Habis ini segera ke ruang sidang. Kami tunggu." Suara yang amat aku kenal. Itu pak ketua jurusan. Aku terharu dan mengucap banyak terima kasih padanya.
Sumber Ilustrasi: tribunnews.com
Setiba di ruang sidang aku bergegas menancapkan flash disk, mau mengcopy file presentasi ke laptop yang disediakan.
Namun saat proses copy file berlangsung aku kaget bukan kepalang, para dosen berdiri dan riuh bertepuk tangan lantas menyalami aku sambil mengucapkan 'selamat'. Aku bingung, situasi yang seperti dalam mimpi. Aku tak paham.
"Gak perlu presentasi. Kami sudah baca buku Tugas Akhirmu. Mantaf! Dan yang terpenting kami ini sudah puluhan tahun jadi penguji Tugas Akhir. Baru kali ini nemu mahasiswa yang rela gak ikut ujian demi memenuhi panggilan Tuhan. Kamu bahkan layak mendapat nilai lebih dari A!" Ucap ketua jurusan dengan nada tegas.
Aku sujud syukur. Tak mampu menahan embun hangat yang bergelayut di kelopak mata. Betapa Tuhan sudah menunjukkan kuasa-Nya. Aku tinggalkan urusan dunia demi beribadah pada-Nya, Tuhan malah memberikanku keduanya.
Allah Maha Besar!
Sumber Referensi: Terinspirasi dari kejadian nyata yang pernah penulis alami.
Sumber Lainnya: hidayatullah.com

Rabu, 05 Juni 2019

Pertama Kali Lebaran di Ibu Kota, Saya Menangis

Pertama Kali Lebaran di Ibu Kota, Saya Menangis

“Nggak tentu ngepelnya mas. Kalau kelihatan kotor ya langsung dipel aja,” kata Rina ketika berbincang dengan JawaPos.com, di peron stasiun, Minggu (2/6) malam.
Rina Trisnawati (21) bersama temannya, Nia Kurnia (23), mengepel lantai peron stasiun Pasar Senen Jakarta, Minggu (2/6) malam (Kuswandi/JawaPos.com)
10Berita, Mudik merupakan salah satu tradisi yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri tiba. Entah dari kapan awal mula tradisi ini berlangsung. Yang pasti, budaya “pulang kampung” ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya, oleh jutaan warga yang merantau ke ibu kota Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya.

