Kamis, 11 Juni 2020
Si Kaya yang Hartanya Tak Pernah Hilang, Dijanjikan Surga oleh Rasulullah SAW
Selasa, 26 Mei 2020
Ibadahnya Biasa Saja, Rasulullah SAW Sebut Orang Ini Masuk Surga, Kok Bisa? Ini Amalannya
Puasa Syawal Dilakukan di Hari Berurutan Atau Tidak, Ini Penjelasannya Menurut Ulama
Senin, 25 Mei 2020
Corona dan Doa Nabi Yunus
10Berita – Nabi Yunus AS adalah seorang nabi yang sangat dikenal, hamba Allah yang saleh dan taat, gigih dan penuh komitmen dalam menjalankan kewajiban dakwahnya. Hingga suatu ketika beliau merasa jika kampung di mana beliau menjalankan dakwahnya telah sampai pada puncak resistensi tertinggi. Pertimbangan kemanusiaannya seolah mengatakan bahwa mereka tidak mungkin lagi akan menerima kebenaran ini.
Singkat cerita beliau berencana meninggalkan kampung itu. Bukan karena takut. Bukan pula karena melarikan diri dari kewajiban Dakwah itu. Tapi beliau terpikir bahwa kemungkinan saja orang-orang di kampung lain, di seberang lautan, akan lebih menerima dakwahnya. Karenanya beliau memutuskan untuk naik kapal laut menyeberangi samudra luas itu.
Pada hari keberangkatan itu ternyata perahu itu begitu penuh. Dan itu dirasakan ketika telah berada di tengah lautan yang luas. Dan karenanya harus ada salah seorang di antara mereka yang dikorbankan demi keselamatan semuanya.
Untuk memutuskan siapa yang harus dikorbankan, dilakukanlah undian. Undian yang dilakukan beberapa kali itu ternyata terjatuh ke nama “Yunus” untuk dikorbankan. Maka beliaupun harus dilempar ke dalam lautan itu.
Ketika tenggelam terbawa ombak itulah belia tiba-tiba ditelan oleh seekor ikan hiu. Ikan hiu itu tidak menggigitnya. Tapi ditelan dengan aman, seolah mendapat perintah gaib untuk menyelamatkannya.
Yunus AS benar-benar berada dalam situasi yang mencekam. Beliau berada dalam kegelapan yang berlapis. Kegelapan malam, kegelapan samudra luas, dan kegelapan perut ikan hiu itu.
Sumber: Eramuslim
Hasil Survei: 92% Bersedekah di Saat Pandemi, Inikah TITIK SELAMAT Indonesia?
Jumlah populasi negeri ini mirip US. Walau US lebih banyak, tapi logikanya dibawah 400 jt populasi.
US meledak di angka positif 1 juta lebih, sementara di waktu yang sama, Indonesia hanya 20 ribuan kasus positif.
Tentang rendahnya angka positif di negeri ini, ada yang menyebut tentang test swab yang tidak massive. Itu yang bikin angka positif kecil.
Tapi bagaimana pun tidak ada yang tiba-tiba tumbang massal di jalanan, atau angka kematian menanjak di kampung-kampung saban hari.
Walau angka pertumbuhan positif cukup mengkhawatirkan, hampir 1000 positif per hari. Turun naik ke 500 lalu ke 1000. Di range itu. Tetap saja angka ini besar, tapi tidak semenakutkan US.
Tentu banyak warga bangsa yang mulai menyadari, bahwa kurva sulit turun, karena negeri ini tidak punya cukup anggaran untuk lockdown total seperti Italia dan negara maju lainnya. Sabar. Warga sudah mulai sedikit pasrah, sambil terus hati-hati.
Kalo difikir, kita satu iklim dengan Brazil, Equador, dan disana kopit sangat sangar sekali. Alhamdulillah tidak sesangar di Indonesia.
Walau banyak juga yang ngasih pendapat bahwa ledakannya sekitaran 1 bulan lagi, karena campur baurnya baru sekarang, tapi bukankah sekitar 1 bulan yang lalu juga kita masih rame-rame di jalan?
Mau seperti apapun pendapat kita, kita cukup tidak terlalu parah hari ini. Itu faktanya. 20 ribu positif. Dengan lockdown yang setengah hati. Cukup rendah. Bismillah.
Sedekah Menolak Bala
Saya jalan-jalan ke linimasa nya mas Yuswo Hady, lalu melihat tabel ini. Sebuah hasil riset lembaganya Mas Yuswo. Beliau ini lama meneliti market.
92% yang disurvey menyebutkan memutuskan untuk bersedekah. MasyaAllah. Ini pembacaan yang sangat mendalam.
Kami di Berkah Box juga ngerasain banget. 4 bulan terakhir naik distribusi nasi box gratis dua kali lipat. Dari 9000 nasi box per pekan, melonjak sampai 18.000 box. Alhamdulillah.
Sedikit bertanya. Padahal musim susah. Tapi semangat orang bersedekah tinggi banget. Memang negeri ini kumpulan orang baik.
Negeri ini memang hebat. BBM gak turun sabar. BPJS naik juga sabar. Hitungan kalo di negeri lain bisa jadi sudah revolusi besar-besaran. Tapi inilah budaya Indonesia. Keluhuran nilai bangsa.
Bangsa ini disusun oleh orang-orang baik. Sosok-sosok yang sabar. Bukan hanya sabar, ditengah kesulitan pun, kita masih memutuskan untuk membantu orang lain.
Semangatnya gotong royong. Kebersamaan. Mufakat. Saling diskusi. Diselesaikan baik-baik. MasyaAllah.
Bagi saya, mungkin ini TITIK SELAMAT nya Indonesia.
Sedekah menolak bala.
Sedekah menurunkan kasih sayang Allah.
Sedekah mengundang pertolongan.
Jadi...
Kalo memang virus sudah gak bisa diisolasi. Kalo memang jaga jarak susah, gak berkumpul susah, ya mudah-mudahan dengan terus berbuat baik, Allah sayangi kita.
Mudah-mudahan kopit yang aktif di negeri ini, kopit yang jinak-jinak. Yang baik. Yang pengertian. Mudah-mudahan.
1 Syawal 1441
(Ustadz Rendy Saputra)
___
*NB: Terkait itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda bahwa sedekah itu menolak 70 jenis bala atau musibah.
"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana dan yang paling ringan (di antara bencana itu) adalah wabah penyakit kusta dan lepra." (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir) .
Bencana selamanya takkan bisa mendahului sedekah, Rasulullah bersabda : “Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.” (Riwayat Imam Baihaqi).
Masya Allah, 5.402 Orang Pasien Corona Indonesia Sembuh Saat Lebaran
10Berita, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, jumlah pasien COVID-19 yang sembuh meningkat sebanyak 153 orang menjadi total 5.402 orang, bertepatan dengan hari raya Lebaran, Minggu (24/5/2020).
Sementara kasus meninggal ada sebanyak 21 orang, sehingga total menjadi 1.372 orang.
Sementara sebanyak 404 kabupaten/kota di 34 provinsi, kata dia, telah terkena dampak pandemi COVID-19 tersebut.
“Sementara konfirmasi COVID-19 positif yang kita dapatkan sebanyak 526 orang sehingga totalnya menjadi 22.271 orang,” katanya dalam konferensi pers di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Minggu sore.
Untuk itu, ia mengingatkan kepada seluruh komponen masyarakat agar bersama-sama melawan dan mengakhiri wabah COVID-19 di Indonesia secara gotong royong.
“Pekerjaan kita masih cukup berat, karena kami masih melakukan pemantauan di seluruh wilayah di tanah air pada orang-orang yang perlu kita pantau sebanyak 42.551 orang, sedangkan orang dalam pengawasan yang masih kita awasi adalah 11.389 orang,” katanya.
Yurianto mengingatkan kepada masyarakat bahwa proses penularan masih terus terjadi di tengah-tengah masyarakat dan masih ada yang rentan tertular karena masih melakukan kontak dekat dan melakukan kegiatan berkerumun, tidak memakai masker dan tidak rajin mencuci tangan dengan sabun.
Untul itu, ia mengajak semua masyarakat benar-benar memahami bagaimana virus tersebut menular dan mencari tahu cara pencegahannya.
Sumber: suara.com
Sabtu, 23 Mei 2020
Khutbah Idul Fitri 1441 H: Lebaran Dengan Covid-19
Tak terasa bulan suci Ramadhan akan segera meninggalkan ummat Islam dan Hari Raya Idul Fitri akan segera kita rayakan walah ditengah-tengah musibah Wabah Corona. Semoga kita semua yang telah menunaikan shaum Ramadhan mendapatkan ampunan Allah, semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita semua berhak mendapatkan syafaat-Nya kelak, aamiin.
Berikut adalah Khutbah Idul Fitri 1441 H yang disusun oleh Ustadz Farid Ahmad Okbah, M.A., Pendiri Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) yang diterima oleh redaksi arrahmah.com:
LEBARAN DENGAN COVID-19
Oleh: Ustadz Farid Ahmad Okbah, M.A.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
إن الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد :
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ …
Bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memudahkan kita menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1441 H/2020 M. Pintu surga telah dibuka lebar di awal Ramadhan kita sambut sesuai petunjuk Allah
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali ‘Imran, 3: 133-134)
Berbagai amal shaleh kita jalankan baik siang maupun malam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ».
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ».
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beruntunglah mereka yang menjalankan ibadah Ramadhannya dengan sungguh-sungguh karena Allah mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah menerima amalnya dan surga dari pintu Ar-Rayyan menantinya. Tapi betapa meruginya bila ada yang lalai dengan ibadah Ramadhannya sampai mengabaikan atau terjerumus dalam kubangan dosa atau bermalas-malasan. Dia tidak mendapatkan apa-apa atau tidak terampuni dosanya bahkan tercatat sebagai pendosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«رُبَّ صائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوعُ وَالعَطَشُ، وَ رُبَّ قائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ».
“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi bagian atau balasan dari puasanya adalah lapar dan haus saja, dan betapa banyak orang yang shalat malam (tarawih) tetapi bagian atau balasan dari shalatnya hanyalah capai dan kantuk saja.” (HR. Ibnu Majah, An-Nasa’ie dan Ibnu Khuzaimah)
Bahkan malaikat Jibril mengecam orang puasa Ramadhannya tidak beres:
«شَقِي عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: «آمِيْن».
“Celakalah seorang hamba yang berjumpa dengan bulan Ramadhan lalu bulan itu berlalu tetapi ia tidak diampuni.” Maka aku berkata: “Aamiin.” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad. Shahih)
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!!
Ramadhan tahun ini semakin istimewa karena adanya ujian berat wabah COVID-19. Dunia menjadi heboh, tak terkecuali Indonesia. Banyak negara menerapkan lockdown total tapi ada pula yang pakai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) seperti Indonesia. Terlepas apakah pandemi wabah virus corona ini natural atau manufacturing. Bagi orang kafir itu hukuman dari Allah tapi bagi orang mukmin itu ujian
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (40)
Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri. (QS. Al-Ankabut, 29: 40)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35)
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (QS. Al-Anbiya, 21: 35)
Sebagaimana Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait wabah tha’un (kolera). Jawab beliau itu hukuman yang Allah kirim kepada kaum kafir dan ujian bagi orang beriman:
«عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ علَى مَن يَشَاءُ، وأنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، ليسَ مِن أحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ في بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أنَّه لا يُصِيبُهُ إلَّا ما كَتَبَ اللَّهُ له، إلَّا كانَ له مِثْلُ أجْرِ شَهِيدٍ».
“Adzab yang Allah kirim kepada orang yang Dia kehendaki. Allah jadikan thaun sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang di negerinya mewabah thaun lalu ia tetap berada di situ dengan sabar dan berharap pahala, ia tahu tidak ada musibah yang menimpanya kecuali apa yg telah Allah tetapkan bagi dirinya melainkan baginya pahala seperti pahala seorang syahid.” (HR. Al-Bukhari)
Nilai ujian itu semakin besar pahalanya di sisi Allah karena nilai Ramadhan yang luar biasa ditambah dengan kesabaran yang akan dibalas Allah tanpa batas,
قُلْ يَاعِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas. (QS. Az-Zumar, 39: 10)
اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ …
Kaum Muslimin rahimakumullah!!
Bekal ibadah Ramadhan harus menjadi dinamo penggerak bagi aktivitas kita sebelas bulan ke depan. Karena tanda amal ibadah kita diterima Allah itu semakin bertambah semangat dan ibadahnya.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17)
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka. (QS. Muhammad, 47: 17)
Buatlah roadmap (peta jalan) untuk langkah-langkah strategis ke depan baik untuk kepentingan diri, keluarga maupun ummat dan bangsa agar umur yang tersisa ini efektif.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. At-Taubah, 19: 71)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم، لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Ma’asyiral Muslimin hafizhakumullah!!
Di khutbah kedua ini mari kita berdoa kepada Allah, semoga Allah segera angkat virus corona, wabah COVID-19 ini, memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan menjaga mereka yang sehat.
Marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran, semoga Allah berkenan menerima ibadah puasa Ramadhan kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
Segala puji bagi Allah Rabbul alamin. Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Pujian yang menyamai nikmat-Nya dan menandingi keutamaan-Nya. Ya Rabb kami, untuk-Mu pujian yang sebanding dengan kebesaran dan kemuliaan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَالْمَوْتِ، اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada engkau akan keselamatan Agama dan sehat badan, dan tambahnya ilmu pengetahuan, dan keberkahan dalam rizki dan diampuni sebelum mati, dan mendapat rahmat waktu mati dan mendapat pengampunan sesudah mati. Ya Allah, mudahkan bagi kami waktu (sekarat) menghadapi mati, dan selamatkan dari siksa neraka, dan pengampunan waktu hisab.
اللهم أَرِنَا الْحَقَ حَقاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ .
Ya Allah, tampakkanlah kepada kami yang benar itu sebuah kebenaran dan berikan rizki kepada kami untuk mengikutinya. Tampakkanlah kepada kami yang batil itu sebuah kebatilan dan berikan rizki kepada kami agar menjauhinya.
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (5)
Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan orang-orang kafir menguasai kami, sehingga kami menderita akibat tindakan buruk mereka, dan ampunilah kami. Wahai Tuhan kami, sungguh hanya Engkaulah Tuhan yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Al-Mumtahanah)
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ (194)
Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami karunia yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Janganlah Engkau jadikan kami hina pada hari kiamat kelak. Sungguh Engkau tidak akan menyalahi janji-Mu.” (Ali ‘Imran)
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, dan kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. (Al-Baqarah)
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ . وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Semoga shalawat senantiasa tercurah kepada pemimpin kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya semua. Maha suci Tuhanmu Pemilik kemuliaan dari apa yang mereka persekutukan. Semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada para rasul dan segala puji hanya bagi Tuhan semesta alam.
Sumber: Konten Islam
Sederhana, Ini 6 Cara Rasulullah Merayakan Hari Raya Idulfitri
Selasa, 19 Mei 2020
Tere Liye: Tidak Apa Shalat Id di Rumah, Walau Bandara dan Mall Ramai...
Saya bisa memahami, apa rasanya shalat Idul Fitri dilakukan di rumah, padahal bertahun2 diadakan di lapangan. Seru. Rame2. Bahkan proses jalan kaki ke lokasi shalatnya saja sudah seru. Tapi kali ini, biarlah kita lakukan saja di rumah masing2.
Saya tahu, pasar rame, pusat perbelanjaan rame, jalanan macet, bandara juga rame, bahkan yg blusukan juga tetap rame, eh pas urusan shalat Id, disuruh di rumah masing2. Jangan sedih, nurut saja. Coba tengok berita2nya, 'diperkirakan penderita covid akan melonjak drastis jika pada shalat di lapangan/masjid', belum kejadian, tapi 'beritanya' sudah keluar duluan. Daripada nanti kalian disalahkan betulan, mending di rumah saja shalatnya.
Saya bisa memahami, banyak yang ingin shalat di lapangan/masjid. Ada yg mau cuci mata. Ada yang mau selfie2. Ada yang mau ketemu gebetan. Tapi mbok ya batalkan. Ayo, shalat di rumah saja masing2. Diterima saja. Toh, MUI sudah mengeluarkan fatwa. Kalian tdk akan menang berdebat, apalagi banding2in situasi. Mereka melaksanakan protokol kesehatan. Sementara ibadah, mau kalian melakukan protokol sampai segila apapun, tetap tidak bisa. Jadi di rumah saja.
Enjoy saja. Bawa hepi. Toh, mereka tidak diskriminatif. Semua umat agama kena. Semua rumah ibadah agama apapun kena, hari2 besar agama apapun kena, dilarang. Kalau soal bandara tidak kena, mall2 tertentu tidak kena, pusat keramaian lain tidak kena, itu diluar diskusi. Karena mau bagaimana lagi. Dalam hidup ini, kalau pas kita yg kena, mbok ya pasrah saja. Terima nasib. Kalau mereka dpt pengecualian, jangan iri. Aduh, iri itu tanda tak bahagia.
Jadi, tinggal beberapa hari lagi Idul Fitri. Kali ini, kita shalat di rumah masing2 saja. Nurut. Sami'na wa ata'na. Daripada, kalau ada kenapa2 gara2 ada yg maksa tetap shalat di lapangan/masjid, nanti banyak yg ngamuk. Sementara kalau virus ini menyebar kemana2 gara2 tiket pesawat didiskon, wisata malah dipromosikan, dsbgnya, sungguh, tidak akan ada yang protes.
Karena virus ini dulu dari negeri seberang, tiba di Indonesia, bukan karena pesawat terbang. Melainkan karena virus itu sendiri yg iseng jalan2 ke sini. Terus dari Jakarta, dia jalan2 iseng lagi ke seluruh negeri. Itu semua bukan karena pesawat terbang. Jadi bawa hepi saja. Banyak2 berjemur. Ini cuma virus sepele. Konon katanya nanti sembuh sendiri. Masa' kalian ndak percaya omongan pejabat. Dosa loh nggak nurut sama umaro.
Akhirulkalam, selamat merayakan Idul Fitri beberapa hari lagi. Insya Allah, kita tetap bisa merayakan kemenangan ini tanpa harus shalat di lapangan/masjid. Karena ketahuilah, kata guru agama sy dulu, siapapun yg selama ini memang sudah rajin shalat di masjid, saat dia punya halangan yg memaksa dia tdk bisa, insya Allah dia tetap dihitung tetap shalat di masjid. Bukankah itu kabar bahagia sekali. Dan kabar yg satu ini, tidak PHP kayak kabar si B yang satu itu. :)
By Tere Liye
(fb)
Sumber: pbi
11 Macam Pahala untuk Orang yang Membayar Zakat Fitrah
10Berita – SEBAGAI seorang muslim, membayar zakat fitrah menjelang akhir Ramadhan sudah menjadi kewajiban. Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Barat, Dr KH Kurnali Sobandi menerangkan, sadaqah al-Fiṭr (صدقة الفطر) ialah perintah istimewa yang khusus dibebankan kepada umat Rasulullah SAW.
Ṣedekah al-Fiṭr disyariatkan pada tahun kedua dari tahun Hijriah tepatnya dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tahun 2 Hijriyah.
“Ṣadaqah al-Fiṭr adalah penambal atas kekeliruan atau kesalahan dalam berpuasa sebagai-mana sujud sahwi sebagai penambal atas kekeliruan atau kesalahan dalam shalat,” kata pengasuh Pesantren Barokah Darurrohman Sukawangi Kabupaten Bekasi, menukil dari laman iNews.id, Senin (18/5/2020).
Kiai Kurnali Sobandi mengungkapkan, terdapat beberapa istilah untuk menyebutkan kewajiban ini yakni, زكاة البدن (zakat puasa), زكاة الصوم (zakat badan), صدقة الفطر (sedekah fitri), صدقةالفطرة (sedekah fitrah) زكاة الخلقة (zakat khilqah).
Pengertian sedekah tersebut merupakan bukti adanya iman yang terpaut antara manusia dengan Tuhannya dan melalui sedekah dipersatukannya hati orang-orang mukmin, antara kaya dan miskin dalam rasa saling membutuhkan satu sama lain.
الفطر adalah memiliki arti الأفطار (buka di bulan Ramadhan), buka di bulan Ramadhan baik hari-hari Ramadhan maupun penghujung Ramadhan adalah tenggelamnya matahari.
Ini yang menjadi penyebab wajibnya sedekah fitri. Ketika disatukan menjadi صدقة الفطر dan menjadi nama khusus kewajiban zakat fitrah.
صدقة الفطر adalah kewajiban yang dibebankan kepada dua pelaku utama, yaitu:
Pertama: المخرج Al-Mukhrij yaitu orang yang menanggung nafkah kehidupan sehari-hari keluarga, baik istri, anak kerabat dekat bahkan pembantu atau hambanyayang termasuk kategori المخرج adalah suami sebagai kepala keluarga dan majikan sebagai tuan dati pembantu atau budak.
Sumber: Eramuslim
Rabu, 13 Mei 2020
3 Makna Lebih Baik dari Seribu Bulan Malam Lailatul Qadar
10Berita – Allah berfirman dalam Surah Al Qadr ayat 1-3 yang artinya, “Aku turunkan Alquran pada malam Lailatul Qadar, dan apakah itu malam Lailatul Qadar? Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. al-Qadar: 1-3)
Lalu apa sebenarnya makna Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan? Dikutip dari laman Lirboyo pada Rabu (13/5/2020), jika melihat secara tekstual, yang dimaksud seribu bulan adalah 83 tahun.
Namun kebanyakan kalangan ahli tafsir memiliki pandangan lain jika yang dimaksud dengan “lebih baik dari seribu bulan” adalah seribu bulan yang tanpa Lailatul Qodar di dalamnya.
Adapula yang mengatakan jikalau “seribu bulan” dalam Surat Al-Qadr adalah sebuah bahasa majaz untuk menyampaikan waktu yang tak terbatas, sesuai kebiasaan dalam literatur Arab. Orang Arab biasa menggunakan kata seribu, namun maksudnya adalah bilangan yang sangat banyak hingga tak mampu dihitung.
Lebih lanjut perlu diketahui, selain lebih baik dari seribu bulan, keutamaan lain dari malam Lailatul Qadar adalah pada waktu itu para malaikat turun ke dunia atas kehendak Allah SWT.
Kemudian malaikat akan mendoakan dan mengamini siapa saja orang mukmin yang ditemui tengah berdoa atau beribadah kepada-Nya.
Amalan apapun yang dilakukan di malam Lailatul Qodar ini, akan dilipat gandakan pahalanya. Sesuai yang disampaikan Imam Sufyan Al-Sauri, “Sampai kepadaku dari Mujahid RA. bahwa malam Lailatul Qodar lebih baik dari seribu bulan. Yaitu, amalan-amalan, puasa, dan ibadah yang dilakukan pada malam itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Tafsir Ibn Katsir, VIII/427)
Sumber: Eramuslim
Kamis, 07 Mei 2020
Umar bin Khattab Menangis Melihat Kondisi Pendeta yang Lemah
Selasa, 05 Mei 2020
2 Muslim Yang Berbeda Nasib Gara-gara Seekor Lalat. Satu ke Neraka, Satunya ke Surga
Pernah dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kisah tentang dua orang lelaki muslim yang melewati suatu kaum penyembah berhala. Tak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah tersebut kecuali telah memberikan sesaji (berkorban) untuk berhala mereka.
Kedua lelaki tadi juga tak diizinkan lewat. Mereka meminta sebuah sesaji. Seorang lelaki di antara keduanya menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Bekorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.”
Lelaki pertama ini pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Namun, akibat seekor lalat itu. ia termasuk ahli neraka.
Pada lelaki kedua, mereka memerintahkan hal yang sama “Bekorbanlah.” Namun dengan tegas ia menjawab, “Tidak pantas bagiku bekorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.”
Lelaki kedua ini akhirnya menemui ajal, dibunuh oleh kaum penyembah berhala tersebut. Namun karena itulah ia masuk surga.
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, Msc melalui laman Rumaysho.com menjelaskan beberapa faidah dari kisah tersebut, di antaranya adalah bahayanya kesyirikan walaupun pada sesuatu yang kita anggap kecil lagi remeh.
Jika sesaji berupa lalat saja (yang kecil lagi diremehkan) bisa mengantarkan ke neraka, maka apalagi sesaji yang lebih besar, ayam, kambing, kerbau, sapi, dan lain sebagainya.
Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa seseorang bisa saja terjerumus dalam kesyirikan sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perbuatan tersebut syirik yang menyebabkan dia terjerumus dalam neraka nantinya.
Sahabat UCers, semoga kisah ini mengajarkan kita pentingnya tauhid dan bahaya kesyirikan. Dengan menuntut ilmu syar'i maka niscaya kita bisa membedakan perkara-perkara kesyirikan, termasuk tradisi-tradisi turun temurun yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Semoga bermanfaat!
Sumber Referensi:
rumaysho.com/3014-hanya-karena-sesaji-berupa-lalat-membuatnya-masuk-neraka.html
Jatuh Cinta, Orang Alim Ini Kehilangan Seluruh Hafalannya Kecuali 2 Ayat. Ternyata
10Berita, Dikisahakan salah seorang generasi tabi'in, 'Abdah bin 'Abdurrahiim, ia adalah sosok shalih yang telah menghafal seluruh isi Al Qur'an. Keberaniannya pun tak diragukan. Namun, setan menemukan celah menggoda keimanannya.
Saat itu pasukan Muslimin mengepung daerah Romawi, Abdah pun berada di antara pasukan kaum Muslimin. Ia bertempur dengan gagah berani sampai kemudian pandangan matanya terpancang pada sosok wanita romawi di dalam benteng. Kecantikan dan pesona wanita pirang itu langsung menembus hati dan mengobrak-abrik keimanannya.
'Abdah tak bisa menghilangkan bayangan si jelita, hingga ia mengirimkan sepucuk surat menanyakan bagaimana cara menyunting gadis tersebut. Gayung bersambut, gadis Romawi tersebut tak keberatan dipersunting dengan syarat yang sangat berat: "Masuklah agama Nasrani maka aku jadi milikmu.”
Namun rupanya, syahwat telah memenuhi hati 'Abdah. Tak ada pikir panjang, matanya gelap, dan impiannya dipenuhi kesenangan duniawi. Pernikahan pun terlaksana di dalam benteng.
'Abdah sang hafidz dan mujahid telah menggadaikan keimanannya demi seorang gadis Romawi yang cantik jelita.
Kaum muslimin terpukul dengan peristiwa tersebut, mereka datang menasehati 'Abdah dan membujuknya bertaubat. Namun 'Abdah menggeleng ia mengaku tak bisa.
Ketika ditanyakan kepadanya, "Dimana Al Qur'an mu yang dulu???"
Ia menjawab bahwa ia telah lupa semua isi Al Qur'an kecuali 2 ayat saja, yaitu:
"Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim."
"Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)."
2 ayat yang tersisa berupa peringatan yang jika saja ia mengikutinya niscaya ia akan selamat. Namun, ia memilih hidup penuh kesenangan duniawi, wanita dan harta dan melupakan akhiratnya. Dan begitulah ia hingga akhir hidupnya dalam keadaan yang merugi, murtad dari agamanya.
Kisah ini semoga menginspirasi kita semua, janganlah ujub dengan semua amal shalih yang kita miliki saat ini. Karena ujian dan godaan tak akan berhenti hingga hembusan nafas terakhir, dan sungguh nasib kita sangat bergantung dengan amalan di akhir hidup kita.
----
Sumber referensi:
salamdakwah.com/artikel/2088-dulunya-ia-hafal-30-juz-semua-hilang-tak-tersisa-kecuali-2-ayat-saja
Minggu, 03 Mei 2020
Apakah Mendengar Bacaan Alquran dari Smartphone Tetap Mendapat Pahala? Ini Penjelasan Ahli Tafsir
Ilustrasi membaca Alquran - Istimewa
10Berita - Apakah ada perbedaan antara mendengarkan bacaan Al-Quran dari pembacanya langsung atau dari smartphone?
Tribunnews.com melansir dari harakah.id dijelaskan berdasarkan penjelasan Syekh Wahbah Al-Zuhaili, hukum mendengar rekaman Al-Quran adalah sama dengan mendengarkan bacaan Al-Quran secara langsung.
Salah satu amalan di bulan Ramadan adalah mendengarkan bacaan Al-Quran. Di dalam amalan ini tersimpan pahala yang besar.
Hal ini karena Allah SWT telah memerintahkan agar umat Islam senantiasa memperhatikan dengan cara mendengarkan bacaan Al-Quran ketika ia dibacakan.
Allah Swt berfirman,
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-A’raf: 204)
Imam Fakhruddin Al-Razi menjelaskan dalam kitab tafsirnya,
لا شك أن قوله فاستمعوا له وأنصتوا أمر ، وظاهر الأمر للوجوب ، فمقتضاه أن يكون الاستماع والسكوت واجبا
Tidak diragukan bahwa firman Allah “dengarkanlah dan perhatikanlah” berbentuk kalimat perintah. Secara tekstual, kata perintah berarti wajib. Kesimpulannya, mendengarkan dan diam (ketika Al-Quran dibacakan) hukumnya wajib.
Demikian penjelasan sepintas dari Imam Fakhruddin Al-Razi.
Seorang ahli tafsir Al-Quran terkemuka bermazhab Syafi’i.
Setidaknya, keterangan ini menunjukkan betapa pentingnya mendengarkan Al-Quran ketika ia sedang dibacakan.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW senang menyuruh sahabatnya membaca Al-Quran, lalu beliau mendengarkan bacaan tersebut dengan khusyuk.
Hari ini, perkembangan teknologi telah mengantarkan umat manusia untuk dapat menyajikan bacaan Al-Quran melalui media digital.
Berbagai rekaman Al-Quran bertebaran di internet melalui berbagai website keislaman maupun situs-situs penyedia video.
Pada bulan Ramadan, masjid-masjid bersaing memperdengarkan bacaan Al-Quran yang telah direkam.
Muncul pertanyaan, apakah pahala mendengarkan rekaman Al-Quran sama dengan mendengar bacaan Al-Quran secara langsung?
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Mausu’ah Al-Fiqhi Al-Islami wa Al-Qadhaya Al-Mu’ashirah, hal. 534 menulis,
اَنَّ مَا يُسَجَّلُ عَلَى أَشْرِطَةِ الْكَاسِيْتِ هُوَ الْقُرْأَنُ نَفْسُهُ مَتْلُوًّا بِصَوْتِ الْقَارِئِ الَّذِيْ قَرَأَهُ وَاَنَّ تَسْجِيْلَهُ جَائِزٌ لَا مُخَالَفَةَ فِيْهِ لِلشَّرْعِ وَفَوَائِدُهُ كَثِيْرَةٌ مِنْهَا اسْتِمَاعُ الْقُرْاَنِ وَتَدَبُّرُهُ وَتَعْلِيْمُ النَّاسِ تِلَاوَتَهُ حَقَّ التِّلَاوَةِ وَحِفْظُهُ لِمَنْ اَرَادَ أَنْ يَحْفَظَ شَيْئًا مِنْهُ وَيَحْصُلُ الثَّوَابُ لِمَنِ اسْتَمَعَ الْقُرْاَنَ مِنْ هَذَا الشَّرِيْطِ كَمَا يَحْصُلُ لَهُ إِذَا اسْتَمَعَهُ مِنَ الْقَارِئِ نَفْسِهُ
“Sesungguhnya suara (Al-Quran) yang direkam dalam kaset adalah bacaan Al-Quran itu sendiri yang dilantunkan oleh pembacanya. Hukum merekamnya pun diperbolehkan karena tidak menyalahi syariat. Bahkan faedahnya banyak, di antaranya memperdengarkan bacaan Al-Quran serta mentadabburinya, mengajarkan orang lain untuk membaca yang benar bagi yang ingin belajar membaca, dan menghafal bagi orang yang ingin menghafal Al-Quran. Bagi orang yang mendengar dari rekaman itu juga mendapatkan pahala sebagimana ketika mendengarkan bacaan Al-Quran dari pembacanya secara langsung.”
Berdasarkan penjelasan Syekh Wahbah Al-Zuhaili di atas, hukum mendengar rekaman bacaan Al-Quran melalui tekonologi digital seperti smartphone adalah sama dengan mendengarkan bacaan Al-Quran secara langsung.
Syekh Wahbah bahkan menambahkan keterangan bahwa aktifitas merekam bacaan Al-Quran justru memiliki banyak faidah bagi orang lain.
Jadi, tidak masalah jika kita ingin mendapatkan pahala mendengar rekaman Al-Quran melalui teknologi digital yang kita miliki hari ini.
Pahalanya sama besarnya. Lebih-lebih di bulan Ramadan yang penuh berkah ini.
Demikian penjelasan singkat tentang pahala mendengar rekaman Al-Quran. (Husein Sanusi)
Sumber: TRIBUNSOLO.COM
Rabu, 29 April 2020
Pelajaran Politik dari Kisah Musa dan Firaun Dalam Al Qur'an
Oleh: Dr. Muhammad Najib
10Berita - JIKA dibaca secara konprehensif kisah-kisah Musa dan Firaun di dalam Al Qur'an, maka ia menggambarkan prilaku para politisi baik yang berada di atas maupun di bawah.
Yang di atas atau yang sedang berkuasa, terus berjuang bagaimana untuk mempertahankan kekuasaannya. Tabiat para penguasa sejak dulu tampaknya tidak pernah berubah, yakni selalu ingin ingin mempertahankan kekuasaan selama-lamanya.
Sementara bagi mereka yang berada di bawah, khususnya yang tertindas atau merasa diperlakukan tidak adil, akan berjuang untuk menuntut hak dirinya atau kelompoknya, dengan alasan demi ditegakkannya.
Dengan kata lain, selama keadilan belum ditegakkan, maka akan muncul tuntutan dari bawah, yang bila tidak direspon dapat berubah menjadi ancaman bagi para penguasa.
Paradigma ini muncul jika potret dibuat dengan perspektif atas vs bawah, atau penguasa vs rakyat, yang dalam bahasa Al Qur'an mereka yang berada di bawah sering disebut dengan mustadh'afin atau kelompok yang lemah.
Potret seperti inilah yang sering ditampilkan oleh para tokoh agama atau politisi yang menggunakan simbol-simbol atau idiom-idiom keagamaan yang sedang berada di kelompok mustadafin dalam perjuangannya.
Jika fenomena yang ada dipotret dengan perspektif lain seperti keberhasilan vs kegagalan, maka fenomena Musa dan Firaun akan memberikan potret yang tidak kalah menariknya, dan sarat dengan pelajaran yang bisa dipetik.
Kisah Firaun sebagai panglima perang sekaligus seorang Raja, yang dibantu oleh pengusaha sukses bernama Karun dan teknokrat atau ilmuwan tangguh bernama Haman, tidak sepenuhnya menampilkan wajah kekuasaan yang buruk.
Kolaborasi tiga kekuatan kunci ini juga melahirkan kisah sukses sebuah negara, yang maju peradabannya, kuat politik dan militernya, serta makmur rakyatnya.
Sampai saat ini berbagai bentuk peninggalan sebagai tanda prestasi Firaun, baik yang berbentuk bangunan yang indah dan kokoh seperti Istana, makam (piramid), dan kuil masih bisa dilihat di Luxor dan Giza, Mesir.
Begitu juga yang berupa perhiasan emas, kereta kencana, mumi hewan piaraan, maupun mumi para penguasa, tersimpan rapi di Museum Kairo. Sebagian bisa dilihat di Museum Louvre, Paris. Padahal semua ini dibuat lebih dari 3.000 tahun lalu.
Dilihat dari sisi ini, maka kerajaan yang dipimpin Firaun sejatinya sangat sukses. Kesalahannya terletak pada: Pertama, menghadapi kesuksesan yang diraihnya, seharusnya Firaun bersyukur dan tetap rendah hati atas segala anugrah yang diterimanya dari sang Khaliq.
Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, keberhasilan membuat ia menjadi sombong, yang dalam istilah Al Qur'an disebut thagut atau thaga yang arti harfiahnya: melampaui batas.
Kedua, ia berlaku diskriminatif terhadap rakyatnya yang minoritas. Keturunan Israel atau bani Israel saat itu hidup sebagai budak di negri Mesir yang sangat makmur. Status budak merupakan status sosial terendah, dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas dan dibatasi.
Ketiga, ia terlalu percaya dengan kekuatan atau kesaktian para dukun atau orang pintar yang mengabdi di Istana. Hal ini membuatnya bukan saja lupa pada Tuhannya, bahkan sampai berani menantang Tuhan itu sendiri.
Dalam perspektif Al Qur'an, hal inilah yang menjadi alasan Tuhan untuk menegurnya. Kisah Musa dan Firaun merupakan kisah paling detail dan paling banyak disebutkan di dalam Al Qur'an, terkait urusan kekuasaan, penguasa dan rakyatnya.
Hal ini seharusnya dibaca sebagai indikator, betapa pentingnya bagaimana mengurus negara secara baik dan benar. Masalah ini juga menjadi indikasi bahwa ujian kekuasaan merupakan ujian yang abadi yang terus berulang dalam kehidupan manusia.
Sayangnya, kebanyakan manusia khususnya para politisi tidak pandai mengambil pelajaran.
Pada umumnya saat berada di bawah ia berlaku baik, jujur, dan ikhlas dalam berjuang, akan tetapi setelah di atas berubah menjadi serakah, kejam dan dan lupa akhirat, yang mengakibatkan kebanyakan penguasa tumbang dengan cara sangat tragis dan menyedihkan.
Padahal Al Qur'an sudah mengingatkannya dengan cara yang sangat lugas dan gamblang. Wallahua'lam. (*)
Senin, 27 April 2020
Kala Cucu Nabi Muhammad Mengingatkan Orang Tua yang Salah
Ilustrasi berdoa di dalam Masjid. Foto: REUTERS/Jorge Silva
10Berita,Berbakti kepada orang tua bukanlah persoalan yang mudah. Ada-ada saja yang menjadi kendala, mulai dari beda komunikasi hingga prinsip. Meski begitu, berbakti kepada orang tua tetaplah tugas dari seorang anak.
Lalu bagaimana berkomunikasi dengan orang tua ketika mereka melakukan kesalahan? Kamu bisa mencontoh cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein.
Diceritakan, suatu hari mereka melihat orang tua salah dalam melakukan wudhu. Mereka berniat untuk membetulkan tata cara wudhu orang tersebut.
Salah satu mereka kemudian mendekati orang tua tersebut. Lalu ia meminta orang tersebut untuk menilai gerakan wudhu yang paling bagus.
Orang tersebut setuju untuk menjadi juri ‘lomba’ wudhu antara Hasan dan Husein. Orang tersebut kagum dengan gerakan wudhu keduanya. Hingga kemudian sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan.
Setelah selesai, Hasan dan Husein meminta orang tersebut untuk menentukan pemenangnya. Akan tetapi, orang tersebut tak memilih satu dari keduanya.
Orang tua itu menilai gerakan wudhu Hasan dan Husein sangat istimewa. Hingga membuat orang tersebut tersenyum.
Dari cerita tersebut, Mustasyar PCINU Suriah, Amiruddin Thamrin mengatakan, memberikan nasihat dibutuhkan kiat yang tepat. Jangan sampai, ada yang merasa ‘berat’ dalam menerima nasihat.
“Tak perlu harus diungkapkan secara tersurat, seperti Hasan dan Husein formatnya barangkali tak menasihati walaupun secara tersirat kandungannya adalah nasihat,” tulis Thamrin di NU Online (9/4/2013).
Sumber: kumparan.com
Minggu, 26 April 2020
6 Keanehan akan Menimpa Umat Islam dalam Hadits Rasulullah
Umat Islam mendengarkan ceramah agama di masjid (ilustrasi).
10Berita, Rasulullah SAW memberikan nubuat tentang terjadinya sejumlah perkara. Termasuk dalam persoalan yang akan menimpa umat.
Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Asqalani dalam karyanya Nashaihul ‘Ibad (hal 42) mengutip sebuah hadits tentang keanehan yang akan menimpa umat Islam. Menurut Rasulullah SAW, jumlahnya ada enam perkara.
Pertama, masjid menjadi bangunan yang aneh. Bangunan masjid berdiri megah, dibangun dengan susah payah, dan berada di tengah-tengah perkampungan yang padat penduduknya. Namun, orang-orang di perkampungan itu enggan melaksanakan ibadah shalat di masjid.
Kedua, mushaf Alquran menjadi perkara aneh. Orang-orang berlomba-lomba mengoleksi Alquran di rumahnya. Mereka membeli Alquran dengan model terbaru, berharga mahal, namun setelah berada di rumah, Alquran hanya menjadi simbol kebanggaan.
Kitab suci ini dipajang di rak dan jarang sekali dibaca, apalagi dihayati makna dan kandungannya. Ketiga, banyak orang berlomba-lomba menghafal Alquran, tetapi sedikit sekali orang yang berlomba-lomba mengamalkan isi dan kandungannya.
Keempat, aneh sekali banyak wanita salihah yang bersuami laki-laki yang tidak taat dalam melaksanakan ajaran agama. Kelima, aneh sekali, banyak laki-laki saleh yang beristri wanita yang tidak taat beragama.
Dan keenam, aneh sekali, orang alim (yang memahami ilmu agama) berada di tengah-tengah masyarakat, namun masyarakat sudah enggan lagi mendengar fatwa-fatwanya. Petuah-petuahnya hanya dijadikan tontonan bukan dijadikan tuntunan.
Sementara itu, Imam Ghazali dalam karyanya Minhajul ‘Abidin (hal 16) mengutip sabda Rasulullah yang disampaikan kepada Haris Ibnu Umairah.
“Jika umurmu panjang, kamu akan menghadapi suatu zaman yang aneh. Pada zaman tersebut akan banyak ahli pidato yang piawai dalam menyampaikan pidatonya, namun sangat sedikit sekali dari kalangan mereka yang benar-benar ulama (memahami ilmu agama dan hatinya takut kepada Allah). Pada zaman tersebut akan banyak sekali orang yang memerlukan bantuan (banyak orang miskin), namun sangat sedikit sekali orang yang mau menolong mereka, dan pada zaman tersebut keikhlasan dalam mencari ilmu sudah sirna. Orang-orang mencari ilmu hanya mengikuti keinginan hawa nafsu belaka.”
Harits ibnu ‘Umairah merasa heran, kemudian ia bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hal tersebut akan terjadi?”
Kemudian Rasulullah menjawab, “Nanti apabila ibadah shalat telah dimatikan (orang-orang tidak mengaplikasikan nilai-nilai ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari), menjamurnya suap-menyuap (jual beli hukum dan jabatan), serta orang-orang telah rela menjual agama demi kesenangan hidup di dunia semata. Jika keadaan tersebut sudah terjadi maka selamatkanlah dirimu.”
Mari kita perhatikan dan renungkan perkara-perkara aneh tersebut, sudahkah terjadi di sekitar kehidupan kita? Jika sudah, tak ada jalan terbaik bagi kita selain menyelamatkan diri kita masing-masing.
sumber : Harian Republika
Saling Tolong Menolong dalam Menghadapi Wabah
Untitled Image
Ilustrasi menolong satu sama lain. (Foto: Thinkstock)
10Berita,Tidak banyak yang dapat dilakukan di tengah wabah virus corona seperti saat ini. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah, memperbanyak amalan saleh adalah hal yang sangat baik untuk dilakukan, salah satunya dengan saling tolong menolong.
Sebagai makhluk sosial, sikap saling tolong menolong sudah menjadi kebutuhan setiap manusia.
Seperti hadis riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW telah bersabda:
وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ
“Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Terdapat sebuah kisah teladan dari Salafus Shalih. Dikisahkan anak Umar bin Khattab, bernama Abdullah bin Umar yang tidak mau makan makanan di rumahnya kecuali ada paling tidak satu anak yatim di sekitarnya. Kemudian beliau akan makan bersama anak yatim tersebut.
Kisah tersebut mengajarkan kita mengenai tawadhu’ dan kedermawanan. Beliau adalah orang yang tidak takut terhadap kefakiran yang akan menimpanya. Maka dari itu, tetaplah membantu, menolong sesama, dan berbagi kepada orang lain yang membutuhkan.
Hadist Riwayat Bukhari menjelaskan:
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ
“Muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain, oleh karena itu ia tidak boleh menganiaya dan mendiamkannya. Barang siapa memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barang siapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa kesulitannya nanti pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) pada hari kiamat.”
Untuk itu, jangan ragu untuk membantu sesama. Lakukanlah amalan saleh dengan ikhlas. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal yang tidak didasari dengan keikhlasan. Dengan berbuat baik, kelak Allah SWT akan senantiasa membalasnya dengan kebaikan pula
Sumber: kumparan
Meneladani Sifat Dermawan Rasulullah, Tetap Memberi meski Kondisi Sulit
Untitled Image
Ilustrasi Tasbih Foto: pexels
10Berita,Sikap saling peduli dan tolong-menolong menjadi salah satu ciri khas dalam Islam. Tolong menolong dalam bahasa Arab adalah Ta’awun. Sedangkan menurut istilah, pengertian Ta’awun adalah sifat tolong menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa.
Sifat suka menolong juga merupakan salah satu sifat Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah bahkan selalu berusaha untuk tidak mempersulit orang lain. Seperti dikisahkan oleh Sahabat Rasul, Abu Hurairah RA. Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid, apabila beliau berdiri, kami pun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kami pun berdiri. Ketika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah.
Laki-laki itu berkata, "Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu."
Rasulullah SAW menjawab, "Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku."
Laki-laki itu berkata kembali: "Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku." Rasulullah SAW lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya.
Begitu mendengar jawaban laki-laki tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling kepada kami dan berkata: "Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sampai aku memberikan izin."
Rasulullah lalu berkata kepada sahabatnya untuk memenuhi unta orang tersebut dengan makanan:
"Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma." Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda: "Ayo bubarlah kalian." (HR. Abu Daud).
Kisah lain soal kedermawanan Rasulullah juga diceritakan dalam buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018) seperti dikutip dari situs NU. Suatu ketika ada seorang anak kecil mendatangi Rasulullah. Anak kecil itu menyampaikan pesan ibunya kepada Rasul untuk meminta baju gamis. “Sesungguhnya ibuku meminta pakaian darimu,” kata anak kecil itu.
Saat itu Rasul tidak langsung memberinya. Beliau meminta anak kecil itu untuk datang lagi pada waktu siang hari. Setelah mendapat jawaban seperti itu, anak kecil itu balik kepada ibunya. Ia menceritakan bahwa Rasul akan memberinya baju siang nanti.
Namun ibu anak kecil itu tetap menginginkan baju gamis dan meminta anaknya untuk kembali menemui Rasul. Kali ini dia bahkan meminta baju yang dikenakan oleh Rasul.
Mendengar permintaan tersebut, Rasul masuk ke dalam rumah, melepaskan baju yang dikenakannya, dan langsung memberikannya kepada anak kecil itu. Padahal saat itu, azan sudah dikumandangkan. Para sahabat menunggu kedatangan Rasul untuk mengimami salat, namun beliau tidak kunjung tiba di masjid karena masih berbenah setelah bajunya diberikan kepada anak kecil tersebut.
Itulah sifat menolong dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. Beliau tetap berusaha untuk menolong dan tidak menyusahkan orang lain, meski kondisinya juga dalam kesulitan. Semoga kita sebagai pengikut beliau bisa mengikuti sifat beliau.
Sumber: kumparan