KUSWANDI, JAKARTA

KEDUA tangan Rina Trisnawati (21) tampak lincah mengayunkan gagang pel yang dipegangnya. Meski ribuan  calon penumpang kereta api wira-wiri melewatinya di sekitar peron stasiun, Rina tak menghiraukannya. Dia tetap fokus menjalankan profesinya sebagai petugas kebersihan di area stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Gerakan tangannya maju mundur ketika mengepel lantai di sekitar peron stasiun yang tampak kotor akibat bekas tapak sandal dan sepatu ribuan penumpang kereta api. Sementara, agar lantai yang dipel Rina cepat kering, rekannya, Nia Kurnia (23) mengipasi lantai tersebut dengan menggunakan alat pembatas yang terbuat dari karet.
“Nggak tentu ngepelnya mas. Kalau kelihatan kotor ya langsung dipel aja,” kata Rina ketika berbincang dengan JawaPos.com, di peron stasiun, Minggu (2/6) malam.
Menurut Rina, biasanya dia bersama koleganya tak sesering ini mengepel lantai peron stasiun. Namun, karena musim mudik lebaran seperti ini, maka intensitas mengepel lantainya lebih banyak dibanding hari-hari biasa. Ini karena banyaknya penumpang yang lalu-lalang di sekitar stasiun.
“Kalau mau lebaran kayak gini ya jadi lebih sering ngepelnya,” kata Rina.
Bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di Ibu Kota Jakarta, lebaran kerap dirayakan di kampung halamannya. Hal ini dilakukan saban tahun sekali, agar bisa bersilaturahmi dengan sanak famili dan handai tolan. Namun, bagi Rina, lebaran justru merupakan hari-hari yang menyedihkan, sebab dia harus tetap menjaga kebersihan stasiun hingga pemudik pulang kembali ke Ibu Kota.
Atas padatnya pekerjaan yang dilakukannya, dia pun tidak bisa melakukan tradisi mudik seperti kebanyakan masyarakat perantau Ibu Kota, yang kerap dilihatnya di stasiun.
“Nggak bisa mudik mas. Pulangnya nanti kalau pemudik sudah pulang lagi ke Jakarta. Biasanya sepekan setelah lebaran,” jelasnya.
Lebaran kali ini merupakan tahun ketiga Rina tidak bisa mudik ke kampung halamannya di Wonogiri, Jawa Tengah. Namun, kendati tak bisa mudik, baik Rina maupun Nia tetap tegar menjalani hidupnya. Keduanya berusaha tabah, kendati dilanda kesepian ketika takbir berkumandang ketika hari lebaran tiba.
“Tahun pertama kerja di sini saya menangis, nggak bisa pulang kampung mas,” ucap Rina lirih ketika ditanya kapan terakhir berlebaran di kampung halamannya. Namun, seiring berjalannya waktu, di tahun kedua dan ketiga dirinya bekerja sebagai cleaning service di PT Reska, perusahaan yang mempekerjakannya, dia pun berusaha untuk sabar menjalani dinamika kehidupannya.
Mudik Sebagai Sarana Menjalin Silaturahmi
Berbeda dengan Rina dan Nia yang tak bisa pulang ke kampung halamannya. Lebaran kali ini justru menjadi hal yang menggembirakan bagi Irfan Maulana. Musabnya, pria kelahiran Jakarta 30 tahun yang silam ini bisa bersilaturahmi dengan keluarga istrinya yang berada di Desa Sambeng, Kecamatan Bantar Bolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah.
“Ini mudik kedua saya. Mudik ke tempat neneknya istri saya,” ucap Irfan berseri-seri sembari menggendong Azam, anak semata wayangnya. Irfan mengatakan, sebelum dia menikahi Putri(27) istrinya, dirinya belum pernah melakukan tradisi mudik. Ini karena orang tuanya tinggal di dekat Kota Jakarta, yakni Kota Bogor, Jawa Barat. Namun, ketika dirinya telah mempersunting istri yang mempunyai kampung halaman nan jauh dari Ibu Kota Jakarta, dia pun kerap mengikuti tradisi mudik seperti kebanyakan warga perantau lainnya.
“Enak dapat pengalaman baru (kalau mudik-Red). Banyak saudara tambahan. Suasananya juga beda. Perjalanan juga beda. Asik sih,” ungkap pria yang tinggal di Perumahan Villa Gading Harapan, RT 001/025 Kelurahan Kebalen, Babelan, Kabupaten Bekasi tersebut.
Perjalanan mudik yang dilakukan Irfan bersama anak, istri dan ibu mertuanya memang tak mengalami kemacetan seperti jutaan pemudik lain yang menggunakan jalur darat. Sebab, dia menggunakan mode transportasi kereta api. Kendati demikian, dia sempat mengalami kesulitan, karena tidak mendapatkan tiket kereta api lebaran. Ini karena dia kalah cepat dengan ratusan ribu calon penumpang kereta api lain, saat website PT. Kereta Api Indonesia membuka pemesanan tiket kereta lebaran, 3 bulan sebelum bulan Ramadan.
Namun, kendati sempat mengalami kegagalan, akhirnya dia dan keluarganya mendapatkan tiket kereta yang diidam-idamkannya, setelah melalui perjuangan yang melelahkan.
“Setelah sempat gagal, ketika ada pembukaan pemesanan tiket kereta tambahan, saya pantengin berjam-jam website KAI. Alhamdulillah akhirnya dapat juga,” ungkap pria yang bekerja di perusahaan bidang otomotif tersebut.
Menurut Irfan, saat ini kereta merupakan transportasi yang paling nyaman untuk digunakan sebagai sarana transportasi mudik. Oleh karena itu, meski untuk mendapatkan tiket tak mudah, dirinya tetap memilih kereta api sebagai mode transportasi mudik bersama keluarganya.
“Milih naik kereta api karena lebih simpel. Kondisi kereta api juga lebih nyaman. Selain itu untuk menghindari macet kalau naik bus,” tukasnya.
Sumber: 

Kisah Perantau Aceh di Jakarta, Rela Transit Malaysia Demi Tiket Murah

Kisah Perantau Aceh di Jakarta, Rela Transit Malaysia Demi Tiket Murah

"Ini pengalaman pulang ke kampung halaman harus ke luar negeri dulu, miris," ujarnya. #publisherstory
Malaya_Transit KLIA.jpg
Ruang tunggu di Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Foto: Adi W
Oki Tiba jauh-jauh hari atau sekitar tiga pekan sudah membuat persiapan untuk mudik ke Aceh. Salah satu yang penting bagi pria yang kini bekerja sebagai profesional di Jakarta, ini adalah tiket pesawat. Awalnya ia sempat bimbang melihat harga tiket dari ibu kota ke Tanah Rencong: Rp 2,8 juta.
"Jadi aku memilih pulang dengan transit lewat Malaysia. Waktu itu aku membandingkan harga tiket langsung dari Jakarta ke Banda Aceh. Kebetulan ada kawan yang mengajak pulang lewat Malaysia," kata Oki Tiba, kepada acehkini, Minggu (2/6).
Tarif pesawat penerbangan domestik memang meroket. Apalagi menjelang lebaran. Alasan itu membuat Oki Tiba dan enam sejawatnya memilih pulang dengan transit ke Kuala Lumpur, Malaysia. Dari sana, kemudian baru terbang ke Aceh.
Hitung-hitungan, harga tiket pesawat pun jauh lebih murah. Dari Jakarta ke Kuala Lumpur, hingga tiba di Banda Aceh, tarifnya sebesar Rp 1,6 juta.
"Itu termasuk harga yang mahal dari harga biasanya menurut info dari teman aku," kata Oki Tiba.
WhatsApp Image 2019-06-02 at 13.32.22.jpeg
Imbas tiket mahal, Oki Tiba (kiri) keluarga dan rekannya, mudik dari Jakarta ke Aceh, terpaksa transit di Kuala Lumpur. Foto: Dok Pribadi
Harga lebih murah juga didapat oleh Ferdian Ananda Majni. Dengan rute yang sama: Jakarta-Kuala Lumpur-Banda Aceh, pria yang bekerja sebagai jurnalis di Jakarta, itu hanya merogoh kocek Rp 1,1 juta untuk nonbagasi.
"Untuk harga tiket paling murah penerbangan domestik saat saya mau pesan tiket itu, berkisar Rp 2,3 - 3 juta untuk maskapai Garuda dan Lion di beberapa aplikasi," kata Ferdian kepada acekini, Sabtu (1/6).
Ferdian memesan tiket pada 30 April untuk keberangkatan 26 Mei. Ia memilih menggunakan maskapai Air Asia dan menggunakan paspor karena harus transit di Malaysia. Itu salah satu alternatif, kata dia, ketika tarif pesawat penerbangan domestik di Indonesia sudah menggila.
Setelah melihat dan membandingkan harga di beberapa aplikasi layanan pemesanan tiket pesawat, Ferdian memilih memesan tiket pesawat langsung di aplikasi atau websitemaskapai Air Asia.
"Soal waktu pasti lama, karena harus transit di Kuala Lumpur. Karena ini pengalaman pertama, saya memilih transit sambil jalan-jalan juga di seputar bandara, saya transit sekitar enam jam," kata dia.
Soal paspor, Ferdian mengaku memang sudah ada dan bukan sengaja bikin paspor untuk mudik. Kalau harga tiket penerbangan domestik normal dan tidak melonjak drastis, Ferdian tidak ingin transit lewat Kuala Lumpur.
"Ini pengalaman pulang ke kampung halaman harus ke luar negeri dulu, miris," ujar Ferdian.
Kisah serupa juga diutarakan Reza Fahlevi. Perantau asal Aceh di Jakarta ini mengaku turut membanding-bandingkan harga tiket pesawat jauh-jauh hari sebelum mudik. Terakhir, ia memilih melalui jalur transit lewat Malaysia.
"Karena harga tiket pesawat penerbangan domestik mahal, dua kali lipat dibandingkan lewat Malaysia," kata Reza, Minggu (2/6).
WhatsApp Image 2019-06-02 at 15.36.28.jpeg
Tiket Reza, dari Jakarta ke Kuala Lumpur, baru ke Aceh. Dok. Reza
Usai Lebaran nanti, Reza Fahlevi memilih kembali ke ibu kota Indonesia melalui negeri tetangga. "Karena ada istri, pasti lebih hemat," kata dia.
Sedangkan Ferdian dan Oki belum punya rencana untuk kembali ke Jakarta melalui penerbangan domestik atau internasional. Namun Ferdian, punya satu harapan. "Kalau harga domestik kembali normal, saya memilih domestik. Karena kalau transit Malaysia, cukup lelah dan lama," kata dia.
Hal serupa juga dibilang oleh Oki. "Saya bawa anak-anak, mungkin domestik saja, biar tidak lama dan cukup melelahkan," ujar dia.
Reporter: Habil Razali
Sumber: